Iris hitam dan lensa berwarna hazel itu saling menatap seolah terkunci pada pantulan bayangan masing- masing pada mata yang nyatanya begitu indah. Jemari itu masih saling menggenggam dengan salah satu nya yang kini berusaha untuk mengurasa rasa sakit.
Taehyung tak bisa mengalihkan perhatiannya—Ia menyukai mata bulat yang rupanya tak berubah sejak 17 tahun lalu. Pria kecil yang memberikan gelang kecil begitu polos sebagai ucapan terima kasih kini benar- benar ada dihadapannya membuat Taehyung tersenyum tipis dengan Jungkook yang tampak merona.
Jungkook pun memutuskan pandangan itu secara sepihak, senyuman itu begitu tulus dan memecah pikiranya. Namun, ketika kamar terbuka membuat Jungkook melirik begitu juga dengan Taehyung yang kemudian bangkit dan melangkah mengambil kotak bewarna putih yang cukup besar.
Jungkook melihat punggung tegap itu—Punggung itu sedikit familiar untuknya dengan ingatan 17 tahun lalu yang terus mendesak masuk kedalam ingatannya—Ketika pria yang memiliki tangan begitu dingin itu meminta Jungkook untuk naik kepunggungnya.
Bahkan—Genggaman jemari yang begitu erat ketika dihutan tadi membuat pikiranya kembali bermuara pada kenangan 17 tahun lalu. Jungkook merasa jika mereka adalah orang yang sama—Tapi, tidak mungkin kan? Jungkook merasa gila sejak kejadian yang menimpanya dua bulan lalu.
Bahkan, hari ini Jungkook merasa gila dan berharap dirinya mati daripada melihat wanita itu. Wanita itu cukup cantik namun membuatnya merinding. Taring tajam, kuku yang panjang, cengkraman pada rambutnya begitu kuat membuat kepalanya terasa sedikit sakit.
"Taehyungie?" ucap Jungkook ketika Taehyung menggeser kursi dan duduk dihadapan pemuda itu. Taehyung hanya melirik dan berdehem singkat—Darah ini harus benar- benar menghilang, setidaknya dari pandangannya. Taehyung pun memilih untuk mengeluarkan sebuah botol putih disana.
"Wanita itu—Apa?"
Taehyung terdiam selama beberapa detik sebelum akhirnya lengannya kembali bergerak. Jungkook bertanya mengenai apa dan bukan siapa pada wanita yang ditemuinya tadi. Taehyung pun menatap Jungkook dan memiringkan kepalanya—Ia akan berpura- pura bodoh.
"Maksudmu?" ucap Taehyung yang kini tersenyum tipis sambil mengulurkan lengannya dan kembali meraih punggung tangan Jungkook menggunakan jemari kanan. Taehyung akan mengurangi rasa perihnya—Taehyung tak tega dan ia akan menghukum Empusa nanti.
"Ya—dia memiliki taring, rambut yang—"
Jungkook terdiam dengan pandangannya yang menunduk, bahkan Jungkook tak ingin membayangkan wujud wanita itu sangat menyeramkan dan Jungkook begitu sulit melupannya. Namun, punggung tangan Taehyung mengalihkan perhatiannya.
"Taehyungie, terluka?" Tanya Jungkook dengan mata yang menatap khawatir dan jemari lain mencoba untuk menyentuh luka itu. Rencannya berhasil, membuat Jungkook berhenti bertanya mengenai Empusa karena luka dipunggung tangannya.
Taehyung merasa bersalah—Karena ia selalu menipu Jungkook, membohonginya dan tak bisa berkata jujur.
"Oh—Aku terkena wajah panas saat membuat sarapan—" ucap Taehyung yang kini melepaskan jemari tanganya dan membuat Jungkook mendesis karena begitu perih. Hal itu membuat Taehyung menatap khawatir dan perlahan menggenggam punggung tangan itu lagi, mengambil kasa dengan satu tangannya.
Jungkook terdiam—Ini aneh. Setiap kali pria itu menggenggamnya rasa sakit itu berkurang. Entah karena nyaman atau karena hal lain. Jungkook memang merasa terlindungi setiap kali berada didekat pria itu. Namun, Jungkook kembali menatap luka pada punggung tangan Taehyung yang kini tengah memakaikan kasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENASCIDO
Romance"When your world become my world" Hanya ada dingin, duri dan sendu disini. Tak ada yang indah. Namun, dia datang, si manusia fana penakut. Hanya manusia fana itu yang menjadi keindahanku dan tak mungkin kubawa dalam dunaiku