Mungkin cerita ini hanyalah salah satu dari banyaknya cerita tentang mencintai seseorang dalam diam.
Mungkin cerita ini juga salah satu dari sekian juta cerita tentang apa itu pengorbanan atas nama cinta?
Tapi, tidak semua cerita berakhir bahagia. D...
Alhamdulillah Takdir Cinta bawa chapter baru nihhh, semoga kalian suka...🤗
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian, dengan cara vote sama komen yaa..
Terima kasihh...
***
Waktu berjalan begitu cepat. Membunuh rindu dengan perlahan-lahan yang mengakibatkan hati kembali membeku tanpa persiapan.
Menyibukkan diri dengan pekerjaan dan semakin mendekatkan diri kepada yang menciptakan. Agar dirinya tidak menjadi pendosa yang melupa hanya gara-gara cinta.
Rizky duduk di kursi kerjanya yang menjadi impian semua orang. Sekarang dirinya sedang berada di kantor, membuka beberapa berkas sebelum menjalankan meeting dengan beberapa pihak internal perusahaan.
Beberapa jam yang lalu, Daffa sudah memperkenalkan pimpinan kantor yang sebenarnya. Maksudnya pemilik perusahaan yang selama ini dia pimpin. Dan menjelaskan bahwa kedua perusahaan orang tuanya dan Rizky di satukan sehingga memiliki pimpinan dua orang. Meskipun kekuasaan Rizky masih tetap berada diatasnya.
Di sisi lain, Safira masih terkejut dengan kenyataan bahwa Muhammad Rizky adalah atasannya. Membuat Safira mengingat sahabatnya yang sedang berada di pesantren.
"Safira!" Ucap Daffa.
"Eh pak Daffa, ada yang bisa saya bantu?"
Daffa mengernyitkan dahinya merasa bingung dengan sikap Safira, kemudian mengangguk. "Tolong cari kan sekertaris baru untuk Rizky! Kriteria nya harus sesuai dengan berkas ini!" Daffa memberikan map yang berisi kriteria sekretaris yang akan membantu pekerjaan Rizky.
Safira mengangguk."Baik pak."
"Kenapa?" Tanya Daffa yang masih melihat Safira berdiri di depannya.
"Kenapa apa?" Ucap Safira bingung.
Daffa menghela nafas nya sebentar, "Kenapa masih disini? Ada yang belum di mengerti?"
Safira mengerjapkan matanya beberapa kali. "Err.... Jadi sekarang pak?"
"Kamu pikir?" Tanya Daffa yang merasa kesal. Entahlah, mood nya jadi buruk setelah melihat tatapan keterkejutan dari Safira pada saat dirinya mengenalkan Rizky. Apalagi Safira tidak pernah lepas menatap sahabatnya.
Safira mencoba tersenyum melihat tatapan kesal yang dilayangkan Daffa kepadanya." Kalau begitu saya permisi pak." Daffa mengangguk kemudian pergi ke ruangan Rizky.
"Gue udah suruh Safira cari sekretaris, jadi tunggu aja." Ucap Daffa yang langsung duduk di sofa ruangan Rizky.
"Hmm."
"Oh iya, nanti sore lo yang ketemu klien ya? Gue males." Rizky hanya menatap Daffa seolah bertanya 'kenapa?'
"Males aja." Ucapnya ketus
"Safira cantik." Ucap Rizky tiba-tiba.
"Kenapa nyuruh dia?" Lanjutnya. Karena sepengetahuan Rizky Safira bukan sekretaris Daffa ataupun bagian kepegawaian. Dia hanya staff biasa di perusahaan ini.
"Lo suka dia Daff?" Tanyanya lagi saat dia tidak mendapatkan jawaban apapun dari Daffa.
"Kok cerewet?" Rizky menatap balik Daffa dengan bingung, dia tidak mengerti bukannya menjawab orang itu malah balik bertanya.
Daffa yang melihat Rizky bingung langsung melanjutkan ucapannya, "Biasanya juga ngomong irit, sekarang kenapa kepo?" Lanjutnya.
Rizky mendengus geli, "Gue cuma gak mau lo keduluan lagi Daff. Cepet khitbah sebelum kena tikung."
Daffa memicingkan matanya menatap Rizky, "Jangan bilang lo juga suka sama Safira?"
"Juga? Berarti bener lo suka sama dia." Ucap Rizky tepat sasaran, karena Daffa langsung diam. Dia langsung berpikir dan bertanya pada dirinya sendiri. Apa benar dirinya suka dengan Safira?
Rizky menghela nafas sebentar, "Cepat halallin Daff, lebih cepat lebih baik. Dia juga kayanya suka sama lo. Inget perlakuan lo ke dia di perusahaan ini terlalu berbeda menurut gue."
"Maksudnya?"
"Lo pikirin baik-baik." Ucap Rizky tanpa menjawab perkataan Daffa.
"Dan lo yang nanti pergi. Gue udah janji nemenin Rahma." Lanjutnya. Daffa hanya mengangguk menyetujui perkataan Rizky, lagian itu adalah tugasnya.
***
"Anak ayah cantik banget." Ucap Angga yang masih menggendong bayinya.
"Sekali lagi makasih ya sayang udah ngelahirin bidadari kecil untuk keluarga kita." Lanjutnya.
Keysha mengangguk, " Itu sudah jadi tugas aku mas."
"Udah beres-beresnya? Jadi pulang kan?" Ucap Zahra yang langsung di angguki oleh Angga dan Keysha.
Angga mencium putri nya terlebih dahulu sebelum diberikan kepada ibunya, "Kita akan pulang ke rumah sayang."
Kemudian Angga mengambil alih perlengkapan dan bersiap untuk pulang dari rumah sakit. Tapi sebelum melangkah handphone nya tiba-tiba berbunyi.
"Kalian duluan ke mobil nanti aku nyusul." Ucap Angga.
Setelah Keysha dan bundanya pergi dia mengangkat telepon dari seseorang.
"Wa'alaikumsalam, ada apa?" Jawab Angga langsung.
"......"
"Kamu serius?"
"......"
"Kirimkan alamatnya. Nanti saya kesana."
"......"
"Hmm. Wa'alaikumsalam." Angga langsung berlari menuju mobilnya. Dia harus memastikan Keysha dan Bundanya pulang dengan selamat terlebih dahulu baru menemui orang suruhannya.
"Kenapa mas?" Ucap Keysha yang melihat ke khawatiran suaminya.
"Aku anterin kamu sama bunda dulu. Setelah itu aku harus pergi ada urusan."
"Ada apa? Apa ada masalah di perusahaan?" Tanya Zahra.
"Perusahaan baik ko bun. Nanti Angga jelasin setelah Angga pulang dari sana." Ucap Angga setelah itu menjalankan mobilnya keluar rumah sakit.
Setelah sampai di rumah mereka turun. Angga membantu membawa perlengkapan ke dalam rumah.
"Gak makan dulu? Mas belum makan dari pagi." Ucap Keysha
"Aku buru-buru sayang. Kamu gak usah khawatir nanti aku makan di sana." Ucap Angga mencium kening Keysha kemudian mengelus wajah putrinya dulu.
"Sebenarnya ada apa?" Tanya Zahra
"Nanti Angga jelasin, Angga janji. Angga harus pergi sekarang. Kalian baik-baik di rumah." Angga menoleh sebentar kepada istrinya, "Kalau malam aku belum pulang kamu tidur duluan. bunda juga. Ingat, jangan khawatir aku cuma ada urusan yang harus di urus segera." Setelah mencium tangan Zahra Angga langsung keluar dan masuk ke dalam mobilnya dan pergi.
Angga mengetuk-ngetuka jarinya ke stir mobil menunggu alamat yang belum dikirimkan oleh orang suruhannya. Sampai suara notif di handphone membuatnya menepikan sebentar mobilnya ke pinggir. Kemudian meraih handphonenya dan melihat di mana tempat yang harus dia datangi.
Bogor...
Ya, dia harus kesana. Dia harus memastikan dengan kedua matanya sendiri, sebelum memberi tahu semuanya pada istri dan bundanya.
Tapi sebelum berangkat dia menghela nafasnya yang sedikit memburu sambil membaca istigfar berkali-kali. Dia harus tenang karena jika tidak nanti malah dia yang kecelakaan karena tidak fokus menyetir sebelum sampai ke sana dan bertemu seseorang.
Setelah sedikit tenang dia kembali menjalankan mobilnya, membelah jalanan menuju tempat yang ingin ditujunya. Bogor.
'Semoga baik-baik saja' gumamnya
🍬🍬🍬
Kenapa Angga kelihatan panik gituuu?
Terus Bogor? Apa ada hubungannya sama Nabila? Kan dia juga di sana!