Part 32 || memories 2

3.1K 321 0
                                    

Yang paling penting ternyata bukan berusaha lupa, tapi melepaskan. Dengan melepaskan kita tidak perlu melupakan.

Part 32 || memories 2

Jangan lupa untuk tekan bintang sebelum membaca cerita ini ya. Terima kasih sudah mau menghargai^^


SELAMAT MEMBACA!

~°~


Ruka kecil mengikuti dari belakang. Saat sudah menuruni anak tangga, ia terpekik senang saat melihat kedatangan sodara dan tantenya itu.

"Yaksa," panggil Ruka kecil kegirangan mendekati anak laki-laki seumuranya yang tengah di gendong ibunya.

"Ih, Tante Yaksa nya kenapa? Kok nangis gitu, cengeng banget," Ucap Ruka kecil yang mendapati gelak tawa dari tantenya.

Mama Yaksa menurunkan anaknya yang masi terus menangis. "Udah dong sa, nangisnya. Kan lutut nya juga ngga apapa tuh, ngga ada yang lecet," Ucap nya sembari mengelus kaki Yaksa kecil.

Ruka kecil mendekati Yaksa kecil yang masi tak kunjung berhenti menangis. "Kata mama, anak laki-laki itu ngga boleh nangis. Harus kuat, biar bisa jagain orang yang disayang nanti."

Yaksa kecil terdiam, ia menatap wajah sodaranya yang berjongkok di depannya itu. "Kamu mau ajarin aku biar jadi kuat? Agar aku bisa jagain mama. Orangnya aku sayang," Ucap nya yang segera di angguki Ruka kecil.

Ruka kecil mengajak Yaksa kecil bermain di taman belakang rumahnya, meninggalkan kedua orang tuanya yang masi menatap mereka dengan senyum geli.

"Semoga mereka akan selalu seperti itu, saling membantu dan melindungi satu sama lain sampai kapan pun." Ucap mama Ruka.

"Oh, iya, ada apa? Tumben banget pagi-pagi udah mampir kesini?" Tanya mama Ruka. Ia menatap adik dari suaminya itu, umur keduanya tidak beda jauh hanya terpaut satu tahun.

"Aku mau titip Yaksa boleh? Soalnya aku dan papanya harus mengikuti rapat yang  ada di luar kota. Sedangkan pembantu di rumah yang biasa jaga Yaksa sedang pulang kampung," jelas mama Yaksa.

"Ah, tentu saja boleh dong, Ruka pasti senang banget." Ucap mama Ruka.

Mama Yaksa tersenyum lega. "Makasih ya dan maaf kalau aku ngerepotin."

"Kamu ini kayak sama siapa aja, Yaksa sendiri kan sudah saya anggap seperti anak sendiri," Ucap mama Ruka.

Mama Yaksa mengangguk pelan, ia melihat jam di pergelangan tangannya. "Kalau gitu aku pergi dulu ya," Ucap nya.

"Iya, hati-hati dan sukses terus untuk pekerjaan nya yah," ujar mama Ruka.

____________

Sore harinya, Ruka dan Yaksa main bola di halaman depan rumah Ruka.

"Aku yang nendang, kamu yang jagain gawang nya yah," Ucap Yaksa kecil yang sudah mengambil ancang-ancang untuk menendang bola.

Benalu [END]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang