XVIII

288 49 6
                                    

~ The last of the past ~ part I

Reka mengetuk pintu ruangan Suho dan masuk setelah di persilahkan masuk.

"Kim Junmyeon ssi." Reka membungkukkan tubuh memberi salam pada atasannya yang duduk di sofa kamarnya.

Reka bisa melihat Suho yang masih terjaga bersama Daniel yang berdiri di samping Suho.

"Saya akan kembali kepada mereka, dengan begitu Mei akan selamat." Ujarnya yang tak di sambut hangat oleh Suho.

"Saya akan coba mencari cara lain." Ujarnya menanggapi."Kembalilah ke asrama, nanti yang lain akan ikut cemas." Tambahnya.

Reka hanya menunduk, entah bagaimana ia benar-benar merasa bersalah.

"Saya bertemu tuan Yunho dan tuan Chen  sebelumnya. Mereka meminta saya kembali dan bersikeras membawa saya, meskipun saya menolak." Ceritanya.

"Iya, saya tau hal itu. Bukan maksud saya untuk membuntutimu, saya hanya khawatir."

"Saya paham Kim Junmyeon ssi."

"Saya juga akan mencari cara untuk menyelamatkan Mei, anakmu. Kim Junmyeon ssi." Kini Daniel yang sedari tadi terdiam di sampingnya ikut berbicara. Reka sempat tersentak menoleh saat mendengar kata 'anakmu', karena pasalnya Reka pun belum tau akan hal itu. "Mereka juga menginginkan saya kembali pada mereka. Jelas saya akan menolaknya." Tambah Daniel.

"Maaf ini semua salah saya." Suho meringis, wajahnya tergurat emosi yang tak bisa di gambarkan. "Daniel, antar Reka kembali ke asrama." Perintah Suho yang langsung di laksanakan oleh Daniel. Reka pun hanya mengikutinya dengan pasrah.

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu malam. Daniel maupun Reka saling membisu di dalam mobil.

"Joohyun - ah!" Panggil Daniel sela2 mengemudi.

"Iya, oppa." Jawab Reka pelan.

"Udah lama kita gak ngobrol bareng berdua." Reka menyunggingkan senyum tipis mendengar kata2 Daniel.

"Kim junmyeon ssi, sesungguhnya tidak menyuruh kita untuk tidak saling kenal. Tapi kita sendiri yang saling memisahkan diri." Lanjut Daniel.

"Aku hanya ingin oppa lebih nyaman berada di sisi kim junmyeon ssi. Lagi pula aku bukan anak kecil yang harus selalu kau jaga seperti dulu." tutur Reka.

Reka dan Daniel seumuran, namun karena dulu Reka terlalu lemah dan sering sakit Daniel selalu menjaganya saat keduanya sama2 di bawa oleh Yunho.

"Kamu jangan berfikiran macam2, yang kita lakukan sudah benar dengan melepaskan diri kita dengan orang itu."

"Aku hanya takut terjadi apa2 dengan Mei. Orang sinting itu akan berbuat seenaknya."

Daniel menarik napas berat, seolah terekam kembali saat2 dimana dirinya masih dalam belenggu Yunho.

"Oppa akan coba cari cara. Kamu jangan pernah mengorbankan diri untuk kembali pada orang itu." Tegas Daniel terhadap Reka. Merekapun sampai di depan asrama.

"Istirahatlah." Ujar Daniel, saat Reka melepas sabuk pengamannya.

"Gomawo, oppa. Selamat malam." Reka menutup pintu mobil lalu berjalan dengan perlahan membuka pintu. Daniel lekat menatap Reka sampai Ia benar2 masuk dan menutup pintu.

~ Secret Agent ~

Kai dan Mei duduk sejajar menyandar di bawah tempat tidur. Mereka terjaga meski waktu sudah menunjukan pukul 6 pagi. Seolah tak ada rasa kantuk sedikitpun dari keduanya. Mereka hanya saling membisu, sambil menerka2 apa yang akan terjadi setelah ini.

"Istirahat Mei." Ujar Kai setelah menyadiri langit yang mulai terang,  Mei hanya menggeleng. "Gue jagain,  gak usah takut." Lanjut Kai yang justru tak membuat Mei tenang. Kondisi Kai belum sepenuhnya pulih. Perasaan takut dan cemas dalam hatinya menghilangkan rasa kantuknya meski ia terasa sangat lelah.

"Sarapan pagi." Mei dan Kai menoleh saat melihat Chen masuk membawa kereta dorong berisi makanan. Ia sedikit menghela napas melihat mereka yang tidak tidur.

"Kenapa kalian menyiksa diri, padahal istirahat itu penting." Ujarnya. Ia terlihat membawa kotak obat dalam kereta dorong itu, lalu mengobati luka lebam pada tubuh dan wajah Kai.

"Kenapa kau lakukan ini pada kami?" Ujar Kai yang sempat mengelak di obati.

"Saya hanya menjalankan tugas dari tuan saya,  kalau hal ini murni keinginan saya." Jawab Chen yang fokus mengobati luka pada wajah Kai.

"Apa anda benar seorang dokter?" Tanya Mei polos. Chen tersenyum mendengar pertanyaan Mei.

"Apa saya terlihat seperti bohongan?"

"Kenapa orang itu bilang ada pura2 saat menolong kami dulu?" Mei kembali melempar pertanyaan. Matanya terus melekat pada Chen seolah tak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Awalnya hanya ingin tau,  sejauh mana kalian. Dan Kris, orang bodoh itu hanya terobsesi membunuh. Aku tidak suka."

"Sudah ngobrol2nya?" Mei sedikit melonjak mendengar suara itu. Ia menoleh kearah pintu kamar yang terlihat Yunho sedang berdiri menyadarkan tubuhnya. Ia melihat tajam kearah Chen dengan kedua tanganya yang ia lipat didada. Mei kembali memandang Chen yang tampak tenang menyelesaikan mengobati Kai yang justru membuat Mei panik.

"Sarapannya jangan lupa di makan." Chen yang lalu beranjak meninggalkan kamar,  Yunho juga terlihat pergi dari tempatnya. Chen kembali mengunci kamar.

.
.
.
.

"Untuk apa kau mengobati orang itu? Memangnya kau dokter?" Hardik Yunho yang duduk di sofa. Mukanya terlihat masam.

"Saya memang dokter." Jawab Chen. "Kai itu cukup bagus,  dan bisa kita andalkan. Sayang menyia2an orang seperti dia." Lanjut Chen,  yang hanya di sambut dengan lirikan tajam. "Ya,  walau mereka berdua belum bisa di setarakan dengan Joohyun dan Baekhyun."

"Aku akan pertama membunuhmu jika keduanya kabur,  seperti kedua anak tak tau diri itu." Chen hanya tersenyum dan mengangguk.

~ secret agent ~

Daniel membagikan beberapa foto di meja. "Misi kita kali ini,  adalah menyelamatkan Mei. Ini ada foto tentang orang-orang yang menculik Mei."  Chan,  Sam,  dan Sherin tampak sangat antusias memperkatikan setiap foto tersebut.

"Mereka adalah sekelompok orang yang melakukan banyak misi kejahatan,  hampir di seluruh negeri ini." Terang Daniel kembali. Ia sempat melirik kearah Reka yang duduk membisu, dengan wajah yang tampak lelah dan pucat.

"Tatto ini! Ya aku ingat, orang yang kita interogasi itu juga punya tatto seperti ini." Ujar Sherin yang tampak benar2 familiar dengan foto bergambarkan tatto berbentuk matahari tersebut.

"Itu adalah simbol keanggotaan mereka. Orang yang mempunyainya akan mendapatkan senjata secara ilegal, dari pisau sampai senjata api dengan berbagai jenis. Dan kelompok ini terkenal dengan pembunuh bayarannya. Mereka menculik anak2 kecil yang akan di latih menjadi pembunuh dan sering di jual keluar negeri,  atau sekedar menjadi bawahan mereka."

"Chen,  apa kah salah satu dari mereka?" Tanya Chan ragu saat mengingat kembali nama itu.

"Saya belum yakin, namun yang saya tau ketua mereka mempunyai bawahan yang juga sangat terkenal dalam menyamar. Tapi untuk lebih jelasnya,  saya belum dapet info tentang orang itu." Jelas Daniel. Mereka hanya mengangguk.

"Apa Kai belum kembali?" Tanya Daniel kembali, setelah menyadari sosoknya tak ada.

"Belum." Jawab Sam,  dengan nada yang sedikit lemah. "Dia bener2 seperti pengecut." Sarkas Chan yang kembali teringat pertengkarannya dengan Kai tempo hari.

"Oppa,  jangan ngomong seperti itu."

"Kita akan menyusup,  kerumah  orang itu." Daniel menekan kata2nya.

"Kau ikut Mr. Daniel?" Tanya Sam yang mendengar kata 'kita' dari mulut daniel.

"Iya,  karena saya tidak akan membiarkan kalian hanya melakukannya berempat." Jelas Daniel.

"Ayo kita bergegas!" Lanjut daniel memberi perintah.

*** TBC






Secret Agent [Comp.] #Wattys2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang