10 | k e l a b u

339 73 9
                                    

🎡__

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎡
__

Dan disinilah mereka berakhir, sebuah studio kecil yang sudah lama tak dikunjungi pemiliknya. Ya, studio Sojung dulu bekerja dan memamerkan hasil kerjanya.

"Ingatanku samar, Choi. Tapi aku masih ingat tempat keduamu menghabiskan waktu selain di kantor dulu.." Ucap Sojung menjelaskan sedangkan Seungcheol hanya menatapnya haru selagi mengikuti pergerakan Sojung.

Wanita itu berlenggang menuju ruangan kecil dan mengambil sebuah setelan dari dalam kabinetnya. Tak lama ia kembali berdiri di hadapan Seungcheol. Dengan wajah sendu dan senyum tipisnya, Sojung menyodorkan sebuah kotak berisi setelan jas yang sudah lama ia simpan.

"Milikmu.. Ah, aku tidak tau apa ukurannya masih cocok denganmu atau tidak. Aku berencana memberikannya padamu ketika Seyong berusia satu tahun, aku ingin kau menggunakan pakaian buatanku ketika ulang tahunnya.."

Kali ini suara Sojung tidak bergetar, ia tidak menahan tangisnya dan bahkan tersenyum tenang menatap Seungcheol. "Terima kasih, aku akan memakainya."

Terima kasih karena masih mengingatnya meski kau sesak dibuatnya. Terima kasih.

Jas berwarna merah marun dengan beberapa aksen hitam disana berulang kali Seungcheol sentuh, dan tentu saja ia tak lelah melihat pantulan dirinya di cermin. Bukan dengan alasan lain, tapi rasa senang dan bangga membuatnya enggan berpaling dari cermin. Dan tentu saja, pria tampan sepertinya semakin terlihat mempesona dengan jas tersebut.

Hingga pertanyaan Sojung akhirnya membuatnya berpaling, "Choi? Apa ada masalah?"

"A.. Ah tidak! Ini sangat menawan, aku tidak bisa berpaling dari cermin." Balas Seungcheol selagi langkahnya mengikuti pergerakan langkah Sojung.

"Kim, kau lihat? Lihat kan aku semakin tampan dengan jas ini? Wah.. Kau bahkan menjahitnya dengan sangat rapi--"

"Tuan Choi, bisa kau duduk diam disana selagi aku mengambil fotomu?" Potong Sojung lebih dulu sedangkan Seungcheol kini mendadak terdiam. Ia mematung di hadapan Sojung dengan kedua matanya yang tak berkedip sekalipun.

"Choi? Ada apa?"

"Seungcheol?"

Dress selutut berwarna putih tulang dengan pola khas wanita yang dipadukan dengan kulit putih dan rambut hitam Sojung yang digulung menjadi pemandangan sempurna untuk Seungcheol yang baru saja menyadarinya. Ia bergumam setelahnya, "Cantik.. Kau.. sangat cantik.."

Dan Sojung hanya mengernyitkan keningnya bingung, detik selanjutnya memilih bergerak mendekati Seungcheol.

"Hei Choi Seungcheol, ada apa denganmu?" Tanya Sojung disusul tawa malu-malunya, sedangkan tangan Sojung bergerak merapikan rambut Seungcheol.

Dengan jarak sedekat ini, Seungcheol hanya terdiam dan memperhatikan struktur wajah Sojung dalam setiap sudutnya. Kedua matanya tak juga beralih dari wajah Sojung yang jelas berada di hadapannya.

          

"Kau tau, Choi? Ingatanku samar samar, pikiranku berkelana entah kemana." Sojung menjeda kalimatnya, "Tapi aku selalu berharap dan berdoa agar ingatan tentangmu tidak hilang, meski nyatanya ini sangat sulit. Jika besok keadaan memburuk, aku akan mencoba mengingatnya dengan foto ini.."

Seungcheol mengangguk tanda mengerti sedangkan Sojung akhirnya menarik tubuhnya menjauh dan tersenyum setelahnya.

"Jadi, ayo lakukan pemotretan ini dengan baik! Berdirilah disana! Aku akan mengambil fotomu."

Dan proses pemotretan berjalan diiringi dengan tawa pasangan itu, melupakan bagaimana hujan di luar turun dengan lebatnya. Sesekali si pria menggoda wanitanya dan mengajaknya berfoto bersama, sedangkan si wanita hanya tersenyum malu malu dan menolaknya.

Namun pada akhirnya Seungcheol sukses menarik tangan Sojung dan mengambil ponsel miliknya, "Choi, kau modelku hari--"

Chuu!

Dan bersamaan dengan jari Seungcheol menekan tombol pada ponselnya, bibir Seungcheol mendarat di pipi Sojung, menghasilkan rona merah dan senyum Sojung yang terlihat malu malu di foto.

Setelahnya, Seungcheol berbisik lembut di telinga Sojung, "Balasan untukmu yang membuatku menjadi kaku pagi tadi."

"Hei tapi kau bahkan mengambil fotonya, Choi--"

"Ah.. Lihat siapa wanita ini? Oh, cantiknya." Potong Seungcheol selagi tangannya membuka kembali foto tadi, "Oh, aku akan menikahinya begitu bertemu dengannya."

Seungcheol menjeda kalimatnya begitu Sojung terdiam. Ia menoleh sambil menampilkan gigi putihnya dan jarinya yang menunjuk ke arah Sojung, "Oh, aku menemukannya!"

"Aku menemukan wanita cantik itu! Oh istri siapa ini?"

Selanjutnya Sojung hanya terkekeh selagi tangannya mendorong tubuh Seungcheol menjauh, menolak mendengar kata-kata manis Seungcheol yang berusaha memikatnya.

_🎡_

Hari mulai gelap sedangkan hujan tak juga berhenti, Seungcheol berulang kali meminta untuk menunggu bus di tempat lain selain di halte. Bukan dengan alasan lain, tapi halte ramai dan Seungcheol khawatir ketakutan Sojung akan kembali.

Namun Sojung tetaplah Sojung, ia bersikeras menunggu di halte. Meski sekarang ia tengah mencengkram erat jemari Seungcheol dan berulang kali meneriaki diri untuk menguatkan diri.

"Aku akan sembuh, ya aku melakukan ini agar aku sembuh. Aku kuat, delusiku tidak ada. Aku baik-baik saja." Ucap Sojung berulang kali dengan kepala menunduk.

"Jangan paksakan dirimu, kita panggil taksi saja nan--"

"Seungcheol." Potong Sojung dan membuat Seungcheol segera mendekat, "Ya? Ada apa?"

"Aku.. Aku tidak gila kan?" Tanya Sojung dengan suaranya yang bergetar. "Tidak. Kau baik-baik saja. Aku disini, tidak apa semua baik-baik saja."

Kedua mata Sojung kini menatap kosong jalan raya yang basah oleh hujan. Ia menatap sendu selagi kepalanya berulang kali menggeleng sebab pikiran buruknya yang semakin menyelimuti.

"Tampaknya dia gila. Ah, wanita gila."

"Lihat pria di sebelahnya? Oh lihat wajah tirusnya. Pasti ia kelelahan."

Perlahan jemari Sojung melepaskan tangannya dari tangan Seungcheol, ia menarik rambutnya kuat kuat dan turun pada telinganya, menutup telinga dan segala bualan yang terngiang di kepalanya.

"Sojung? Kau baik-baik saja? Kita pergi saja, ya?" Tanya Seungcheol lagi namun Sojung tak cukup fokus untuk mendengarnya.

Kali ini deru nafasnya sudah tak beraturan sedangkan keringat dingin terus bercucuran di pelipisnya. Tubuh Sojung bergetar dengan tangannya yang semakin kuat menutup telinganya.

"Choi.." Cicit Sojung lagi melanjutkan, "Choi.. Mengapa ingatan akan hari itu tak pernah pergi?"

"Sojung, lihat aku. Kau baik-baik saja, sayang.. Aku disini, aku disini tidak apa, sayang."

"Hari itu, Choi. Hari itu hujan turun.."

"Hei hei.. Sayang, lihat aku. Semua baik-baik saja, ayo kita ingat hal baik, ya.. Aku disini--" Ucap Seungcheol tegas, ia berulang kali menarik wajah Sojung untuk melihatnya.

"Hari itu halte dan jalanan sangat ramai karena hujan turun, Choi.."

Sojung belum menghentikan ceritanya sedangkan Seungcheol kini sudah berdiri di sebelahnya. "Ayo, kita pergi saja, ya. Kita tenangkan dirimu--"

"AAHHHHH!!!" Dan teriakan itu kembali, memancing beberapa perhatian orang orang di halte.

Sedangkan di sekitar telinga Sojung, terlihat luka sebab kuku dan cengkraman tangannya, dan kini tangannya tak berhenti memukul kepalanya.

"Hei, hei.. Jangan begini, sayang. Tidak, tidak.. Semua baik baik saja, aku disini--"

"Tuan, ada apa denganmu? Dia istrimu? Apa yang kau lakukan?" Potong seorang pria dengan wajah kesal yang mengalihkan perhatian Seungcheol sedangkan Sojung kini menangis dan berusaha menegakkan tubuhnya.

"Apa kau tidak lihat disini sudah ramai dan tidak nyaman? Ah.. Sial, kau benar menganggu."

"Ah, maaf pak. Maaf, kondisinya sedang kurang baik--"

"Lalu mengapa kau bawa ke tempat umum?! Kau ingin memamerkan penyakitnya?"

Seungcheol yang sudah berdiri kini mengarahkan tubuhnya ke hadapan si lawan bicara dan menjelaskan tegas. "Jaga perkataanmu, pak! Aku tidak berniat menganggu dan kondisi istri saya sedang kurang baik. Kalau--"

"Tuan.. Tuan.. Istrimu--" Potong seorang wanita paruh baya yang berdiri di sebelah Seungcheol. Detik selanjutnya ia baru menyadari Sojung tak berada di sebelahnya.

"Sojung!" Panggil Seungcheol berulang kali, sedangkan Sojung kini tengah berjalan gontai menyeberang jalan. "Oh, kumohon.. Kumohon.."

"SOJUNG! KIM SOJUNG!"

Teriakan Seungcheol mencoba menembus lebatnya hujan, tapi tidak mampu menembus kabut di pikiran Sojung. Ia tak menghentikan langkahnya sedangkan bibirnya berulang kali mengatakan, "Hari itu, Choi.. Hari kematian Seyong--"

Langkah Seungcheol semakin cepat, berusaha menggapai tangan Sojung selagi ia terus memanggilnya, "SOJUNG!"

"SOJUNG!"

"SOJUNG, BERHENTI!!"

Brakk!

Dan panggilan itu baru berhenti tepat sebuah mobil menghentikan lajunya, memaksa kedua orang di depannya terpontang dan terkapar di jalan raya. "Sojung.. Tidak apa, aku disini."

__
🎡

--tbc.
: June 20 '20

_______________________yeay double up!_______________________btw sudah bab 10makasih sudah mampirkasih semangat dan vommentmon map kurangnga

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

_______________________
yeay double up!
_______________________
btw sudah bab 10
makasih sudah mampir
kasih semangat dan vomment
mon map kurangnga. luv luv 💕
﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏
terimakasih!

delusion ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang