Penelitian Maut

48 1 0
                                    

"Pemerintah akan segera mengakhiri masa PSBB dan mulai membuka beberapa sektor ekonomi" ujar pembawa berita di TV pagi itu. ya begitulah, semenjak XoX-Trans diumumkan sebagai pandemi, Pemerintah secara resmi menutup semua tempat umum, mulai dari tempat ibadah, pasar, mall, pangkalan ojek, hingga sekolah. semua aktivitas dilakukan di rumah, mulai dari sekolah hingga kerja.

"Lang, Rapikan tempat tidurmu !" teriak ibu. ya, semenjak PSBB skill ngomel ibu sepertinya mengalami perkembangan yang pesat, beliau mulai konsisten dan rutin ngomel tentang apapun yang aku perbuat di rumah. Apa mau dikata? aku hanya remaja 17 tahun yang kebetulan harus ngempesin sofa depan TV tiap hari. Sebenarnya ibu jengkel juga, sepertinya beliau lebih tenang ketika aku harus masuk sekolah. setidaknya ia tak melihatku menganggur seperti ini. walaupun nyatanya di Asrama kegiatanku tak jauh beda dengan di rumah.

Biar begitu ibuku tangguh, semenjak bapak meninggal beliaulah tulang punggung kami. itu sebabnya aku disekolahkan di sebuah sekolah yang menanggung penuh biaya pendidikanku, karena selain aku, ibu juga harus membiayai adik perempuanku yang kini hendak masuk bangku SMP. Sekolahku terkenal elit, donaturnya adalah 5 orang pejabat pemerintah yang dihormati seluruh rakyat. itu sebabnya belajar di sekolahku bebas biaya.

---

selepas dari kamar mandi, notifikasi di smartphoneku tiba - tiba meledak angkanya. Grup Kelasku heboh, 500 chat tak terbaca begitu pula grup sekolah hampir 2000 chat. tentu malas membaca 500 chat, hingga akhirnya aku chat pribadi kawanku, Edo. 

"Ada apa rame-rame itu?"

"Kamu gak tau ya?! udah gila kamu !"

"Apasi, orang nanya jawab dulu napa"

tanpa mengetik lagi, Edo Mengirimkanku sebuah surat berformat PDF. kubaca lah PDF itu, ternyata surat resmi dari sekolah. belum lagi semoat ku selesaikan bacaanku, tiba - tiba Adikku memanggil dari ruang TV. dia berkata lantang "Hore, masuk sekolah". tentu aku kaget. kuhampiri dia, lalu bertanya "Masuk darimana sih, Ai?". adikku menunjuk televisi. rupanya Menteri Pendidikan, Prof. Waluyo sedang melakukan Press conference

"Sekolah pun akan segera kami kondisikan untuk masuk. namun sebelum itu, kita perlu mengadakan penelitian. sebuah penelitian maut. kita harus uji coba aktivitas sekolah normal, dan mempelajari peluang - peluang tertularnya virus ganas ini. kami telah berunding dengan bapak Presiden. dan beliau setuju. kami mengadakan sayembara, Sekolah mana yang mau dijadikan objek penelitian ini, akan mendapat bantuan dari pemerintah sebanyak 1% dari APBN. tak hanya itu, tiap kepala dari siswa sekolah tersebut akan menerima uang senilai 100 juta per kepala, selama masa penelitian 120 hari". ujar Prof. Waluyo.

seketika hatiku merasa takut, mengapa? karena Prof. Waluyo adalah 1 dari 5 donatur sekolahku. larilah aku ke kamar, mengambil smartphone yang tadi aku tinggal, membaca sisa surat yang belum sempat kuselesaikan bacaannya.

Dan ternyata surat itu, adalah pengumuman resmi dari sekolah bahwa kamilah yang harus menjalani uji penelitian itu. badanku lunglai, sebentar lagi aku akan jadi kelinci percobaan maut.


Sample ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang