Linglung

132 5 2
                                    

Sedangkan Ibunya Diyah tengah sibuk mencari rumput sudah mulai penuh. Berlawanan arah dengan perginya. Sesekali mengelap keringat yang mengucur. Lalu melanjutkan lagi. Jatah makan kambing sudah habis. Ia menambah lebih banyak. Apalagi sekarang kambingnya udah mulai banyak makan dan tambah gemuk. Nanti waktu Idul Adha bisa dijual untuk persiapan kakaknya Asih. Ana yang mau masuk Sekolah Menengah Lanjutan Atas. Kalau tidak menyimpan dari sekarang kapan lagi ia lakukan. Apalagi musim paceklik.

Sesekali Ibu Sani Menyimpan buah ciplukan di saku bajunya. Sebentar lagi baru kranjang dari bambu penuh, tinggal sekali muter pematang sawah yang banyak rumputnya. Lalu ia mencuci tangan dan kakinya di belik. Duduk sejenak meluruskan pinggang sambil makan buah ciplukan, yang telah ia cuci sebelumnya. Buah yang rasanya manis bercampur dengan asam tanpa ada rasa pahit. Ini kalau dimakan siang-siang sangat menyegarkan. Buah ini tertutup kelopak bunga. Kian membesar berbentuk menyerupai lonceng berwarna hijau hingga kekuning-kuningan. Tandanya kalau sudah mateng berwarna kuning.

Sayup-sayup terdengar suara bedung mushola sudah ditabuh. Pertanda sudah jam dua belas. Adzan Dhuhur sebentar lagi berkumandang.  Waktunya Ibu Diyah pulang.

Ana baru pulang dari sekolah, dia ada ikut kegiatan Persami. Perkemahan Sabtu Minggu yang diadakan di sekolahnya karena ia mengikuti ekstra kolikuler Pramuka yang ia gemari. Selain berpetualang di hutan pinus ia juga sering menyusuri sungai besar bersama kakak-kakak pembina dari sekolah yang lebih atas juga Bapak Gurunya.

***

Diyah masih linglung. Ia menyudahi berputar-putar pematang sawah tersebut. Karena sudah tiga kali ketemunya jalan yang sama dan berakhir di tempat yang sama. Persediaan air minumnya sudah menipis. Ia awalnya menangis dengan meraung tetapi lama-lama lirih karena suara tidak terdengar seorang pun.

Capek dan kesal sendiri. Ia bersadar pohon pisang dan kakinya selonjoran di atas batu bulat dan lempeng. Batu itu dipenuhi dengan rerumputan liar nan tebal.

Kembali dia tertegun. Sawah tampak berbeda. Artinya ia telah salah arah. Tetapi ia kok bisa tersesat. Aneh dan bener-bener aneh. Tiba-tiba saja dia merasa ngeri. Dia tidak sepertia biasanya ini.

Dia melirik ke sekitarnya dengan perasaan takut. Padahal ia tidak penakut. Ia kemana-mana sendiri sudah berani. Ke kamar mandi. Yang letaknya di ujung rumahnya. Serta mengambil makanan yang yang ada di dapur. Apalagi jarak rumahnya gede dan cukup luas.

Dia tersentak. Jantungnya berdetak kencang. Dia mendengar namanya dipanggil tetapi tidak sedikitpun ia bisa membuka mulutnya untuk menjawabnya. Padahal jaraknya cukup dekat.

***

Sementara waktu Dhuhur sudah lewat. Memasuki waktu Asar juga sudah lewat dan menjelang magrib pun Asih belum pulang.  Kabar menghilangnya Asih sudah terdengar. Tetangga-tetangga saling mengunjungi rumah Ibu Diyah. Ibunya  linglung  sambil mengusap air mata yang terus menetes. Sedangkan bapaknya berembuk dengan orang yang dituakan dikampung itu. Kira-kira kemungkinan-kemungkinan apa yang akan dilakukan.

Beberapa orang menyiapkan obor yang terbuat dari pohon bambu yang diisi minyak tanah dan dikasih sumbu dari sobekan baju yang sudah tidak terpakai. Beberapa orang memegang kentongan. Pakde Rebo memimpin rombongan dalam pencarian Diyah. Termasuk Bapak Diyah. Setelah mengusap kelapa Ibu Diyah dan Ana. Bapak langsung berjalan sambil berkalung sarung masuk dalam rombogan tersebut.

Setelah Pakde Rebo membaca doa. Kentongan dipukul bersautan. Menuju sawah dibelakang rumah yang biasa Diyah main. Ada yang teriak-teriak memanggil namanya sambil memukul kentongan. Ada yang berjalan berpencar di bagi lima kelompok dengan membawa kentongan satu dan obor ada empat orang.

Putaran pertama tidak menampakkan hasil. Mereka tidak menemukan jejak Diyah. Sampailah pada putaran yang ketiga. Bapak Asih menemukan anaknya telungkap diatas batu dengan menutupi kedua telinganya.

“Masya Alloh, kamu disini, Nduk.”

Bapak membopong Diyah dengan kepayahan. Sedangkan Pakde Rebo menginstruktikan menghentikan pencariaan dengan memukul kentongan tiga kali dengan nada yang berbeda.

***

Haiii halo selamat hari Senin. Kira-kira sudah mulai beraktivitas apa hari ini. Semogga dengan dirumah aja tidak bosen ya. Tetap jaga jarak dan mengikuti anjuran pemerintah untuk tetap memakai masker. ^_^

Salam

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 15, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BATU SEJARANWhere stories live. Discover now