Destiny •36•

68 4 0
                                    

Happy reading!

"Mereka hanya penasaran, bukan peduli."

🌒🌒🌒

PENGAKUAN dari Tisha membuat sekeliling kaget bukan main, sedangkan Senja tersenyum penuh kebanggaan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

PENGAKUAN dari Tisha membuat sekeliling kaget bukan main, sedangkan Senja tersenyum penuh kebanggaan.

"Puas kan lo semua!!!" teriak Tisha.

Langit menghela napas berat. "Lo nggak berubah, Sha. Kalau aja lo berubah, mungkin saat ini gue beri lo kesempatan. Dan itupun kalau gue..." Langit memandang Bulan, lalu melemparkan senyum pada cewek itu. "Nggak bertemu dengan Bulan, sayangnya takdir mempertemukan kami. Jadi lo nggak akan ada kesempatan lagi."

"Maksud lo apa? Seolah lo sudah mengenal Bulan lama. Dasar!" sewot Tisha.

"Gue memang udah lama mengenal Bulan, sebelum lo mengenalnya." Ucapan Langit membuat sekeliling keheranan. Karena yang mereka tau bahwa Langit mengenal Bulan sejak kelas X ini, tetapi ternyata mereka salah.

"Sejak kapan rupanya? Ngehalu ya lo?!" Suara Tisha kembali naik beberapa oktaf, dia muak dengan drama yang ada di depannya.

"Kalau gue ungkapkan pada kalian. Gue pastikan kalian tidak akan percaya." Langit menggenggam pergelangan tangan Bulan, sebelum meninggalkan kawasan kolam renang, cowok itu berujar.

"Untuk kalian, sebaiknya bubar. Dan jangan pernah bully Bulan atas kenyataan yang Tisha ungkapkan. Kalau kalian berani membully-nya, maka kalian harus berhadapan dengan ketua osis." Setelahnya, Langit membawa Bulan ntah kemana.

Untuk Awan, Cyra dan Angkasa. Ketiga insan tersebut memandang punggung keduanya yang kian menjauh.

Cyra tak menyangka, ternyata Bulan memiliki rahasia besar yang selama ini tidak diketahuinya. Padahal, Cyra sudah mengatakan pada Bulan, bahwa tidak ada rahasia diantara mereka berdua.

Cyra menghela napas berat. Sebelum ia meninggalkan kawasan kolam renang ini, ia mengambil buku diary Bulan yang tergeletak di lantai.

Lantas semuanya bubar ketika tidak ada lagi kegaduhan yang terjadi. Tak terkecuali Tisha, cewek itu berjalan menuju kelas dengan perasaan yang berkecamuk. Padahal ia membayangkan bahwa Bulan akan dibenci oleh seluruh murid Rising Star, tetapi semuanya terjadi tidak sesuai ekspetasinya.

🌒🌒🌒

LANGIT mengajak Bulan ke taman belakang sekolah. Tempat ini sangat cocok untuk menenangkan diri.

Keduanya diselimuti oleh keheningan, tidak ada yang berniat membuka suara. Pandangan Bulan lurus ke depan, memandang air mancur yang ada dihadapan mereka.

"Lan," panggil Langit dan si punya nama hanya membalas dengan gumaman. "Lo percaya takdir?"

Bulan menoleh, Langit tersenyum dengan respon Bulan. Ternyata pembahasan mereka tertarik untuk cewek itu dan Langit tidak membuanh sia-sia untuk mengungkapkan sesuatu.

          

"Percaya." Langit mengangguk.

"Kalau gue dan lo dikatakan takdir, apa lo percaya?" Pertanyaan Langit kali ini membuat kening Bulan mengernyitkan keningnya.

"Maksud lo?"

"Pertemuan kita."

🌒🌒🌒

BULAN bersiap-siap dengan pakaian casualnya, tak lupa menaruh ponsel beserta dompetnya ke dalam tas selendang kecilnya.

Setelah pembicaraan antara dirinya dan Langit tentang "pertemuan kita" Cyra datang dengan Angkasa. Maka Langit tidak melanjutkan ucapannya.

Cyra tersenyum jahil pada Bulan, sedangkan Bulan menaikkan sebelah alisnya. Karena ia mengira bahwa Cyra marah kepadanya. Dan penyebabnya adalah Bulan belum memberitahu tentang cinta pertamanya pada Cyra.

Bahkan cewek itu mengucapkan selamat. Hal itu membuat Bulan semakin bingung, ada apa dengan Cyra? Apa kepalanya terbentur?

Dan sampai sekarang, Cyra masih mengusik ketenangan Bulan yang ingin pergi dengan seseorang.

"Ciee yang mau kencan sama Kak Langit." Yep, tepat sekali. Orang yang dimaksud Bulan adalah Langit. Karena tadi tidak bisa melanjutkan pembicaraan diantara mereka berdua, cowok itu mengajak Bulan untuk dinner. Awalnya Bulan menolak, tetapi karena desakan dari Cyra, maka Bulan menerimanya saja.

