Siapapun dirimu, bagaimanapun keadaanmu. Kamu boleh bermimpi. Kamu berhak memperjuangkan apa yang menjadi hakmu.
--Lady
Dreamer
Xiao Zhan mengemasi beberapa pakaian, dan memasukkannya ke koper besar. Juga beberapa celana dalam ukuran extra large. Jika kalian bertanya apa miliknya sebesar itu? Jawabannya, tidak. Itu bukan milik Xiao Zhan. Melainkan milik suaminya, Wang Yibo.
Pria berstatus sebagai Kepala Divisi di sebuah lembaga keuangan milik Negara. Karirnya sungguh cemerlang di usianya yang masih 30. Ia dipercaya menangani dan mengelola dana yang akan disalurkan di sebuah Provinsi. Juga membawahi ratusan pegawai yang tersebar di beberapa wilayah.
Gaji? Jangan ditanya. Selain gaji yang lumayan besar, ia juga mendapat mobil dan perumahan dari perusahaan. Ia juga sudah mendapat promosi untuk naik jabatan, menjadi Dirbis atau Direktur bisnis.
Direktur bisnis tidak lagi berfokus pada pengelolaan keuangan di tingkat provinsi, lebih dari itu. Ia akan menjadi pemegang nomer dua tertinggi seluruh negara bagian, setelah Direktur utama. Dan saat-saat pelantikan itu tinggal menghitung jari.
Hari ini adalah tugasnya sebagai kepala Divisi yang terakhir, sebelum diresmikan sebagai Dirbis bulan depan.
Ia ditugaskan oleh Direktur utama bernama Lee Soman, untuk mengunjungi sebuah Universitas di Dongzhao. Menjadi narasumber di acara seminar kampus. Serta meresmikan sebuah gedung fakultas baru jurusan Ekonomi sosial.
Istri Wang Yibo adalah pria cantik berusia 26 tahun. Ia memiliki paras seperti malaikat, senyum manis yang hangat dan sikap santun yang memikat. Yibo sangat beruntung bisa menikahi pria itu. Karena selain cantik, pria bernama lengkap Xiao Zhan tersebut juga seorang yang gigih dan pekerja keras.
Ia lahir dari keluarga terhormat, ayahnya seorang pensiunan militer yang memiliki banyak penghargaan. Dan ibunya adalah mantan dosen kesenian sebuah Universitas terkenal. Xiao Zhan sendiri tidak bekerja, ia berhenti saat memiliki anak yang kedua. Sekarang Xiao Zhan lebih bayak di rumah mengurus anak-anak.
Selain itu, ia juga menjadi penulis lepas di sebuah majalah. Karyanya sering dimuat di Elle, Vogue, dan Allure. 5 tahun yang lalu, ia mendapat tawaran untuk menerbitkan sebuah novel. Tapi saat itu Xiao Zhan masih bekerja di sebuah perusahaan swasta.
Sekarang ia sudah bukan karyawan dan tidak sedang terikat kontrak kerja. Jadi ia menerima tawaran bagus itu. Apalagi ia memang suka menulis dan itu sudah menjadi hobbinya sejak kecil.
Bukunya telah diterbitkan 3 bulan yang lalu, tepatnya 01 Maret. Respon pembaca sangat tidak disangka. Penjualannya melejit seminggu setelah resmi diluncurkan. Ragam komentar muncul di media sosial. Kebanyakan dari mereka memuji karyanya.
Dan esok lusa sebuah rumah produksi memintanya untuk melakukan kesepakatan kerja. Mereka berniat menjadikan novel Xiao Zhan yang berjudul Dreamer diangkat menjadi sebuah drama.
Novel itu berkisah tentang seorang perempuan yang kehilangan jati diri. Menyukai keburukan dan membenci kebaikan. Perempuan yang tidak terikat, tapi berlaku sesuai adat. Ia memiliki rahasia di kepalanya. Sebuah kisah yang fana. Ia berjuang sendirian, sampai akhirnya membuat dia mendapatkan segalanya.
Kisah yang Xiao Zhan tulis kali ini benar-benar rumit. Tidak seperti artikel atau cerpen yang ia kirim ke majalah sebelumnya. Xiao Zhan juga tidak mengerti kenapa ia menulis kisah ini. Seperti dorongan tak kasat mata setiap ia menuliskannya.
Ada banyak emosi yang tumpah di dalamnya. Tapi Xiao Zhan tidak cukup tega untuk membuat si wanita atau tokoh utama di novelnya menderita. Jadi ia menuliskan akhir yang bahagia. Meski ada setitik kecil di hatinya, suatu ketidak puasan yang terus mengganjal.
Namun melihat antusiasme para pembaca, itu cukup menghibur dan membuat Zhan bernafas lega. Banyak yang mengenal namanya sekarang. Tapi bukan sebagai Xiao Zhan. Melainkan Lady Wang, itu yang menjadi nama penanya.
Sehingga banyak pembaca mengira jika penulis dari Dreamer adalah wanita.
Dalam waktu yang cukup berdekatan sepasang suami istri ini meraih puncak kesuksesan. Meniti karir yang gemilang sesusai dengan bidang, yang sedang mereka tekuni.
Ditambah dengan kehadiran dua buah hati yang menjadi pelengkap hubungan mereka. Dua gadis kecil yang cantik. Si sulung berusia 12 tahun, Wang Yiyi namanya. Dan si bungsu usia 5 tahun Wang Lily namanya.
Mereka berempat dalam satu naungan keluarga yang bahagia. Sampai suatu saat, apa yang Xiao Zhan tulis, menjadi kisah suaminya sendiri, dan akhir bahagia yang ia ciptakan menjadi sebuah penyesalan.
.
."Rahasia terbesar seorang wanita adalah mimpinya. Jika anda memiliki tujuan atau cita-cita. Itu bukan mimpi, karena keduanya memiliki batas. Sedangkan mimpi tidak dibatasi."
"Rencanakan apa yang kalian ingin capai, sesuai kemampuan. Tapi bermimpilah seolah dunia ini ada dalam genggaman."
"Inilah Dreamer."
Xiao Zhan memberikan sambutan di acara konser buku pertamanya. Di sebuah pusat kesenian. Ini pertama kalinya ia menampakkan muka di depan seratus penggemar, yang sudah membeli tiket VIP untuk bertemu dengannya secara langsung, dan membedah novel Xiao Zhan yang sedang naik daun.
Ia bercerita sedikit tentang isi di dalam novel tersebut. Ia juga membuka sesi tanya jawab, pada semua pengunjung yang 90 persennya adalah perempuan.
Sang moderator menunjuk satu orang untuk bertanya, seorang pria muda dan menjadi salah satu populasi kecil yang hadir.
Pria itu berdiri, postur tubuhnya tinggi dan tegap. Tidak seperti seorang kutu buku, penampilannya ini persis seperti CEO muda di drama-drama Korea. Tatapannya tajan, menyusuri seluruh ruang dan berakhir di wajah Xiao Zhan.
"Nama saya Li Jiangheng, saya sangat menyukai buku anda. Isinya sangat imajinatif, pilihan kata dan susunannya sangat indah. Saya benar-banar tidak menyangka jika Lady Wang yang kita kenal ternyata bukan perempuan."
Ia mengambil napas sebentar, sebelum melanjutkan.
"Namun yang ingin saya tanyakan pada anda. Bagaimana dalam buku ini anda menulis seolah anda sangat memahami perempuan? Padahal anda seorang pria, sama seperti saya."
Xiao Zhan memberi seulas senyum tipis, pandangannya tenang. Matanya menerawang ke langit-langit ruangan. Dengan nuansa putih tulang.
Puluhan wanita yang menunggu jawabannya menatap tak sabar. Mereka juga melihat ke arah pria misterius yang pertanyaannya sangat serius. Pria tinggi yang cukup tampan, berwajah gahar. Memakai kacamata berbingkai hitam.
Wajah dan penampilannya sangat dewasa, ada bekas cincin di jarinya saat ia mengangkat tangan untuk bertanya. Menandakan ia pernah menikah, dan mungkin sekarang menjadi duda.
"Terimakasih Tuan Li Jiangheng untuk pertanyaannya."
Xiao Zhan membetulkan posisi duduknya, membusungkan dada. Dan meletakkan kedua tangannya di paha.
"Jawabannya ada ...."
Tbc.
24-10-2021
KAMU SEDANG MEMBACA
The Book Hasn't End(tamat)
FanfictionXiao Zhan tidak menyangka, jika buku best sellernya akan menjadi kisah suaminya. Wang Yibo dan masa lalunya yang kelam. Bisakah Xiao Zhan menuliskan akhir kisah rumah tangganya bersama Yibo menjadi bahagia?