BRUUKK!!
"Get up, pussy!!"
Aku terkapar di atas matras dengan posisi tengkurap disertai napas serta detak jantung yang berpacu kencang. Ini ke tiga kalinya aku jatuh tersungkur seperti seorang pengecut. Danny menghajarku bertubi-tubi tanpa memberiku kesempatan melihat celah untuk membalas. Padahal ini baru dua ronde.
"Kau lembek sekali hari ini, kawan!" sahut Danny, dia berdiri di dekat kepalaku.
Aku mengerang.
"Dendam apa yang kau pendam sehingga menghajarku habis-habisan, hah?" jawabku sembari mengatur napas.
Kutengadahkan wajah ke arahnya.
Danny tengah berkacak pinggang, menunduk sembari menatapku dengan satu alis dicuatkan ke atas — menunjukkan tampang sangarnya. Lalu dia tertawa kencang.
Aku bangkit perlahan dari matras sialan yang pada malam hari ini terpaksa harus menjadi saksi betapa lemahnya diriku.
"Bukan masalah dendam atau apa. Tapi ini karena dirimu sendiri. Semua penyebabnya ada di sini," Danny menyentuh pelipisku ketika aku sudah berdiri di hadapannya.
"Kau ada di mana hari ini, bro? Pikiranmu tidak menyatu dengan tubuhmu."
Benar. Hari ini pikiranku terus dipenuhi oleh dirinya.
Dan kini di tempat gym pun, bahkan fokusku berhamburan lebih parah dibandingkan saat aku mengerjakan project film indie siang tadi.
"Dan hapus cengiran bodoh itu dari tampangmu," Danny tertawa lagi.
"Sialan kau." Kusingkirkan tangannya dari pelipisku.
"Jadi siapa namanya?"
"Siapa?" kataku pura-pura bodoh.
Aku menjauhinya, berjalan menuju ke bench. Kusadari dia sedang mengikutiku di belakang.
"Hanya segitu saja malam ini?" tanyanya.
"Ya, aku harus cepat-cepat pulang." Kulepas sarung tinju dari kedua tanganku, lalu meneguk isi tumbler yang kutaruh di atas bench.
Aku merindukannya.
Danny berdiri di samping sambil mengamati diriku. "Teman, bagaimana kalau kita pergi minum-minum dulu sebelum pulang?"
"Ah... maafkan aku, bukannya aku tidak mau, tapi... aku tidak bisa saat ini. Sungguh."
"Sejak kapan seorang Jasper Kim menolak pergi minum-minum? Seriously, siapa perempuan yang telah membuatmu jadi seperti ini?"
Kugelengkan kepala tak percaya. "Jangan sok tahu kau!" aku mendengus.
"Sikapmu dan tampangmu itu tidak bisa membodohiku," tukasnya.
Aku tidak membalas, dan hanya menggaruk-garuk kulit kepala.
"Kau tidak ingin pergi minum, kalau begitu? Oke, sayangnya kau melewatkan kesempatanmu untuk membaginya denganku. Kau tahu aku bisa membantumu jika kau mendapat kesulitan. Dan sepertinya kau memang sedang mengalami kesulitan. Apakah aku benar?" Danny tertawa lagi sembari meninju-ninju pundakku.
Aku menimbang-nimbang sejenak.
Sesungguhnya, aku memang sedang membutuhkan penyegaran dan pencerahan mengenai apa yang tengah kualami ini. Ini sungguh di luar dugaan. Katakanlah, aku orang baru dalam urusan perasaan.
Aku melirik Danny yang sedang nyengir lebar.
"Brengsek! Ayolah, kita pergi minum. Kau yang bayar!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Linger [Tamat]
Romance(Pindah ke Karyakarsa: www.karyakarsa.com/irmarosewrites) "Semua itu berawal dari sebuah pertemuan yang membingungkan. Dia, wanita misterius - sang enigma, perlahan seiring waktu membuat duniaku jungkir balik. Bersamanya kualami sesuatu yang disebut...