Rey sudah berada di dalam mobilnya sekitar dua setengah jam, menunggu Syanin yang sekarang masih sibuk dengan penutupan acaranya.
Rey bisa melihat dari dalam mobilnya, Syanin sedang memberikan kata sambutan sebagai ketua panitia acara, tak lupa dengan senyum andalannya.
Kadang, Rey pikir, apa yang sering dikatakan orang tentang Syanin benar, hanya dengan melihat senyuman di bibir itu bisa membuat orang menyukai perempuan yang sedang berdiri di podium sana.
"Terlalu suka jadi pusat perhatian," gumam Rey.
Pasalnya Rey sangat tahu kenapa Syanin rela ikut organisasi kampusnya padahal jadwal kuliahnya sangat padat. Ditambah lagi, Syanin mengambil jurusan kedokteran umum, bisa dipastikan sangat banyak praktikum yang akan dijalankan selama masa kuliahnya.
Sewaktu Syanin masih menjadi mahasiswa baru, ia pernah bercerita pada Rey tentang ia yang akan mendaftar sebagai anggota BEM fakultasnya. Tentu saja Rey tidak setuju.
Menurut Rey, kuliah lebih penting. Jika ada waktu luang, baru boleh ikut organisasi, tapi mengingat jurusan Syanin, sangat tidak memungkinkan ada waktu luang.
Saat itu ia berdebat panjang dengan Syanin soal penting atau tidaknya ikut organisasi di kampus.
Kemudian, Syanin berkata, "Aku tahu kamu udah banyak yang kenal, banyak yang mau karena kamu udah baik dan pintar dari sananya. Jadi, nggak perlu ikut organisasi lagi. Beda sama aku."
Akhirnya setelah Syanin mengatakan itu, Rey memilih untuk mengalah dan membiarkan perempuan itu melakukan apa yang dia inginkan.
Dua jam setengah Rey menunggu Syanin, hampir semua yang bisa ia lakukan sudah dilakukan. Mulai dari merevisi skripsinya, main game, nonton, sampai hanya memperhatikan perempuan itu dari dalam mobil. Semua sudah Rey lakukan.
Setengah jam yang lalu perempuan itu mendatangi Rey ke mobilnya lagi, katanya acara penutupan baru akan dimulai dan setelah itu akan ada evaluasi seputaran acara seminggu ini.
Tentunya hal itu akan memakan waktu yang lama dan Rey akan makin bosan, maka dari itu tadi Syanin meminta Rey untuk pulang duluan karena mereka bisa keluar besok. Tetapi, Rey memutuskan untuk tetap menunggu Syanin. Syanin pun membiarkan itu.
"Bang," panggil Syanin yang tanpa Rey sadari sekarang sudah membuka pintu mobilnya.
"Apa?" tanya Rey.
"Bosen, ya? Ikut aku aja, yuk."
"Kemana?"
"Evaluasi. Aku udah bilang Ikhsan, katanya nggak papa kamu ikut daripada nggak ada kerjaan disini," jelas Syanin.
"Aku disini aja."
"Yaudah kalau nggak mau, kamu pulang aja. Aku masih lama takutnya kamu bosen." Ketika mendengar itu, Rey mau tidak mau ikut turun dari mobilnya dan bergabung dengan orang-orang yang tidak dia kenali sebelumnya.
Hanya ada empat orang yang Rey kenal, yaitu ketiga teman dekat Syanin yang sekarang sedang menatap Rey bingung dan juga Geri.
Sembari duduk di tengah-tengah orang yang sedang rapat, Rey memainkan ponselnya. Lagi pula, apalagi yang bisa ia lakukan disana selain memainkan ponsel? Akan sangat awkward jika Rey tidak memainkan ponselnya. Dia hanya mendengar orang-orang berceloteh saja.
Saat Rey sedang membuka aplikasi instagram dan men-scroll postingan yang ada di berandanya, sebuah notifikasi chat grup masuk ke ponselnya. Rey langsung membuka pesan tersebut.
(Group chat)
Redho
Woi, Rey!
Payah banget diajak ngumpul nggak mau.
Ariel
Lo tau nggak kenapa?
Redho
Kenapa?
Ariel
Mau ke Syanin.
Penting katanya
Iya tahu, Syanin lebih penting.
Reynova
Apaan, sih.
Redho
Gelooo!
Ayo sih, ngumpul.
Lo dimana, Rey?
Reynova
Kampus, nungguin Syanin.
Ariel
Anjrit!
Udah hampir malam gini?
Reynova
Hmmm.
Ariel
Giliran Syanin aja dijabanin sampe malam.
Kalau gue minta tungguin 5 menit aja ogah.
Redho
Abisnya mau kemana?
Reynova
Ngajakin Syanin makan.
Redho
Ikut, dong.
Udah lama juga nggak ketemu Syanin.
Ariel
EH IYA BENER JUGA!
Reynova
Ok.
Nanti susul aja.
Rey mendongakkan kepalanya dari layar ponselnya ketika mendengar perempuan di sebelahnya berbicara. Syanin sedang menjelaskan terkait kesuksesan acara yang sudah ia lakukan, yang dibantu oleh teamnya.
