Warning ; 900+ words
___
Joan memjamkan matanya erat, lalu berdiri pergi meninggalkan jimin. Baru saja dia akan membukan knop pintu
"Joan jangan lupa ganti pakaianmu! Ini terlalu seksi untuk pelayan!"
Membanting pintu dengan kasar adalah jawaban untuk jimin yang berteriak kata-kata memalukan seperti itu.
dasar mesum!
Pekik Joan dalam hati.
-
Ini sudah pukul 9 malam, tapi joan belum juga pulang padahal dia sudah selesai bekerja dari jam 7 tadi.
Dia sangat malas kalau pulang nanti bertemu dengan jimin.
Dia juga sudah meminta izin kepada pamannya kalau hari ini dia akan pulang larut malam.
"hey jo! Kau tidak pulang?"
"tidak mark aku malas sekali untuk pulang"
"kenapa? Apa karena pria kamar no.126?"
"heol! Apa kau cenayang?"
"tidak, aku menguping hehe"
"ahk sakit jo!"
Mendengar jawaban mark, langsung Joan memukul punggung mark dengan kencang lalu tertawa dengan riang.
Joan tidak marah, toh mark adalah sahabatnya sedari dia tinggal di Hawaii Dan juga dia yang memberinya pekerjaan di hotel.
Tanpa sadar, mereka berjalan pulang dan sudah ada di depan rumah Joan.
"aku pulang dulu ya! Hati hati mark!"
Joan melambaikan tangannya sambil membuka gerbang, tanpa sadar dari pintu utama jimin sudah memantaunya dengan mata menyipit sinis.
"baru pulang hm? Habis berkencan ya"
"tidak! Dia temanku, sudah sana minggir"
Joan menabrak jimin tanpa sopan santun, membuat sang pemilik tubuh itu marah.
"kau harus ku hukum jo"
"hukum saja, memang kau berani apa padaku?"
Haera tersenyum mengejek lalu berjalan ke lantai 2 menuju kamarnya, meninggalkan jimin yang mematung di depan pintu utama.
-
Mereka ber 3 kini berkumpul di meja makan untuk sarapan.
"joannie, mulai hari ini jimin akan menginap di rumah ini"
"iya aku sudah tahu"
"kau tahu dari mana?"
"begini paman, aku yang memberitahunya saat di hotel kemarin."
Baru saja Joan ingin menjawab pertanyaan pamannya tapi sudah didahului oleh jimin yang menyebalkan itu.
"benarkah? Kalian membuat pertemuan tanpa mengajak paman ya"
"aniya paman, Joan kan beker- Aww"
Belum selesai dengan perkataannya, Jimin meringis ketika kakinya diinjak dengan keras oleh Joan yang duduk di sebelahnya.
Diam, atau kau mati di tanganku park jimin.
Begitulah kira-kira kode yang diberikan oleh joan dengan mata elangnya.
"a-ah iya paman, kemarin Jo bertemu dengan mark sebentar di hotel lalu tidak sengaja bertemu dengan park jimin-ssi. Lalu kami berbincang sebentar"
Untungnya sang paman percaya pada perkataan Joan dan mengangguk mengerti.
Dada joan bergemuruh hebat, hampir saja dia ketahuan bekerja di hotel dan bukan kuliah.
"siang ini temani jimin berkeliling ya"
"tapi paman-"
"inikan hari libur jo, kau tidak mau ya? Yasudah biar paman yang tua renta ini yang mengantarkan jimin. Aigoo kakiku yang malang ini harus berjalan jauh"
Seperti biasa paman mengeluarkan jurus jitunya yaitu membuat Joan merasa bersalah. Mau bagaimana lagi, dia harus izin bekerja hari ini dan mengantar jimin jalan-jalan.
-
Mereka berdua sedang di dalam mobil menuju sebuah pantai dekat sini.Heran sekali jimin sedari kemarin di hotel kan dia sudah melihat pantai, apa tidak muak ya?
"kenapa kau menyembunyikan pekerjaanmu?"
Jimin membuka percakapan.
"paman tidak mengizinkanku bekerja"
"lalu? Kenapa tetap bekerja?"
"tidak mau merepotkan paman"
Jimin mengangguk mendengar jawaban Joan. Melalui pertanyaan itu mereka mulai saling mengenal satu sama lain.
"oppa, kenapa hanya jalan-jalan ke pantai? Kau kan sudah berkali kali ke pantai ini, kau bahkan menginap di hotel dekat pantai ini"
"hanya ingin kesini saja"
Jawaban simple itu membuat Joan kesal, dia melipat tangan ke dada lalu melihat ke arah jendela tanpa peduli lagi dengan jimin.
Ini sudah sore, tapi jimin masih asik dengan pemandangan.
Oh tuhan ini sudah lebih dari 3 jam dia melihat pemandangan air laut dan ombak yang tidak seberapa baginya.
"oppa ayo kita pulang! Paman pasti sudah menunggu kita!"
Jimin yang mendengar teriakan joan langsung menuju sumber suara itu.
"tunggu sebentar ya aku mau membersihkan badanku, baru setelah ini kita makan dan pulang"
Jimin mengambil set perlengkapan mandi di genggaman Joan lalu pergi mencari toilet umum terdekat.
Tak butuh waktu lama unuk jimin kembali, tapi kali ini dengan keadaan hanya memakai celana saja alias shirtless.
"jo dimana kaus ku? Kenapa hanya ada celana?"
Joan tidak bisa melepaskan tatapannya dari abs jimin yang terbentuk sempurna itu, bahkan dia sampai mengabaikan pertanyaan jimin.
"Jo! Dimana kausku ini dingin tau!"
"a-apa? Eoh bajumu? Mungkin tertinggal di mobil."
Jimin berlari ke arah parkiran mobil, tubuhnya bisa masuk angin kalau terlalu lama shirtless seperti ini.
-
"jo, mau makan apa?"
"terserah"
Sedari tadi hanya kata terserah saja yang keluar dari mulut joan, itu membuat jimin cukup frustasi karena serasa seperti diacuhkan.
Karena bingung, jimin hanya membeli makanan di toserba dan 2 kaleng cola.
"apa kau biasa makan seperti ini di korea?"
Jo bertanya ketika melihat jimin yang makan dengan lahap, dia fikir jimin adalah seorang pengusaha kaya yang hanya mau makan makanan bintang lima
"aku tinggal sendiri selama 5 tahun di seoul, jauh dari keluargaku. Dan ya, aku tidak mau hidup dari uang orangtuaku terus, jadi aku berhemat dan makan makanan supermarket seperti ini sudah jadi kebiasaan hahaha"
Joan takjub mendengar penuturan jimin, sepertinya pria ini cukup menarik, dia tidak manja seperti yang ada di fikirannya.
___¦
TBC 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
What Do You Imagine From Bangtan?
FanfictionADA NC 21+ TIDAK SEMUA PART NC mohon bijak dalam membaca. Kumpulan 1/2/3/4/5 shoot Original story by ©KELPISHAKE