Mesra

260 41 22
                                    

"Ya, bodoh. Jangan bikin semua!!"

"Bacot bat lo, Stav, kerjain aja tugas lo."

"Nanti makanannya jadi pedas. Keysa gak suka yang pedas!!"

"Tenang aja, Keysa kuat."

"BERISIK LO BERDUA!!"

Keysa melenguh kecil mendengar suara bising itu. Matanya mengerjap dan berbalik, menatap langit-langit kamar dengan mulut yang menguap lebar.

"IRENE, CUKUP!!"

Keysa mengerutkan keningnya, semakin tersadar mendengar teriakan itu. Matanya melirik jam weker.

14:34

Entah sudah berapa lama ia tidur. Keysa kembali menguap memeluk bantalnya.

"UDAH WOY, JANGAN DITAMBAHIN LAGI!!"

Keysa kembali membuka matanya. Terlalu berisik di luar sana. Kakinya dengan malas turun dari kasur, berjalan menuju balkon kamar. Menatap ke bawah, memperhatikan keramaian itu.

Stavy, Irene, Cwen, Albi.

"ITU KEYSA!!"

Keysa hanya menatap Irene dengan malas. Masuk ke dalam kamar lagi menutup pintu pembatas itu. Kakinya melangkah masuk ke dalam kamar mandi mencuci wajahnya.

Mendongak menatap cermin, Keysa memperhatikan matanya yang bengkak. Ia mendesah kecil, keluar dari kamar berjalan menuju lemari pendingin. Mengambil es batu dan sapu tangan. Mengompres matanya sembari terus melangkah ke belakang.

"Si kebo udah bangun."

Keysa mengabaikan ejekan sang kakak yang tertawa di ujung. Kakinya melangkah duduk di atas kursi kayu, tangannya tertekuk di atas meja sambil terus mengompres matanya. "Kalian ngapain di sini?!"

Ketus dan dingin.

Irene mendengus kesal. "Udah untung gue datang ke sini."

"Gue gak nyuruh lo datang."

"Lo enggak, kakak lo tuh. Gue lagi seru-serunya main PS malah disuruh kemari."

"Salah lo kenapa datang. Pulang  sono!!"

Irene mendelik kesal. Menumpahkan bon cabe yg pegang di atas daging yang terbakar.

"YA!! UDAH GUE BILANG JANGAN DITAMBAHIN!!"

Plak.

Irene mengelus kepalanya yang terkena pukulan Stavy. Mendengus kesal saat sahabatnya itu mendorongnya—mengambil alih pekerjaannya. Ia memilih ikut duduk bersama Keysa. "Kenapa lo?"

Keysa menggeleng.

"Putus ye? Putus sama siapa? Emang lo udah punya pacar?"

"Bacot!!"

"Dih, sensi."

Keysa tak menghiraukan Irene, kepalanya berputar seperti kebingungan.

"Lo nyari siapa?"

Keysa lagi-lagi hanya menggeleng, mengompres matanya yang sebelah lagi. Sesekali melirik sekitarnya lagi. 

"Dia gak ikut."

Keysa mendengus kesal. "Siapa yang nyari Kayvi?!"

"Gue gak nyebut merek padahal," gelak Irene menertawakan kebodohan sahabatnya itu.

Keysa mendengus kesal. "Diem lo!!"

"Dih, gausah ngegas juga kali!!"

Keysa memilih untuk diam.

Kamu akan menyukai ini

          

"Lo sama Kayvi lagi berantam ya?"

"Kata siapa?"

"Kayvi. Dia gak ikut karena katanya lo lagi marah sama dia."

"Basi!!"

"Apanya yang basi?"

Keysa kembali diam membuat Irene mendengus kesal.

"Alasan lain, Kayvi bantu mommynya nyusun proposal."

"Bisa gak usah bicarain Kayvi gak?!"

"Dih, ngegas lagi anda!!"

"Irene, beliin minuman kaleng gih. Stok habis," suara interupsi dari satu-satunya laki-laki di rumah itu terdengar.

Irene berdiri tetapi Keysa menahannya.

"Biar Keysa aja, Kak."

Albi mendongak, menatap Keysa protes. "Gak usah, Irene aja."

"Biarin aja, Kak, si Keysa yang mau."

Albi tetap menggeleng. "Lo aja, Rene, gue gak yakin nih bocah bakal pulang selamat."

Keysa mencebikkan bibirnya. "Udah sini uangnya."

Albi masih memasang wajah protesnya.

"MANA?!"

"Kasih aja Albi, lagian supermarketnya di depan kompleks," tegur Cwen menengahi.

"Tapi Cwen, dia gak bisa nyebrang—ya ya, jangan asal ambil uang Kakak woy!!"

Keysa tak peduli, menarik dompet Albi dari kantong itu. Berjalan masuk ke dalam rumah, meraih hoodienya dan segera keluar. Matahari sangat terik, jadi ia harus berjalan dari pinggir pohon-pohon. Berbelok, ia sudah bisa melihat supermarket di seberang.