Syanin sangat pintar dalam berbicara, Rey yakin Syanin juga sangat pintar dalam berkomunikasi dengan orang lain baik itu orang yang telah lama ia kenal ataupun baru ia kenal.
Cara Syanin berbicara seperti bisa menghipnotis para audience agar hanya fokus dan tertuju padanya, ia bisa menarik perhatian orang-orang.
Hanya saja, perempuan itu tidak pernah menyadarinya. Dia juga pernah berkata pada Rey, dia ikut organisasi agar bisa menjadi orang yang lebih percaya diri. Padahal, menurut Rey, Syanin adalah orang yang percaya dirinya selangit kalau di depan Rey.
***
Rey dan Syanin berjalan memasuki restoran sushi favorite Syanin di salah satu mall di Bandung.
Saat baru masuk ke restoran, Rey langsung melihat kedua temannya yang sudah duduk di salah satu meja sambil melambaikan tangannya pada mereka.
Sebelum menuju kesini, Rey sudah mengabari kedua temannya kalau Syanin lagi ingin makan di restoran sushi favoritenya, maka disinilah mereka sekarang.
Saat Rey dan Syanin sudah duduk, kedua teman Rey tersenyum pada Syanin.
"Hi, Sya. Apa kabar?" sapa Redho. "Udah lama nggak ketemu."
"Baik, Kak. Lo sama Kak Ariel apa kabar?"
"Baik," jawab Ariel dan Redho berbarengan. Rey sedari tadi hanya diam mendengarkan.
"Nambah cantik aja," goda Redho dan Syanin hanya tersenyum simpul.
Biasanya Syanin akan dengan hati meladeni candaan serta godaan dari teman-teman Rey yang sudah Syanin tahu wataknya. Tapi, tidak kali ini. Syanin merasa sangat lelah. Kalau Rey tadi tidak datang ke kampusnya, pasti sekarang ia sudah tidur.
Tidak lama kemudian, pramusaji dari restoran tersebut menghampiri meja mereka dan bertanya makanan apa saja yang ingin mereka pesan. Setelah memberitahu pesanannya, Syanin langsung menempelkan kepalanya pada meja restoran, lalu memejamkan mata.
Rey yang melihat itu bingung sekaligus kasihan. Pasalnya Rey sangat tahu kalau Syanin tipikal orang yang sangat mudah lelah, hal ini juga yang membuat Rey sempat sangat membantah ketika Syanin ingin masuk organisasi.
Hari ini Syanin banyak tidur, tadi saat perlombaan ia tertidur, saat di perjalanan menuju kesini juga ia tertidur, sekarang setelah sampai pun ia sempat tidur lagi sambil menunggu pesanan datang.
Saat sampai disini tadi, Rey membangunkan Syanin dan bertanya apakah ia ingin pulang saja. Tetapi, perempuan itu menolak dengan alasan lagi ingin sekali makan sushi.
Saat memesan makanan tadi pun Syanin hanya memesan satu menu, padahal biasanya dia akan mengambil kesempatan dengan memesan semua yang disukainya jika Rey yang traktir.
Ketika melihat Syanin yang lesu, teman-teman Rey terdiam. Mereka tidak berani lagi menggoda Syanin jika sudah begini keadaannya, Rey pasti akan marah besar nantinya.
Akhirnya mereka memutuskan untuk membicarakan hal lain, tetapi Rey tidak berminat ikut dalam pembicaraan tersebut. Rey juga tidak tahu mereka membicarakan apa.
Rey hanya menatap kedua temannya yang sibuk berbicara sampai kemudian ia melihat ponsel Syanin yang terletak diatas meja berbunyi. Awalnya, Rey tidak perduli, itu urusan Syanin. Kemudian, Syanin terbangun karena suara ponselnya sendiri.
Syanin akhirnya mengangkat kepalanya dan melihat siapa yang menelepon.
Kak Geri is calling...
Syanin mengabaikan panggilan itu dan tidur lagi. Tetapi, Geri tak henti-hentinya menelepon membuat Rey yang duduk di sebelah Syanin jengah.
Teman-teman Rey sudah menatap laki-laki itu dari tadi, mereka tahu Rey terganggu, terlebih lagi sekarang Syanin sedang tertidur. Dua kali, tiga kali, hingga panggilan keempat, Rey memutuskan untuk mengambil alih ponsel Syanin dan mengangkat panggilan itu.
"Syanin tidur. Bisa nggak lo kalau nggak ganggu dia? Berisik," oceh Rey di detik pertama dia mengangkat panggilan itu.
Teman-temannya dibuat melongo karena tingkah Rey, jarang sekali Rey suka ikut campur urusan orang lain, biasanya juga kalau Rey marah ia hanya akan diam lalu kemudian baik dengan sendirinya, kalau terganggu Rey hanya akan pergi dari sana. Memang Syanin adalah pengecualian.
Syanin tersenyum mendengar perkataan Rey saat mengangkat panggilan itu, Syanin juga tidak bisa tidur karena Geri terus menelepon.
Rey lucu kalau lagi marah. Batin Syanin.