"Ini bukan kencan, hanya makan biasa. Oke?" Cyra mengangguk, Bulan pikir dengan anggukannya Cyra mengerti, ternyata cewek itu kembali mengusik ketenangan Bulan.

"Jangan lupa pajak jadiannya ya. Ditunggu loh!!" seru Cyra di ambang pintu, tak lupa senyuman yang kian melebar terukir di wajahnya.

Langit hendak memakaikan helm pada Bulan, tetapi ditahan oleh Bulan. "Gue bisa sendiri." Setelahnya cowok itu mengangguk ngerti, lalu membantu Bulan agar bisa naik ke atas motornya.

Bulan juga menolaknya, tetapi untuk kali ini Langit tidak mengikuti ucapan Bulan.

Sepeninggalnya keberadaan Bulan, Cyra terkekeh geli. Saat membalikkan badannya, ia menemukan Zila yang sudah berpakaian rapi.

"Tante mau kemana?" Zila tersenyum tipis.

"Keluar sebentar. Nggak apa-apa kan kamu sendiri di rumah?"

"Iya nggak apa-apa, tan." Cyra menyalam punggung wanita paruhbaya tersebut. Lalu melambaikan tangan pada Mamanya Bulan.

Gue sendirian di rumah. Apa yang gue lakukan untuk menghilangkan bosan?

Setelah lama berpikir, akhirnya Cyra mendapatkan jawabannya yaitu.

"Gue aja Kak Angkasa jalan deh."

🌒🌒🌒

DI perjalanan tidak ada yang membuka suara. Awalnya Bulan ingin bertanya mereka akan makan dimana? Tapi ia urungkan karena tidak mau menganggu kosentrasi Langit.

Akhirnya mereka sampai di sebuah restoran. Tidak mewah, tetapi Bulan simpulkan bahwa makanan yang tersaji sangat enak. Karena banyak pengunjung yang berdatangan.

"Nggak apa-apa kan kalau kita makan nasi goreng?" tanya Langit. Bulan mengangguk kecil, lagian nasi goreng adalah makanan favoritnya semenjak kecil.

Mereka memilih duduk dibagian pojok. Di tempat ini mereka dapat melihat bermacam kendaraan yang berlalu lalang, di hadapan mereka terdapat sebuah lilin yang menyala begitu indah.

Langit memanggil salah satu waiter yang ada, lalu menoleh pada Bulan. "Pesan apa?"

"Nasi goreng seafood dan ice tea." Setelahnya, Langit mengucapkannya pada waiter tersebut, setelah waiter itu mengulangnya, ia pergi dari hadapan mereka berdua.

"Jadi..." Langit memandang Bulan lekat, sementara cewek itu mengernyitkan keningnya. "Apa tanggapan lo tentang tadi siang?"

Pertemuan kita.

Dua kata itu terus terngiang di kepala Bulan seperti kaset rusak. Apakah sebelumnya Bulan pernah bertemu dengan Langit?

Setelah Bulan lebih teliti memandang wajah Langit, ia seperti tidak asing dengan wajah yang ada dihadapannya ini. Tapi sejak kapan mereka bertemu? Dan dimana?

"Hei." Sapaan hangat itu menyapa indra pendengaran Bulan, bahkan cewek itu mengerjap berkali-kali. "Kok bengong?"

Bulan tersenyum tipis dan itu membuat Langit senang bukan main. Selama ini ia menunggu senyuman yang terbit di bibir Bulan.

"Bagaimana? Apa jawaban lo?"

"Gue nggak tau. Karena yang gue inget pertemuan pertama kita saat MOS nggak lebih." Raut wajah Langit berubah menjadi kecewa. Padahal ia sangat berharap bahwa Bulan akan mengingatnya, tetapi itu tidak membuat semangat Langit pudar.

"Kalau gue kasih bukti. Apa lo percaya?"

"Tergantung." Langit manggut-manggut, lalu mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya.

Ada sebuah kado yang berukuran cukup besar dibalut dengan pita bewarna biru, warna kesukaan Bulan. Bulan memandang Langit, sementara cowok itu memandang penuh arti.

"Silahkan buka dan temukan jawabannya." Langit tersenyum di akhir kalimatnya.

Bulan membuka kado tersebut secara perlahan dan ia tidak bisa menahan rasa senangnya ketika melihat benda yang ada di dalamnya.

Terdapat dua frame yang berisi seorang gadis dan seorang cowok disampingnya, frame selanjutnya terdapat foto dirinya yang sedang makan coklat.

Ada juga diary yang sudah usang. Bahkan ada barang yang selama ini Bulan inginkan, yaitu sebuah boneka berbentuk Bulan.

Bulan menatap Langit dengan tatapan tidak percaya, lalu menggeleng, ia tidak percaya bahwa yang di depannya adalah...

"Langit... lo.. teman kecil gue?" tanya Bulan terbata-bata.

《☆☆☆》

02 November 2020

Salam hangat
Matchaa_fi💮

TBC

Destiny [END]✓Where stories live. Discover now