Keysa menoleh ke samping kiri kanan. Dirasa aman, ia menyebrang dan sampai dengan selamat. Masuk ke dalam supermarket membeli minuman kaleng dengan asal.

"Kayvi suka melon atau kiwi?"

Keysa mengerutkan keningnya mendengar suara itu. Meraih keranjangnya, mengintip dari balik rak. Matanya membelak melihat Kayvi dan juga Fanny. Ia berdecih tak suka melihat Fanny yang menempel pada Kayvi seperti parasit. 

"Kiwi aja."

"Mommy Febby sukanya apa?"

Huh, Keysa berdecak kesal mendengar Fanny bahkan berani menyebut nama asli Mommy sahabatnya itu.

"Semangka."

"Yang kuning atau merah?"

"Terserah."

Keysa mendengus kesal, berjalan menuju kasir membayar belanjaannya. Segera keluar saat melihat Kayvi dan Fanny berjalan menuju kasir juga. Ia bersandar pada pilar, menunggu keduanya keluar.

Tak lama kemudian, Kayvi dan Fanny keluar. Keduanya berjalan beriringan membawa barang belanjaan.

"Mesra banget."

Keduanya tampak terkejut mendengar suara itu. Keysa tertawa hambar melihat tangan Fanny yang memeluk lengan Kayvi.

Lengan berotot miliknya!!

"Key—"

Keysa lagi-lagi tertawa. "Katanya lagi bantu mommy bikin proposal," sindirnya. 

"Lo—"

"Eh taunya malah jalan sama cewek genit ini!!"

Fanny membelak. "Apa lo bilang?!"

Keysa tersenyum sinis. "CE WEK GE NIT!!!"

Fanny malah semakin bergelayut memeluk Kayvi yang diam menatap.

"Kay, Kenapa lo mau sama nih cewek sih?" tanya Keysa menggeleng kasihan. "Lo hamilin dia ya sampai lengket gini."

Kayvi melotot marah. "Key!!" bentaknya mengundang tawa.

"Gue salah ngomong ya? Lagian lo milih dia, kayak gak ada orang lain aja," kekeh Keysa menyindir lagi. 

"KEYSA!!"

"Apa jangan-jangan lo kena guna—"

"CUKUP KEY, LO KETERLALUAN!!"

Keysa malah tertawa memasang tudung hoodienya. "Keterlaluan di bagian mana?"

Kayvi geram mengangkat tangannya. Hilang kendali dan hampir ingin memukul.

Keysa balik menatap dengan wajah menantang. "Lo mau pukul gue?! Pukul di sini!!" Ia menunjuk pipi kirinya. "Ayo pukul!!" desaknya menampar pipinya sendiri.

Kayvi mengeram kesal menurunkan tangannya lagi. Menarik Fanny pergi dari sana.

Keysa tertawa lagi dengan mata yang malah berkaca-kaca. Melangkah cepat, menyebrang tanpa melirik kanan-kiri.

Tititititit.

Keysa tetap berjalan santai menuju seberang.

Titititititiititit!!!

Keysa menatap mobil itu dengan tajam. "BRISIK!!"

"Dasar anak kurang ajar!!"

"GUE GAK PUNYA ORANG TUA BUAT NGAJAR!!" Keysa mendengus kesal melangkah masuk ke dalam kompleks perumahannya.

Berusaha sekuat tenaga agar tidak menangis. Entah sudah berapa lama Keysa menangis tadi hanya karena janji yang batal dan sekarang harus kembali menangis. Ia tak mau melakukannya, walau cairan bening itu berusaha sekuat tenaga menerobos keluar.

Masuk ke dalam rumahnya, Keysa dengan cepat berjalan menuju taman belakang. Meletakkan plastik yang berisi minuman kaleng dengan kuat membuat yang lain terkejut bahkan Irene yang menikmati daging sampai tersedak. Ia masuk ke dalam rumah meninggalkan taman.

"Keysa mau ke mana, hey? Ini makanan udah siap."

Keysa tak menghiraukan panggilan itu.

"Key, makan dulu."

"GUE UDAH KENYANG!!" teriak Keysa kesal.

Yang lain semakin terkejut mendengar teriakan itu. Pasalnya, yang memanggil adalah Albivaran. Laki-laki dengan tahta tertinggi dalam kehidupan Keysa.

"Keysa!!"

"GUE BILANG GUE UDAH KENYANG. NGERTI GAK SIH?!" Keysa membuang hoodienya sembarang dan menaiki tangga. Mengabaikan panggilan Albi yang memanggilnya berulang kali.

BRAK!!

Keysa menghempaskan tubuhnya lagi di atas kasur. Memeluk bantalnya menenggelamkan wajahnya di sana.
"Gue mau mati aja!!"

***

Vote💚

Fam(ily)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang