Sudah sekitar dua puluh menit Chanhee berada di luar gedung apartemen. Masih dengan niat baiknya untuk mentraktir Sunwoo yang kelaparan.
Tapi di otaknya masih terngiang di saat Eric dan Juyeon berduaan. Kalau saja saat itu ia sudah tidak bisa menahan kecemburuannya, mungkin Eric sudah babak belur di sana. Tapi Juyeon pasti tidak akan suka bila Chanhee melakukan hal itu pada... Orang yang ia suka. Yah, itu salah satu alasan kenapa Chanhee tidak pernah bertingkah yang tidak-tidak pada Eric. Semua agar Juyeon tidak makin membencinya.
Langkah kaki pria manis itu terasa berat ketika baru saja keluar dari sebuah minimarket. Di tangannya juga sudah ada satu kantung makanan yang sebelumnya ia beli di sebuah kedai siap saji. Sedangkan kantung yang berlabelkan minimarket yang baru saja ia datangi tadi ada di tangan yang lain. Kantung itu berisi beberapa kaleng dan botol minuman. Sesuai kesukaan setiap teman-temannya.
Chanhee menghela nafas panjang. Namun baru saja kakinya hendak melangkah, ia dengar seorang wanita bersuara.
"Helaan nafasmu cukup panjang. Kau pasti sedang dalam keadaan bimbang."
Chanhee menoleh dan melihat seorang wanita bersandar pada kaca minimarket tersebut. Dia mengenakan coat hitam yang panjang sampai pahanya. Celana jeans-nya pun berwarna hitam legam, sama dengan sepatu boot-nya. Rambutnya ikal, pirang, dan panjang sepunggungnya. Pandangannya lurus menatap entah ke mana. Yang pasti, ia tidak sedang menatap Chanhee, meski pria itulah yang sedang ia ajak bicara.
"Si– siapa kau?"
"Dari pandanganmu, aku tahu. Kau sedang menyukai seseorang yang diam-diam saling suka dengan orang lain. Tapi kau tidak bisa menghentikan mereka, karena kau menyayangi keduanya. Apa aku benar?" tanya wanita itu sambil melirik ke arah Chanhee tanpa mengubah posisi awalnya.
"Hei, aku tanya kau siapa? Kenapa kau bisa tahu tentang keadaanku saat ini?! Apa kau semacam stalker?"
"Aku bukan stalker. Aku juga tidak mengenal siapa dirimu. Tapi yang aku tahu, semua yang aku paparkan tadi itu benar."
"Eh?"
Wanita itu tertawa kecil sambil menyeringai. Ia lalu beranjak mendekati Chanhee, sembari mengeluarkan sebuah botol kecil dari coat yang ia kenakan. Botol itu ia genggam tepat di depan wajah Chanhee.
"A- apa itu?" tanya Chanhee kebingungan.
"Kau bisa merebut orang yang kau sukai itu dari orang lain. Dia akan langsung jatuh hati kepadamu. Tak mau jauh darimu, dan ingin kau selalu bersamanya."
Chanhee merasakan wajahnya memanas. Ia membayangkan kalau Juyeon selalu berasamanya. Perlahan, Chanhee mengambil botol itu dan memperhatikannya.
"Cairan apa ini?"
"Cara kerjanya mudah. Tinggal masukkan ke minuman orang yang kau sukai, dan dia akan selamanya jadi milikmu."
"Lalu... bagaimana dengan perasaan yang lain?"
"Rasa iba tidak lagi penting kalau kau memang mencintai seseorang. Karena setelahnya, kau akan terus bahagia, bukan? Jangan pedulikan perasaan yang lain."
Wanita itu sekali lagi menyeringai. Sedangkan Chanhee menatap botol berisi cairan merah di tangannya. Apa ia benar-benar harus melakukan ini? Meracuni Juyeon dengan cairan ini agar mereka bisa selalu bersama? Lalu bagaimana dengan Eric? Apa benar tidak apa-apa kalau Chanhee menyakiti hati Eric? Apa benar Chanhee akan tetap bahagia setelahnya?
Terlalu banyak kebimbangan di hati dan otak Chanhee.
"Untuk pertama ini, aku berikan gratis untukmu. Tapi kalau kau masih membutuhkannya, kau bisa membayar di dekat hutan sana. Di sana lah aku tinggal."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wrong Love Poison [Newmoon, Juric, Sunhak]
FanfictionApa yang akan Chanhee lakukan ketika ia salah memasukkan ramuan yang ia dapatkan dari seorang wanita misterius? Newoon | Juric | Sunhak side!Junew | side!NewRic One-sided love(s) | Mystery | (Kinda)fantasy | drama Rate-T