29 - Aku tanpamu berantakan

39.7K 3.5K 124
                                    

Hal pertama yang tertangkap pandangan Keanu tatkala matanya mengejap adalah langit-langit kamar berwarna putih, kemudian gelombang bunyi mulai merambat di telinganya, terdengar deru kendaraan yang berlalu-lalang di luar dan suara samar kegiatan di lantai bawah.

Oh, jam berapa ini?

Saat keanu mengambil posisi duduk di atas tempat tidur, kepalanya mendadak pengar seperti kapal yang terombang-ambing. Lantas ia memijat kepalanya kemudian menghadapkan tubuhnya ke samping untuk menurunkan kakinya ke lantai. Keanu meraih ponsel di atas nakas sebelah tempat tidur untuk mengecek waktu, ternyata sudah tengah hari, tentu saja para pegawainya sudah bekerja di bawah sana.

Keanu mencoba membaca pop up notifikasi, tetapi matanya masih sedikit buram untuk itu, begitupun pikirannya. Merasa tenggorokkannya sakit dan mulutnya agak pahit, terbersit keinginannya untuk minum. Keanu lantas berdiri, namun ketika ia melangkah tubuhnya langsung oleng sehingga ia terhuyung ke depan dan tangannya refleks terjulur ke dinding untuk menyanggah tubuhnya.

Keanu menggeleng cepat lalu membuka matanya lebar-lebar, berusaha mengumpulkan kesadarannya. Efek Liquor malam tadi sepertinya masih meninggalkan residu yang tidak bisa dinetralisir dengan tidur. Sial, ia mabuk berat semalam. Keanu bahkan tidak ingat bagaimana ia pulang semalam, tapi kemungkinan diantar Rio subuh tadi.

Setelah menarik napas panjang beberapa kali, Keanu lanjut berjalan menuju kamar mandi. Ia butuh air dingin untuk mengguyur kepalanya.

Seusai membersihkan diri, Keanu duduk di depan meja rias dengan mengenakan kaus hitam dan celana chino panjang. Mata kanannya tampak merah disertai rasa perih karena kemasukan shampo akibat hampir tertidur saat mandi tadi. Keanu lantas mengambil hair dryer dari laci meja dan menggunakannya, ia memang tidak suka jika masih ada air yang menetes dari rambutnya.

Tanpa Keanu sadari, bayangan Vezia menyusup dalam benaknya ketika pendengarannya dipenuhi bunyi hair dryer.

Jilvezia.

Orang yang membuatnya mabuk semalam suntuk.

Membahas hubungannya dengan Aluna saja sudah ia sekacau ini.

Mendadak Keanu merasa kesal, ia pun mematikan hair dryer-nya dan meletakkannya begitu saja. Rambutnya yang biasa ter-pomade rapi, hanya ia tata seadannya tak peduli meski bagian depan rambutnya jatuh ke kening. Keanu berdiri, kemudian berjalan ke luar kamar, keluar dari rest room-nya.

Posisi rest room Keanu yang bersebelahan dengan ruang kerja, membuatnya berniat menghampiri meja dengan komputer di sana. Bukan untuk bekerja, melainkan mengambil kacamata berbingkai hitam yang tergeletak di samping keyboard. Meski itu hanya kacamata anti radiasi, tapi efektif untuk menghalau angin untuk meminimalisir perih dari matanya yang memerah.

Sebenarnya, ia bisa saja melanjutkan tidur meningat pegawainya sudah piawai dengan pekerjaan mereka, tetapi perut Keanu meronta minta diisi. Ia pun menuruni tangga kemudian keluar dari ruangan staff only. Orang pertama yang dijumpainya adalah Mira, pelayan café yang berpapasan dengannya sambil membawa nampan kosong.

"Selamat siang Bos Endorphine yang udah kayak artis holiwud," sapa Mira disertai cengiran lebar. Pegawai Endorphine yang saru itu memang suka jujur kalo ngomong, makanya ia disukai pelanggan karena keramahannya. "Laper ya, Bos? Mau makan apa, Bos?"

"Apa aja, Mir, yang penting ada nasinya."

"Siap, Bos!"

Keanu mengedarkan pandang ke penjuru café, hanya ada beberapa pelanggan di area taman dan tiga orang yang ia kenal sedang menempati area bersofa marun di sudut café. Ada Rio yang sibuk menyantap nasi gorengnya, Mikha yang sibuk gelendotan di tangan Rio, dan dihadapan mereka ada Natasha yang menikmati semangkuk sup.

Endorphins in YOU (Completed)Where stories live. Discover now