CHAPTER 13

1.3K 44 12
                                    

Tok.. tok.. tok..

Setelah mendengar jawaban dari dalam Nania masuk.

“Ada apa pa?”

“Duduk dulu.” Balas Andi

“Okey. Jadi ada apa? Jangan bilang papa mau ngomongin hal gila seminggu yang lalu.” Ucapnya yang masih sedikit marah dengan papanya itu.

“Kalo iya kamu mau apa?”

Nania membulatkan matanya, tidak percaya dengan apa yang dikatakan papanya. Nania kira hari itu adalah prank karena papanya tidak membahasnya lagi.

...

“Papa sudah jodohkan kamu dengan putra sahabat papah.” Ucap Andi.

Ucapan papanya kali ini membuat air mata Nania lolos dari tempatnya. Nania menghapus air matanya, mencerna kembali apa yang di katakana oleh laki-laki paruh baya yang sangat dia sayangi itu.

“Maksudnya?”

“Papa tau kamu pasti tidak akan menerima ini dengan mudah. Papa sayang sama kamu dek, papa mau yang terbaik buat adek, papa yakin lelaki yang akan papa nikahkan dengan putri bungsu papa ini laki-laki yang baik, usia mu juga sudah cukup untuk menikah."

"Sayang papa nggak tau sampai kapan papa bisa jagain kamu terus, Kak Aagam juga ga akan bisa jagain kamu dua puluh empat jam kan, dia sudah memiliki tanggung jawabnya sendiri, dia bukan punyamu saja. Kak Nabila juga ga akan bisa jagain kamu terus bahkan dia juga butuh perlindungan bukan? Karena memang itu kodratnya sebagai wanita, di lindungi bukan melindungi." Lanjutnya.

“Nania permisi dulu pah, Nana udah janji sama Sasa mau ajak dia ketemu Abe dan Alard.” Ucapnya menahan tangis.

Nania masuk ke dalam kamarnya, menutup dan mengunci pintunya. Badan Nania sudah luruh ke bawah, menangis tersedu-sedu, menangis meluapkan semua emosinya, rasa marah, tidak terima, takut menjadi satu. Perkataan Andi tentang menjaganya terngiang-ngiang di kepalanya, tangisnya terhenti ketika ada yang mencoba membuka pintu kamarnya yang terkunci.

Onty.. Onty.. Ayo cepett!! Katanya mau mandi sebentar, ini kok lama banget.” Suara Sasa membuatnya sadar dan mulai menghapus sisa tangisnya
.
“Iya sayang tunggu sebentar, Onty sebentar lagi turun.” Teriaknya dengan suara bergetar.

Nania mengusap wajahnya kasar untuk menghentikan air matanya yang tidak mau berhenti. Membuang nafas kasar beranjak dan memasuki kamar mandi.

Setelah dua puluh menit berlalu Nania keluar kamar dengan keadaan yang lebih baik, walaupun matanya masih merah bahkan sedikit bengkak yang menandakan dia habis menangis.

Nania memoles wajahnya dengan make up tipis agar tidak kelihatan jika dia habis menangis, setelah bersiap dan selesai dia turun menemui Sasa.

“Sasa udah siap?” Tanya Nania.

“Udah dari tadi onty.” Ucapnya sambil memanyunkan bibirnya membuat Nania tersenyum.

“Uuu.. Gemes banget sii” Sambil mencium bibir Sasa.

Sorry ya cantik, I’m late. Yuk berangkat.”

Nabila berjalan dari belakang Nania “Udah mau berangkat?” Tanyanya.

“Iya ma, Sasa sama onty Nana dulu yaa..”

“Iya sayang, janji jangan nakal oke?” Tanya Nabila sambil menyamakan tingginya dengan Sasa.

Okeyy!!”

“Dek aku ga ikut yaa.. Temen ku pada mau kesini, kan jarang ketemu. Jadi gapapa kan?

DOSENKU BOSKU SUAMIKU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang