"Aku mengawasi dari gedung tak terpakai dekat kediaman taeyong."
"Bagus. Bobol semua keamanan cctv di jalan raya..."
Pagi tiba, kelompok GUN mulai melancarkan misi yang di berikan oleh bos mereka. Winwin dan guno bertugas untuk memantau jalanan, dan itu membutuhkan waktu yg cukup lama untuk membobol keamanan cctv di jalanan. Lim dan jeno bertugas untuk memasang bom di area pabrik yang tdk terpakai.
Mereka berkomunikasi menggunakan earpiece yang terhubung satu sama lain. Lim dan jeno mulai memasang bom di setiap sisi pabrik tsb, bom yang di gunakan hanya berpengaruh pada suara yang sangat keras, namun tdk akan berpengaruh dengan kerusakan besar.
30 menit berlalu, "hyung, semua bom sudah terpasang..." Sahut jeno.
"Alat pemancing peledak bom sdh kau sambung?" Tanya lim berbalik menghadap jeno.
"Belum hyung..." jawab jeno yang hendak mengambil alat tsb.
"Biar hyung saja..." Ujar lim mengambil alat tsb dari tangan jeno.
"Knp tdk aku saja? Bom ini juga tdk berbahaya." Tanya jeno
"Kau ingin meledak kan bom ini?" Tanya lim tdk menghiraukan pertanyaan jeno.
Jeno mengangguk. "Kalau itu mau mu, latihan menembak mu selama ini sia-sia saja."
Lim membuka tas pengaman sniper, mengambil nya, dan memberikan nya pada jeno. "Tapi apa yang harus ku tembak??"
Tanya jeno sembari meneropong sekeliling menggunakan sniper nya. "Nanti kujelaskan, skrng bereskan semua barang-barang mu."
"Kita akan pergi??" Tanya jeno.
"Yak, kenapa kau banyak tanya." Ujar lim menatap jeno dengan wajah sangar nya.
Ini lah yang akan terjadi ketika es ketemu es, perang dingin pun terjadi. "Aku hanya bertanya, apa salahnya?"
"Itu salah besar, kau lupa itu hm?" Jawab lim menenteng tas di pundak nya.
"terserah kau saja hyung." Ujar jeno. Mereka pun keluar dari pabrik.
Lim berjalan ke arah mobil jeep yang berada di belakang pabrik. "Winwin, kau dengar aku?"
Ujar lim, sambil memasukan tas yang tadi dia bawa ke jok belakang. "Nee hyung? Ada apa?"
Sahut winwin dari seberang sana. "Pekerjaan mu sudah selesai?"
"Belum hyung, masih ada 5 cctv lagi yang belom ku bobol..." jawab winwin.
"Cepat jalan kan mobil...
Ujar lim pada jeno.Baiklah, aku dan jeno akan kesana segera..." Ujar lim pada winwin.
"Nee, berhati hati lah..."
Lim pun mematikan earpiece nya. Mobil lim dan jeno berjalan keluar area pabrik, menuju tempat winwin dan guno berada.
"Saat kita sampai di sana, kau kembali lah ke sini." Ujar lim menyambung kan kabel untuk alat pemancing peledak bom.
"Mwo? Hanya aku, hyung tidak ikut?" Tanya jeno.
Lim mengangguk. "Tapi... aku tidak bisa hyung." Ujar jeno menatap lim.
"Kau bisa, ini lah saatnya kau melaksanakan misi tanpa aku." Jawab lim.
"Aku tidak-" Ucapan jeno terpotong.
"Berhenti bilang aku tidak bisa! Aku tdk suka itu!" Ujar lim dengan nada.
Jeno terdiam, dia tahu lim dingin. namun, dia tidak pernah membentak. Tapi jika dia mulai membentak, berarti dia tengah marah.
"Mianhae... baiklah. Tapi apa yang harus ku lakukan?"
"Di samping pabrik itu, ada sebuah ruko tua. Dan ku rasa sdh tdk berpenghuni...
Lim menjeda.
Kau ke lantai atas ruko itu, lalu cari sasaran untuk kau tembak."
"Baik aku mengerti..." Jawab jeno.
"Dan ingat, jangan menembak seorang wanita atau anak-anak." Ujar lim memperingati.
Jeno mengangguk. "Oh iya hyung, bagaimana dengan taeyong hyung?"
Lim menatap jeno. "Aku sama sekali tidak peduli dengan dia."
"Haish hyung, aku tau dia memang brengsek, tapi mengapa kau harus membenci nya?" Tanya jeno.
"Dia pria brengsek yg tdk pernah melaksanakan tugas yang di berikan taehyun...
Lim menjeda, jeno menatap lim.
Dan jangan lupa, dia pria brengsek yang selalu mempermainkan wanita seperti budaknya."
"Iya hyung, tapi... huh lupakan." Ujar jeno.
Lim dan taeyong memang tak pernah akur, mengingat Lim yang pernah memukuli taeyong hingga babak belur karena telah mempermainkan banyak wanita di sebuah bar.
Kini mobil mereka telah terparkir rapih di sebuah gedung yang sudah tdk terpakai.
"Hyung kau sudah sampai?"
"Iya aku sudah sampai..." Ujar lim menyalakan earpiece nya.
Lim dan jeno pun menaiki tangga ke lantai dua gedung itu, dan nampak lah winwin dan guno yang tengah sibuk dengan laptop nya.
Jam menunjukan pukul 06:20, namun pekerjaan winwin dan guno belum selesai.
"Jeno, kau punya waktu sepuluh menit untuk beristirahat." Ujar lim di angguki jeno.
"Dan kalian, knp sangat lma? Tdk seperti biasanya??"
"Mian hyung, tadi laptop ku sempat error dan winwin hyung yang mengurusnya, jadi.. pekerjaan winwin hyung terabaikan..."Jawab guno merasa bersalah.
"Ya sudah, cepat selesaikan, waktu kita tidak banyak."
Clek "baiklah selesai!" Ujar winwin.
Terpampang jelas keadaan di jalanan menuju kediaman taeyong. "Baiklah jeno, segera ke sana skrng, ku dengar dari Taeil, polisi dari busan itu mengirim kan beberapa polisi..."
"Mwo? Aku tak tahu mereka yang mana? Bagaimana kalau aku salah menembak??" Tanya jeno.
"Tembak lah seorang polisi yang tengah ke arah mu lee jeno." Ujar lim, winwin dan guno yang mendengar seruan itu pun saling tatap, seperti mengisyaratkan 'wow aku merinding!!'
"Baiklah..." Jawab jeno bergegas menenteng tas berisi sniper nya tsb.
"And, jeno... I want you to do One Shoot, One Kill. Alright?"
"Right! Akan ku buktikan latihan ku tdk sia-sia." Jawab jeno percaya diri.
Winwin dan guno tersenyum dan juga merinding mendengarkan kedua orang yang ahli nya menembak ini.
***
Jeno telah pergi. 06:33, tiga belas menit telah berlalu. "Jeno kau sudah sampai di sana?"
"Nee hyung, aku tengah mempersiapkan peluru." Sahut jeno dari seberang sana.
"Baiklah, taeil mengabariku tadi. Dan dia bilang, beberapa polisi akan sampai disana 17 belas menit lagi..." Ujar lim.
"Baiklah, aku masih punya waktu untuk relax..."