"Omega merasa berharga ketika jiwa mereka mutlak dimiliki sang Alpha takdir. Tapi, takdir begitu lucu dengan memberi Jaemin tidak hanya satu, tapi tujuh."
"SUDAH DITERBITKAN"
BxB
Mature Content 18+
NOMIN
Harem Jaemin
ABO AU/Omegaverse/Werewolf
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lahir karena dendam, disalahkan atas nama kejujuran. Dia pun hidup menjadi sosok hitam yang menyembunyikan kebaikan di dasar air yang dalam.
...
Usia enam tahun adalah kali pertama Jaemin bertemu dengan siluman air. Ditemani delapan alpha lain yang memasang wajah ketakutan, bocah manis itu begitu antusias melihat sungai besar yang berada jauh dalam hutan. Jika saja Mingyu tidak menggendongnya selama perjalanan, pasti kaki Jaemin sudah membengkak parah.
"Nana, jangan masuk ke sungai itu ya, cukup dilihat dari sini saja!" Mingyu berbisik pada si omega, dan ekspresi cemberut adalah jawaban-nya.
"Tapi Nana mau main air, Hyung." Bibir mungilnya maju beberapa senti, membuat Mingyu menghela nafas pasrah.
Alpha jangkung itu benci dirinya sendiri yang begitu lemah.
"Kau ikut masuk saja, Hyung!" Perintah itu keluar dengan kurang ajarnya dari mulut Hangyul, Mingyu seketika naik darah. Dia takut Jaemin akan menganggap itu ide yang bagus.
"Benar, Hyung temani Nana saja ya, please!"
Hei, yang benar saja? Jika itu hanya rayuan, Mingyu bisa menolak. Tapi kini dia mendapat sepasang mata anak kucing, bibir merona, suara imut serta feromon yang menguar di udara.
Baik, Na Jaemin ... kamu menang.
Mingyu mengangguk sambil tersenyum miris, dia prihatin pada dirinya sendiri. Ayolah, siluman air adalah makhluk terakhir yang ingin Mingyu temui di hari yang cerah ini. Bukankah melihat kupu-kupu jauh lebih menyenangkan? Mengapa omega cantik itu membuat hidupnya rumit?
Cpakk.
Semua kepala di sana menoleh ke tempat bunyi itu berasal. Terkejut setengah mati, delapan alpha itu merasakan tubuh mereka merinding saat melihat ekor raksasa berwarna hitam tengah berenang mendekat.
Jaemin bertepuk tangan riang.
"Woah, cantiknya!"
Dan makhluk bersisik itu pun muncul ke permukaan, bersandar pada batu sungai dengan ekor tetap terendam dalam air yang mengalir lambat. Jaemin tersenyum ke arah makhluk itu, dia sangat takjub dengan sisik hitam yang terpantul sinar matahari di balik rimbun-nya pepohonan. Rambutnya seperti untaian benang sutra hitam yang dirajut bergelombang dan matanya yang tajam seolah bisa mengelabui segala isi dunia akan pesonanya.
Lalu Jaemin bingung, mengapa para alpha begitu ketakutan pada makhluk cantik ini?
Apalagi setelah dia mendapat balasan senyum manis dari makhluk di seberang sana, Jaemin melebarkan maniknya. Jika saja dia bukan seorang omega, mungkin Jaemin sudah jatuh cinta.
"Hyung, ke ... kenapa dia tersenyum?" tanya Jun entah pada siapa, lagipula semua hanya diam tak berkutik. Siren pemakan segala itu kini tampak seperti seorang ibu yang bertemu anaknya.
"Selamat pagi, Na Jaemin yang cantik!" sapa suara indah itu bersamaan dengan kecipak ekornya di aliran air.
...
Dua alpha yang tadi hampir bertengkar kini masih saling betukar tatapan sengit. Jika mata mereka memiliki laser, pasti dua orang itu sudah hangus menjadi abu hitam. Lima buah kursi dibuat melingkar, Jaemin duduk sambil menatap kakinya yang berlumuran tanah basah, jari-jari lentik itu meremat ujung kemejanya. Gugup, dia seperti sedang dijatuhi hukuman atas tindakan terlarang.
"Kenapa kau melakukan itu, Huang?" tanya Hyunjin jengah, dia berusaha bersikap netral saat ini. Tadi, jantungnya seakan ingin meledak melihat bekas kemerahan di leher Jaemin. Ditambah dengan Renjun yang jatuh tersungkur dengan mata masih berkilat merah. Dia kecewa dengan teman satu pack-nya itu. Perjanjian sudah mati-matian Hyunjin taati, tapi dengan semudah itu dia mengingkarinya.
Renjun beralih menatap Hyunjin. Sial, dia merasa bersalah sekarang.
"Aku tidak bisa menahan-nya, semua itu ketidaksengajaan."
"Tidak sengaja katamu? Kau pikir selama dua hari ini aku tidak menahan diri HAH?" ucap Mark sengit, pria itu sampai berdiri dari kursinya.
Jaemin takut, dia tidak bisa mendengar bentakan keras meski tidak tertuju padanya.
"Mark, tenangkan dirimu, kau membuat Jaemin takut," sergah Lucas pelan, alpha itu yang menahan Mark untuk tidak melempar pukulan pada Renjun tadi.
Mark kembali duduk dengan menghela nafas berat. Dia tidak sanggup melihat Jaemin dalam keadaan seperti itu. Tubuh omega-nya dikelilingi feromon Renjun dengan banyak tanda yang memperlihatkan bekas terlalu jelas.
"Matilah kita jika mereka sampai tahu," katanya lirih, tangan berotot itu mengusap wajah dengan kasar.
Jaemin paham siapa yang dimaksud Mark. Ya, tiga alpha lain yang kini sedang tidak di rumah. Sejak dua hari yang lalu Jaemin bisa merasakan sikap posesif tiga alpha itu, yang ternyata jauh lebih besar dari anggota lain.
Hyunjin yang duduk di sebelah Jaemin memutuskan untuk menggenggam tangan yang kini gemetar. Sambil tersenyum tulus Hyunjin berbisik, "Maafkan Renjun ya, sekarang dia merencanakan banyak kalimat maaf di kepalanya. Dia merasa sangat bersalah padamu, dia juga ketakutan pada mereka."
Jaemin menatap genggaman itu dengan pandangan memburam. Lalu dia berkata, "Bagaimana kau tahu?"
"Aku membaca pikiran-nya, terdengar tidak sopan sih, tapi bagaimana lagi?" balas Hyunjin pelan.
Jaemin mengernyit. "Kalian juga bisa saling membaca pikiran? Kukira hanya membaca milikku."
Hyunjin terdiam sebentar. "Ahh ... kau belum tahu ya ternyata. Begini Jaemin, pack ini adalah kumpulan alpha dari klan yang berbeda. Kami semua memiliki kekuatan dari leluhur yang berbeda pula. Dan hanya aku yang memiliki kemampuan membaca pikiran."
Jawaban itu membuat sang omega kembali dibuat bingung. Jaemin menatap Hyunjin dengan seribu pertanyaan.
"Bagaimana bisa? Siapa yang berbohong di sini?"
...
"Tuhan berkali-kali menebar kebaikan di kebun bunga, memberi isyarat pada makhluknya untuk memetik kelopak cantik di sana. Tapi semua mengabaikan-nya, pohon berduri tajam-lah yang mereka pilih. Genggaman mereka pada batang itu memunculkan luka penuh darah. Lantas, siapa yang harus disalahkan?"