Pagi yang indah selalu diawali dengan suasana damai.
berbeda dengan kediaman Tuan Park Chanyeol ini.
Pagi pagi sekali dua manusia yang baru tertidur beberapa jam harus terbangun karena mendengar suara teriakan dari kamar sebelah
kamar siapa lagi kalau bukan kamar Tuan muda Park, Park Renjun.
" Kenapa dia ada di kamarku sih?! " tanya Renjun dengan nada kesalnya.
" sudah cukup aku tidur dengan orang tua itu "
ketahuilah Renjun bukan mengeluh pada manusia tapi lebih tepatnya pada kucing persia yang menatap Renjun bingung.
" Chan, anakmu diberi makan apa? " tanya Kai berbisik
Mereka berdua sedang berada didapur.
Chanyeol menengok ke arah anaknya berada, kemudian kembali beralih pada Kai.
" sepertinya aku kurang memasukan asin ke dalam masakan " jawab Chanyeol.
" kau bisa masak? " tanya Kai yang tangan kanannya tidak luput memegang Ponsel nya
Kai sedang mendapatkan sesi ceramah Online dari Joy, orang yang merangkap sebagai sahabat sekaligus sekertaris Wendy.
" kau meremehkan ku ha? " tanya Chanyeol yang merasa di remehkan
Kai mengalih kan atensinya dari Ponsel menatap Chanyeol
" bukan meremehkan hanya membayang kan bagaimana rasa masakanmu "
" kau coba saja " kata Chanyeol
tak lama muncullah Wendy yang baru selesai mandi dan sudah rapih, dia langsung menuju kompor untuk membuat sarapan
" siapa yang masak? " tanya Wendy menghadap ke arah pantry dapur
" aku " sahut Chanyeol dengan bangganya
Wendy menaikkan sebelah alisnya, kemudian berbalik dan mencicipi sup ayam buatan Chanyeol
" uhuk uhuk " Wendy terbatuk
rasanya aku kehilangan indra perasa -Batin Wendy
Chanyeol langsung menghampiri Wendy
" kenapa?! " tanya Chanyeol panik
Wendy menatap Chanyeol tajam
" Kau sudah coba masakanmu? " tanya Wendy dingin
Chanyeol menggeleng karena memang setelah memasak dia langsung duduk di meja pantry dengan secangkir kopi
" coba " kata Wendy memberikan sendok yang tadi dia gunakan
Wendy meninggalkan dapur, dia mau membangunkan Jisung karena ini sudah jam 6 pagi dan dia harus ke kantor jam 8 karena pekerjaan yang menumpuk.
saat melewati ruang tamu Wendy melihat Renjun yang sedang jongkok di ujung ruangan dengan pakaian tidur.
Wendy melirik jam tangannya yang terdapat tanggal disana.
" kau tidak sekolah? " tanya Wendy
Renjun yang terkejut langsung berdiri dan tidak sengaja menginjak ekor kucingnya
" Meong!! "
Wendy terdiam memperhatikan Renjun yang mematung
" ah....kau oke? " tanya Wendy hati-hati
beberapa detik kemudian..
" HUWAAAA!!! "
Wendy menutup telinganya saat Renjun yang tiba-tiba menangis kencang.
Chanyeol dan Kai langsung berlari ke arah suara begitupun Jisung yang terbangun karena kaget langsung keluar dari kamar.
" Renjun! "
Chanyeol yang panik langsung menghampiri Renjun yang menangis karena kakinya berdarah.
sedangkan Wendy hanya diam tapi kemudian sadar kalau ada yang sedang memperhatikan nya.
" bukan aku " kata Wendy dingin kemudian masuk ke dalam kamar Chanyeol
Kai langsung panik karena Wendy yang salah paham dengan tatapannya.
Saat hendak menyusul Wendy, ternyata wanita cantik itu keluar dengan kotak p3k di tangannya.
" nih "
Wendy menyerahkan kotak itu pada Chanyeol supaya luka cakar yang sedikit panjang itu diobati
sedangkan Renjun yang sudah duduk disofa menahan malu karena menangis dihadapan banyak orang apalagi sedang ditatap oleh Jisung.
" setelah diobati cepat ke dapur untuk sarapan " kata Wendy
" masakan Chanyeol? " tanya Kai
" kalau mau mati silahkan " jawab Wendy yang sudah ada didapur
Chanyeol yang mendengar nya merasa malu, dia juga sudah merasakan masakannya tadi saat Wendy meninggalkan dapur.
" Eomma "
Wendy yang sedang memasak sayur menoleh saat ada yang menarik bajunya.
ternyata itu Jisung.
" Apa? " tanya Wendy
" Aku minta maaf " kata Jisung pelan
Wendy tersenyum kemudian mengusak rambut Jisung.
" akui kesalahanmu didepan makam keluargamu " kata Wendy
Jisung pun hanya mengangguk
" Eomma menyesal? " tanya Jisung
" untuk apa? lagian kau dan aku sama "
Jisung mendongak menatap Wendy heran
" keluarga, dengan tangan sendiri " kata Wendy memberi penjelasan atas kebingungan Jisung.
Jisung sempat kaget
" lalu setelahnya? " tanya Jisung yang penasaran.
Wendy mematikan kompor dan membawa panci berisi sayuran itu ke meja pantry. kemudian menarik Kursi untuk duduk
" sini " kata Wendy sambil menepuk kursi disebelahnya
Jisung yang mengerti langsung duduk disebelah Wendy.
" setelahnya, aku menjadi seperti sekarang. membunuh " kata Wendy
Jisung menganggukkan kepalanya
" tapi kenapa terlihat seperti tidak melakukan nya "
Wendy tersenyum tidak lebih tepatnya menyeringai
" aku berhenti sejenak untuk memberikan peluang pada mereka " Bisik Wendy tepat ditelinga Jisung.
Jisung langsung menatap Wendy dengan tatapan penuh arti
" umur 14 " kata Wendy
Jisung mem-poutkan bibirnya, merasa sebal karena ditolak
" bertemu banyak orang saja masih takut " sindir Wendy
Jisung mendengus mendengar nya
tak lama datanglah 3 lelaki beda usia kemudian ikut bergabung untuk sarapan.