24. Diselamatkan

81 12 0
                                    

Votes terlebih dahulu supaya berkah.

PRANG!!!!

Semua mata menatap Ibnu tanpa berkedip. Tidak percaya bahwa yang di depannya ini adalah sahabat polosnya, Ibnu Zidan Ma'arif.

Dengan wajah merah Ibnu memalingkan wajahnya ke samping menghindari tatapan intimidasi dari ketiga temannya. Kejadiannya begitu cepat sampai Ibnu baru sadar apa yang barusan ia katakan. Tapi mungkin ini waktu yang tepat untuk meminta saran kepada teman-temannya.

"Udah gue duga." Ujar Dino kelewat santai yang meminum es tehnya tanpa menyisakan sedikitpun.

"Lo-- lo serius?!" sahut Azam tercekat. Ya, Azam yang paling kaget disini. Azam kira selama ini hanya lelucon yang ia tebarkan untuk menggoda Ibnu. Tapi ternyata sahabatnya terbawa suasana dan jadilah seperti ini.

"Gue serius. Tapi gue bingung,"

"Ck, bodoh! Sekarang gimana, lo mau ke Jakarta terus ungkapin perasaan lo?" tanya Jimmy.

"Gak semudah itu." Jawab Ibnu yang masih memancarkan tatapan cemas.

"Terus lo mau gimana sekarang?"

"Lo gak bakal nembak Rere 'kan?" cecar Azam khawatir.

"Gak."

"Gue gak mau pacaran. Gue suka bukan berarti harus halalin segala cara." Sambung Ibnu tegas.

Ketiganya tercekat mendengar perkataan bijak Ibnu. Mereka akan menduga Ibnu akan menjawab seperti ini. Ibnu bukan tipe lelaki badboy yang siap pasang badan mengejar cewek idamannya sampai ke ujung dunia. Bukan. Ia hanya lelaki biasa yang dingin dan lebih memilih diam di tempat.

"Gue setuju." Sahut Azam cepat.

"Kenapa lo? Cemburu?" tanya Dino sakartis kepada Azam.

Ibnu memandang Azam lekat. Temannya satu ini bergerak gelisah semenjak Ibnu mengatakan itu. Apa Azam serius menyukai Rere? Apa Ibnu salah mengakuinya sekarang di depan temannya?

"Gak lah!"

"Rere udah gue anggep adek gue sendiri." Belas
Azam menolak pertanyaan Dino.

"Terus setelah ini lo cuma diem nunggu Rere balik gitu?" tanya Jimmy.

Ibnu menggeleng ragu. Hatinya belum mantap untuk memutuskan sesuatu. Lagipula ia masih suka 'kan bukan sayang atau cinta. Ya, Ibnu masih ragu dengan perasaaannya sendiri, "gak tau." Jawab Ibnu menyugar rambutnya ke belakang.

"Gue tahu, lo masih bingung sama perasaan lo sendiri. Jadi, lo mantepin aja dulu perasaan lo. Masalah kedepannya gimana biar waktu yang nentuin." Ucap Dino memberi saran.

"Gue pikirin."

"Lagian insting gue juga ngerasa kalo Rere tuh juga suka sama lo. Jangan geer lo," Jimmy tertawa melihat reaksi Ibnu yang memberikan tatapan tajam.

"Lo tahu dari mana?" tanya Azam menatap Jimmy bertanya.

"Ya elah, Zam. Kita udah berapa lama sih satu kelas sama Rere? Tiga tahun, man. Udah cukup ngejelasin buat gue kalo dia juga naruh rasa sama Ibnu."

Ibnu berdecak menanggapi Jimmy yang berbicara seenaknya. Dulu Ibnu ingat, Jimmy selalu memata-matai Rere yang sering curi-curi pandang ke arah Ibnu. Tepatnya sebelum rumor itu tersebar. Tapi setelah rumor itu tersebar, Rere menjadi lebih cuek dan jutek ke semua orang terlebih kepada dirinya. Dia tidak pernah lagi tertangkap basah oleh Jimmy karna memata-matai Ibnu. Parahnya, ia seperti menaruh benci pada Ibnu. Jelas saja Ibnu tahu karna Jimmy selalu menceritakannya.

AREYNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang