"Kalian tahu apa yang dibutuhkan penulis pada ceritanya."
Selamat membaca :)
Langit malam baru saja pamit dan digantikan angkasa pagi dengan mentari masih malu-malu memancarkan sinarnya. Kicauan burung seolah mereka bersyukur masih bisa hidup dan patut dirayakan dengan bersuka ria bersama burung lainnya.
Suara mesin mobil terhenti di depan rumah tua yang tidak terurus oleh penghuninya. Taeyong melirik Jiyeon sementara tangannya melepaskan sabuk pengaman secara perlahan. Perempuan berambut sepunggung itu mematung tidak bergeming, seolah dia tidak berminat untuk keluar dari mobil.
Sentuhan lembut dari tangan Taeyong membuat Jiyeon sedikit tergelonjak, dia menatap pria dengan sorot mata menghawatirkan keadaannya saat ini, ditatap itu juga tercermarkan rasa penuh tanya kenapa Jiyeon terlihat berbeda?
"Kau baik-baik saja?" tanya Taeyong.
Bergantian iris titisan bidadari bernapas di muka bumi ini melihat rumah di belakang punggung Taeyong dan wajah suaminya yang membuat perempuan ini semakin menarik diri untuk tetap diam.
"Kau yakin mau bertemu keluargaku?" balas Jiyeon dengan bertanya balik.
"Ada apa? Kau tidak mau mengenalkan keluargamu padaku?"
Kepala Jiyeon menggeleng. "Bukan itu maksudku..." dia menghela napas, "baiklah, aku akan mengenalkanmu dengan keluargaku," lanjut Jiyeon dengan nada pesimis.
"Okay."
Jujur saja, Jiyeon takut menginjakkan kembali kakinya setelah lima tahun melarikan diri dari rumah. Dia takut ibunya akan marah, mengetahui kalau saat ini dirinya telah menikah dengan seseorang tanpa memberi kabar apapun.
Langkahnya yang ragu tetap bergerak maju, dari seberang terlihat seorang wanita tua memperhatikan Jiyeon dan Taeyong. Matanya melihat dengan seribu kemungkinan apa yang sedang dia pikirkan saat melihat dua orang itu.
Jiyeon menundukan pandangannya dan terus berjalan masuk ke dalam pekarangan rumah masa kecilnya, sementara Taeyong sedikit membungkukan kepala dan mengulas senyum lalu membuntuti istrinya yang lebih dulu beberapa langkah.
Bibir bagian bawah tampak digigit oleh Jiyeon. Kebiasaan perempuan ini ketika sedang bimbang dengan suatu hal. Dia ragu untuk mengetuk pintu di hadapannya, rumah yang sudah lama dia tinggalkan apa mungkin masih menerima kedatangannya kembali?
Mengingat saat dia pergi meninggalkan perdebatan luar biasa dengan ibunya. Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Jiyeon, karena ketidakadilan yang selalu perempuan ini rasakan sejak kecil. Entah kenapa rasanya mustahil untuk sang ibu mencium kening dan memeluknya seperti orang tua lain terhadap anak mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rude Love
FanfictionBagaimana jika ada orang asing tiba-tiba saja mengajakmu untuk menikah?