Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•••
Musim dingin terlewati dalam kesunyian. Tak ada kehangatan yang berarti, semua hampa tanpa senyumnya.Semua terasa hambar tanpa tawa cerianya. Kini, hanya waktu dari Tuhan yang bertahta di atas segalanya.
Waktu,yang akan menentukan kapan ia harus terbangun.Waktu pula yang akan menentukan perjalanan takdir selanjutnya.
Satu minggu terlewati sudah. Taehyung selalu menyempatkan diri untuk menemani Jungkook di rumah sakit. Bahkan ia sering menginap dan paginya ia akan pergi ke sekolah. Begitulah seterusnya.
Taehyung masih bersabar meski belum ada perubahan yang berarti pada kondisi Jungkook. Anak itu,rupanya terlalu lelap dalam mimpi panjang. Atau mungkin anak itu sudah terlalu lelah menghadapi liku nasib yang selalu membawa derita untuknya.
" Jimin, aku ingin bicara padamu." Taehyung menghentikan langkah Jimin yang baru saja ingin masuk ke dalam kantin.
"Lusa, aku harus pergi ke Amerika selama dua bulan. Mengikuti program pembelajaran khusus tahunan yang diadakan oleh pihak sekolah. Maaf, baru sempat memberitahumu."Terang Taehyung.
"Jadi?"
"Aku mohon, temani Jungkook selama aku tidak ada di sini."
Jimin tersenyum miring. Tanpa diberitahu juga dia akan selalu menemani Jungkook setiap waktu. Dia sudah menganggap Jungkook seperti saudara sendiri.
"Wah,apa kau mulai menyayanginya , ketua Kim? " Taehyung mendengus kesal mendengar ejekan Jimin.
" Apa bukti selama ini belum cukup untu kau lihat?"
Jimin hanya mengedikkan bahu.
"Siapa tahu kau datang pada Jungkook hanya karena rasa kasihan." Celetuknya enteng.
" Jimin kumohon . Berhenti menyindirku. Aku sungguh berusaha untuk menyayangi dia apa adanya."
Jimin terkekeh melihat ekspresi memelas di wajah Taehyung. Setelah peristiwa yang menimpa Jungkook, Taehyung dan Jimin pun mulai berbaikan. Taehyung juga tak mengira jika Jimin dan Yoongi teman sekelasnya, ternyata adalah saudara kandung.
" Rawat adikku dengan baik. Dan bila ia terbangun, katakan kalau aku juga ikut andil dalam menjaganya.Awas saja kalau kau bicara yang tidak-tidak padanya." Ancam Taehyung .
Semua orang selalu berharap untuk kesembuhan Jungkook.Apapun yang terjadi nanti, mereka akan mencoba untuk berlapang dada dan tetap merawat anak itu dengan baik.
"Kau baik hari ini? maaf, kakak terlambat untuk mengakuimu sebagai adik selama ini. Maaf, kakak sudah begitu banyak menorehkan luka di hatimu. Maaf untuk semua cacian, semua makian yang pernah kakak lontarkan padamu.Itu pasti sakit sekali kan?"
Cerita yang dipromosikan
Kamu akan menyukai ini
Taehyung terisak pelan. Mendekap tubuh kurus Jungkook dengan sangat hati-hati.
"Maaf,kakak harus meninggalkan kamu sendirian disini. Tapi tenang, kakak akan segera kembali untukmu." Bisik Taehyung.
"Kau, mau menunggu kan?"
•
Jimin mengucap syukur atas sadarnya Jungkook dari coma. Tepatnya Jungkook sadar satu bulan setelah Taehyung pergi ke Amerika. Kabar membahagiakan inipun segera ia sampaikan pada Taehyung.
Dan di jauh sana, Taehyung pun jadi tidak sabar untuk segera pulang lalu memberi pelukan hangat pada Jungkook. Taehyung terlampau senang hingga ada satu masalah yang terlewatkan.Yang Jimin sendiri sengaja untuk tidak mengatakan secara langsung padanya. Yaitu, tentang kebutaan Jungkook. Jimin hanya tidak ingin Taehyung semakin merasa bersalah .Juga takut jika konsentrasi belajar Taehyung di Amerika jadi berantakan karena kabar sedih ini.
"Jimin, aku ingin sekali makan stroberi.Apa stroberi di rumahku sudah berbuah lagi?" Jungkook bertanya dengan manis. Di dekatnya ada Jimin yang memekik gemas lalu mencuri cubitan kecil di hidung Jungkook.
"Tenang saja, kami merawat buah stroberi mu dengan baik. Berterimakasihlah pada kakakku, Yoongi. Dia cukup pintar dalam mengurus tanaman.hehe." Jungkook mencebik remeh.
"Aku kira kamu yang merawatnya.Ternyata kak Yoongi."Jimin tertawa.
"Terimaksih, aku sudah terlalu banyak merepotkan kalian.Bagaimana cara aku balas budi nanti eoh?"
Jimin kembali terkekeh renyah.
"Cukup dengan melihatmu tersenyum.Hanya itu yang kami inginkan darimu."
"Aku jadi baper Jim." Lalu Jungkook menangis setelahnya. Ia menangis karena bahagia. Dan Jimin secepat kilat memberi pelukan menenangkan untuknya.
"Kak Taehyung, aku malu jika harus bertemu dengannya Jim.Aku sekarang cacat, jadi aku tidak percaya diri lagi. " sendu Jungkook.
Jujur ia bahagia mendengar cerita Jimin, kalau Taehyung sempat menjaganya di rumah sakit selama satu minggu penuh. Sayang sekali, anak itu harus meninggalkan Korea demi mengikuti program sekolah yang memang sudah terencana sejak lama .
"Jung, aku tidak mau kau menunjukkan keputus asaanmu.Dengarkan aku, kakakmu pasti menerimamu apa adanya.Dia tidak peduli dengan kondisimu sekarang ini, yang terpenting kau dalam keadaan sehat dan baik-baik saja."
Jungkook menangis sesunggukan. Bahunya bergetar hebat hingga kembali membuat Jimin merangkulnya.
"Aku buta, aku lumpuh.Apa yang bisa diandalkan dariku? Aku akan berakhir menjadi orang yang tidak berguna bagi siapapun."
"sst, Jungkook.Tenanglah. Semua tidak seperti yang kau bayangkan.Kami akan selalu bersamamu, Taehyung juga akan selalu disisimu." Kata Jimin .
•
Hari yang Taehyung tunggu, akhirnya tiba. Dia akan kembali ke Korea petang ini. Rencananya , akan langsung menuju ke rumah Jungkook di alamat yang baru saja Jimin kirimkan lewat pesan chatting.
"Aku tidak pernah sebahagia ini sebelumnya.Wah, wajahku jadi panas dingin begini." Celoteh Taehyung yang mulai memasukkan pakaian kendalam koper besar.
"Kim Taehyung, sepuluh menit lagi kita berangkat. Panggil temanmu yang lain untuk segera berkumpul di lobi hotel."
"Baik pak." Jawab Taehyung. Seorang guru pembimbing baru saja masuk ke dalam kamar Taehyung untuk menyampaikan sekilas info tersebut.
Pesawat lepas landas sekitar pukul enam sore . Hingga sekitar pukul enam pagi,Taehyung dan teman-temannya tiba di bandara Incheon.