Chapter 1

25.8K 1.2K 6
                                    

Lampu di kamar Kia sudah menyala menandakan kalau gadis itu sudah bangun, rutinitas keluarga Kasyafi yang selalu melaksanakan sholat tahajud bersama dilanjutkan dengan tadarus sampai adzan subuh berkumandang.

"Pagi, Umi, Abi, Aka," sapa Kia yang sudah siap dengan dress hijau toska dan kerudung bergo hitam tidak lupa dengan slingbag di tangannya.

"Tumben banget pakaian kamu agak santai, Ia," ucap Umi Lala memperhatikan penampilan putri bungsunya.

Kia tersenyum dan sebelum menjawab pernyataan Uminya ia meminum susu kesukaannya. "Ia sepulang ini ada acara reuni, Mi."

Kia duduk di kursi samping Uminya. "Ia udah bilang ke Umi, Abi dua hari yang lalu."

"Oh iya iya Abi inget, sama siapa ke sananya?" tanya Abi Ghani.

"Sama temen Bi, kebetulan dia ajakin Ia bareng. Lumayan tumpangan gratis," ucap Kia.

"Jangan kemaleman pulang nya, kalau gak ada yang jemput telepon Aka," ucap Fawwaz-Kakak satu-satunya Kia.

Kia memberikan jempol sebagai respon perkataan kakaknya itu.

Setelah sarapan, Abi Ghani langsung berangkat bekerja tapi terlebih dahulu mengantarkan putri bungsunya sampai ke sekolah tempat Kia mengajar, tidak hanya itu Fawwaz pun segera berangkat mengajar di salah satu sekolah menengah atas di Bandung.

Keluarga Kasyafi memang bukan keluarga berada, tapi selalu ada kehangatan dan keharmonisan di dalamnya. Abi Ghani bekerja di salah satu perusahaan pangan sebagai manajer dan Umi Lala yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga, tapi karena kesungguhan kedua orang tuanya membuat putra dan putrinya menjadi manusia yang beradab serta berilmu.

Menjadi seorang pengajar memang keinginan terbesar Kia, karena menurut nya menjadi manusia bermanfaat sangatlah berharga dibanding menjadi manusia yang bergelimang harta. Terlepas Kia yang mengajar di salah satu PAUD dan TK di bandung, ia pun mendirikan tempat singgah untuk adik-adik di luaran sana yang nasibnya tidak seberuntung teman sebayanya.

Senyum di bibirnya Kia terpatri saat melihat temannya telah duduk di tempat orang tua tunggu.

"Assalamu'alaikum," salam Kia kepada temannya itu.

Bukannya menjawab salam, teman Kia langsung memeluk erat Kia.

Tangan Kia mendarat di kening temannya. "Jawab dulu salamnya, kebiasaan kamu gak pernah berubah, Ca."

Anissa Putri Lufi, sahabat sekaligus teman karib Kia memang mempunyai sikap yang berbanding terbalik dengan Kia. Ica, panggilan akrabnya memang mempunyai sikap pecicilan, ceplas-ceplos, dan childish.

Ica hanya memamerkan gigi putihnya lalu menjawab salam dari Kia. "Abisnya aku kangen bangedd sama sahabatku ini, sok sibuk mulu sih."

Kia terkekeh, bukannya sok sibuk melainkan memang iya karena selepas mengajar di TK Kia langsung berangkat ke rumah singgah sampai sore setelah itu pulang ke rumah.

Setelah berbincang-bincang sedikit, Kia dan Ica langsung meluncur ke acara reuni yang diadakan rutin setahun sekali.

✨✨

Suara deringan telepon membuat Daffa yang baru saja keluar dari kamar mandi bergegas mengangkat nya, siapa lagi kalau bukan Mamanya.

"Wa'alaikumsalam. Abang baru aja beres mandi ini mau siap-siap."

"... "

"Iya Ma Abang juga usaha kok. Cuma ya belum dapet. Mama do'ain aja."

".... "

Satu Shaf di Belakang Mu [Squel IUM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang