Harga tertinggi dari sebuah persahabatan
Sybilla tiba di Q’day Classic saat matahari belum begitu tinggi di langit timur. Ayah Havva baru saja membuka pintu saat Sybilla tiba di sana. Pria paruh baya itu sedikit mengerutkan kening melihat Sybilla ada di depan kedainya sepagi itu. Alisnya tertaut sejenak.
“Sybilla?” tanyanya setengah tak percaya.
“Hai, paman.” Sapa Sybilla dengan senyuman cerianya.
“Pagi sekali?” lanjut ayah Havva.
Sybilla hanya menjawab dengan senyuman yang lebih lebar dan menunjukkan keranjang kuenya. “Dan itu.” Katanya seraya menunjuk ke arah kudanya. Dua buah keranjang lain di sisi kanan dan kiri kudanya terlihat penuh dengan barang. Ayah Havva paham, itu adalah kue Sybilla.
“Wah… banyak sekali!” serunya. “Apakah semua pesanan?”
“Ya paman….” Jawab Sybilla senang.
“Wah…. Hebat. Aku ikut senang kuemu semakin terkenal sekarang. Apakah kau mau mengantarkannya bersama Havva hari ini?”
“Ya paman. Tapi Havva tidak akan mengantarkan aku sepanjang hari, paman. Dia hanya akan mengantarkan aku sampai di pelabuhan saja.”
“Lalu? Siapa yang akan mengantarkanmu berkeliling?”
Kali ini Sybilla bukan hanya tersenyum, tapi dia tersipu sipu malu. Dia seakan tak bisa berkata apa apa untuk menjawab pertanyaan ayah Havva. Ada satu nama yang dia berat untuk menyebutnya.
“Ayah…., biarkan Sybilla masuk. Apa ayah mau membiarkan dia seharian di depan pintu seperti itu?” Suara Havva dari dalam itu membuyarkan saat yang canggung untuk Sybilla itu.
“Oh, ya… maaf… maaf… aku sampai lupa. Ayo masuk, Sybilla.” Ayah Havva mempersilahkan Sybilla masuk diikuti dengan gelak tawanya yang pecah. Sybilla melangkah masuk ke Q’day Classic, sementara ayah Havva melangkah keluar. Dia berniat membersihkan halaman depan kedai sebelum orang orang berdatangan. “Buatkan dia Lychee Springs, Havva.” Serunya dari luar.
“Baik, ayah.” Jawab Havva dengan nyaring. Sybilla duduk di salah satu bangku dekat Havva yang mulai meracik segelas Lychee Springs untuknya.
“Apakah kau sudah mengabari Hans?” Sybilla bertanya ragu ragu.
“Tentang rencana hari ini?” Tanya Havva. Sibilla menjawab dengan anggukan antusias. “Sudah nyonya besar.” Jawab Havva meledek. “Kau bahagia ya?” lanjutnya.
“Jelaslah aku bahagia. Punya teman sebaik dia.” Jawab Sybilla.
“Yakin hanya sekedar teman?” tanya Havva dengan kata kata yang ditekankan. Matanya memicing dan kepala yang dicondongkan ke arah Sybilla.
“Menurutmu?” Sybilla bertanya balik.
“Kalian pacaran!” Havva menunjuk Sybilla dengan sendok yang dia pegang, seolah mengancam. “Ngaku!” lanjutnya.
Sybilla terkekeh menanggapi pertanyaan Havva. “Jangan hanya ketawa. Mengakulah!”
“Kau lucu, Havva.” Sybilla menjawab diatara gelak tawanya. “Kita sudah berteman dengan Hans, Devv, itu sejak lama. Kau seperti tak mengenal dengan baik sahabat sahabatmu sendiri.”
“Kau tak perlu menjelaskan itu. Aku sudah tahu itu. Yang aku tanya kau dan dia pacaran atau tidak?” Havva memotong.
“Dia siapa?” Sybilla kembali balik bertanya. “Hans? Devv? Yang mana?”
“Ya tentu saja Devv. Kalau yang satu lagi jangan pernah kau rayu.”
Sybilla terkekeh. “Ya, Nyonya… ya, hamba tahu Hans milik nyonya besar.” Sybilla menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sybilla Van Bondws : kisah hidup sang pembuat kue
Historical FictionSybilla adalah seorang gadis pembuat kue dari daerah yang mahsyur pada masanya. Bondws, begitu nama daerah kelahirannya. Tapi bukan karena semata mata dia berasal dari Bondws Sybilla boleh mengenakan nama tempat kelahirannya itu untuk nama belakangn...