2 : Wrong Target

829 105 39
                                    

Sudah sekitar dua puluh menit Chanhee berada di luar gedung apartemen. Masih dengan niat baiknya untuk mentraktir Sunwoo yang kelaparan.

Tapi di otaknya masih terngiang di saat Eric dan Juyeon berduaan. Kalau saja saat itu ia sudah tidak bisa menahan kecemburuannya, mungkin Eric sudah babak belur di sana. Tapi Juyeon pasti tidak akan suka bila Chanhee melakukan hal itu pada... Orang yang ia suka. Yah, itu salah satu alasan kenapa Chanhee tidak pernah bertingkah yang tidak-tidak pada Eric. Semua agar Juyeon tidak makin membencinya.

Langkah kaki pria manis itu terasa berat ketika baru saja keluar dari sebuah minimarket. Di tangannya juga sudah ada satu kantung makanan yang sebelumnya ia beli di sebuah kedai siap saji. Sedangkan kantung yang berlabelkan minimarket yang baru saja ia datangi tadi ada di tangan yang lain. Kantung itu berisi beberapa kaleng dan botol minuman. Sesuai kesukaan setiap teman-temannya.

Chanhee menghela nafas panjang. Namun baru saja kakinya hendak melangkah, ia dengar seorang wanita bersuara.

"Helaan nafasmu cukup panjang. Kau pasti sedang dalam keadaan bimbang."

Chanhee menoleh dan melihat seorang wanita bersandar pada kaca minimarket tersebut. Dia mengenakan coat hitam yang panjang sampai pahanya. Celana jeans-nya pun berwarna hitam legam, sama dengan sepatu boot-nya. Rambutnya ikal, pirang, dan panjang sepunggungnya. Pandangannya lurus menatap entah ke mana. Yang pasti, ia tidak sedang menatap Chanhee, meski pria itulah yang sedang ia ajak bicara.

"Si– siapa kau?"

"Dari pandanganmu, aku tahu. Kau sedang menyukai seseorang yang diam-diam saling suka dengan orang lain. Tapi kau tidak bisa menghentikan mereka, karena kau menyayangi keduanya. Apa aku benar?" tanya wanita itu sambil melirik ke arah Chanhee tanpa mengubah posisi awalnya.

"Hei, aku tanya kau siapa? Kenapa kau bisa tahu tentang keadaanku saat ini?! Apa kau semacam stalker?"

"Aku bukan stalker. Aku juga tidak mengenal siapa dirimu. Tapi yang aku tahu, semua yang aku paparkan tadi itu benar."

"Eh?"

Wanita itu tertawa kecil sambil menyeringai. Ia lalu beranjak mendekati Chanhee, sembari mengeluarkan sebuah botol kecil dari coat yang ia kenakan. Botol itu ia genggam tepat di depan wajah Chanhee.

"A- apa itu?" tanya Chanhee kebingungan.

"Kau bisa merebut orang yang kau sukai itu dari orang lain. Dia akan langsung jatuh hati kepadamu. Tak mau jauh darimu, dan ingin kau selalu bersamanya."

Chanhee merasakan wajahnya memanas. Ia membayangkan kalau Juyeon selalu berasamanya. Perlahan, Chanhee mengambil botol itu dan memperhatikannya.

"Cairan apa ini?"

"Cara kerjanya mudah. Tinggal masukkan ke minuman orang yang kau sukai, dan dia akan selamanya jadi milikmu."

"Lalu... bagaimana dengan perasaan yang lain?"

"Rasa iba tidak lagi penting kalau kau memang mencintai seseorang. Karena setelahnya, kau akan terus bahagia, bukan? Jangan pedulikan perasaan yang lain."

Wanita itu sekali lagi menyeringai. Sedangkan Chanhee menatap botol berisi cairan merah di tangannya. Apa ia benar-benar harus melakukan ini? Meracuni Juyeon dengan cairan ini agar mereka bisa selalu bersama? Lalu bagaimana dengan Eric? Apa benar tidak apa-apa kalau Chanhee menyakiti hati Eric? Apa benar Chanhee akan tetap bahagia setelahnya?

Terlalu banyak kebimbangan di hati dan otak Chanhee.

"Untuk pertama ini, aku berikan gratis untukmu. Tapi kalau kau masih membutuhkannya, kau bisa membayar di dekat hutan sana. Di sana lah aku tinggal."

          

Chanhee terdiam sebentar.

"Ta– tapi–" Chanhee mengangkat kepalanya. Namun wanita itu sudah ada di sana. "Ke mana perginya?"

Chanhee menoleh ke sekelilignya, mencoba mencari sosok wanita itu. Tapi ia tak menemukannya. Wanita itu bagai lenyap dalam sekajap. Matanya kemudian kembali terfokus pada botol di tangannya. Chanhee tak tahu apa yang harus ia lakukan.

Sekali lagi, ia menghela nafas. Kemudian memasukkan botol itu ke saku jaketnya, dan berjalan menuju gedung apartemen. Ia akan memikirkannya lagi nanti.



# The Wrong Love Poison #



"Aku kembali!"

"Chanhee hyung sudah kembali!"

Sunwoo dan Haknyeon langsung berhamburan ke arah Chanhee. Chanhee hanya tertawa kecil membayangkan betapa kelaparannya dua anak ini.

"Maaf, aku lama. Ini, makanannya. Kalian makanlah duluan. Aku akan urus minumannya."

"Ne!"

Chanhee memberikan kantung plastik berisi kotak makanan pada Sunwoo dan Haknyeon. Kelima temannya pun langsung membuat lingkaran dengan duduk di lantai ruang tengah. Sedangkan Chanhee berjalan menuju dapur, dan memindahkan minuman-minuman itu ke gelas. Ia memang tidak terlalu suka melihat teman-temannya minum langsung dari botol atau kaleng kalau tidak dalam keadaan darurat. Kesannya jorok.

Setelah memindahkan minuman Juyeon ke gelas terakhir, ia mengeluarkan botol yang tadi ia dapatkan dari wanita berpakaian serba hitam itu. Ia berpikir sejenak. Mungkin memang ini yang terbaik untuk dirinya. Memaksa Juyeon untuk selalu bersama dengannya. Kemudian dengan ragu, Chanhee memasukkan cairan itu ke gelas milik Juyeon, lalu mengaduknya rata. Cairan itu larut dalam minuman tanpa mengubah warna aslinya.

"Minuman datang! Aku beli sesuai kesukaan kalian masing-masing," Chanhee memasuki lingkaran dan duduk di antara Eric dan Sunwoo. Semua terlihat senang karena akhirnya Chanhee datang. "Cola untuk Eric dan Sunwoo. Orange juice untuk Kevin dan Haknyeon. Ice tea milik Juyeon."

Chanhee memberikan gelas-gelas itu pada setiap pemiliknya. Ia sedikit ragu ketika harus memberikan gelas itu pada Juyeon. Tapi justru akan terlihat mencurigakan kalau ia tak segera memberikannya.

"Gomawo, Chanhee hyung!" ucap ketiga lelaki termuda di sana.

"Ne, ne. Dan milikku... Strawberry milk!"

"Uwaa! Aku juga mau!" ujar Haknyeon.

"Enak saja! Aku tidak akan membaginya dengan siapa pun!"

Semua tertawa sedangkan Haknyeon terlihat cemberut. Semuanya kemudian melanjutkan makan. Belum ada yang menyentuh gelas masing-masing. Sedangkan Chanhee gemetaran memperhatikan Juyeon. Apa semua yang dikatakan wanita itu benar? Kalau Juyeon meminum minuman dengan cairan itu, ia akan langsung memperhatikannya?

Tunggu. Bagaimana kalau itu racun mematikan? Baru terpikirkan oleh Chanhee. Bagaimana kalau wanita tadi benar-benar stalker yang gila dan bubuk tadi adalah racun? Saat itu juga, Chanhee berpikir bahwa dirinya sangat bodoh.

Tapi entah kenapa, setengah hatinya masih berpikir bahwa kata-kata wanita itu memang akan terjadi.

Tiba-tiba saja, Eric terlihat memegangi perutnya.

"Eric? Kau kenapa?" tanya Juyeon yang pertama kali menyadari gerak-gerik aneh Eric. Ia khawatir.

"Aku baik-baik saja, hyung. Perutku hanya sedikit sakit," jawab Eric, sambil memaksakan sebuah senyuman.

The Wrong Love Poison [Newmoon, Juric, Sunhak]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang