22. Aku Mencintaimu

262 66 30
                                    

Aku menerima permintaan Leedo untuk tidur bersamaku. Tapi kenapa rasanya kikuk begini ya? Aku bingung bagaimana mengajaknya ke tempat tidur tanpa terdengar aneh. Maksudku, sebenarnya tidak aneh juga Raja dan Ratu tidur bersama, tapi ini pertama kalinya untukku. Semenjak aku umur lima tahun, aku sudah tidur sendirian. Dulu ada pelayan yang menungguku, memang, tapi beranjak dewasa aku tidak pernah tidur di satu tempat tidur dengan seseorang, bahkan dengan Millie.

"Yang Mulia mau langsung tidur?"

"Bolehkah jika langsung tidur?"

"Iya, boleh saja."

Aku mematikan semua lampu dan hanya menyalakan lampu tidur di nakas sebelah tempat aku tidur. Aku masuk ke dalam selimut dan berbaring. Leedo juga berbaring di sebelahku. Apakah aku bahkan bisa tidur malam ini?

"Maaf aku merepotkanmu," ucapnya pelan.

Aku menoleh padanya dan menggeleng. "Tidak apa-apa. Setiap orang memiliki kebiasaan tidur sendiri."

"Pasti memalukan ya, aku sudah sedewasa ini tapi tidak bisa tidur sendiri."

"Tidak juga, sungguh. Yang Mulia tidak perlu merasa begitu."

"Ini adalah alasan kenapa aku butuh Lily."

Aku berbaring berhadapan dengan Leedo. Tangan Leedo terangkat dan ia langsung meraih tanganku. Ia menggenggam tanganku dan raut wajahnya tampak tenang seolah sudah siap untuk tidur. Sepertinya ia memiliki pengalaman buruk saat tidur yang membuat ia membutuhkan kehadiran seseorang. Atau mungkin butuh untuk menggenggam seseorang. Aku tidak mengerti kenapa ia tiba-tiba menyebutkan nama Lily di saat ia sedang liburan denganku dan terlebih ia sedang tidur dengan aku temani. Tapi ia menarik napas panjang, tampaknya masih ingin melanjutkan kalimatnya. Jadi aku hanya bisa menantikan apa lagi yang ingin ia ceritakan.

"Ibuku meninggal saat aku berusia lima tahun," lanjut Leedo. Wajahnya tampak sedih dan aku merasa bersalah karena aku tidak ada menemaninya saat ia menghadapi kejadian buruk itu.

"Aku turut sedih mendengarnya," ucapku berusaha selembut mungkin. Aku meremas tangannya atas kalimat yang baru ia sampaikan supaya ia merasa sedikit tenang.

"Sebelum hari kematiannya, aku tidur ditemani ibuku. Ibu memelukku erat dan mengelus kepalaku. Hal itu sebenarnya sudah jarang dilakukan karena Ibu sibuk. Dan tiba-tiba saja Ibu ingin menemaniku tidur. Awalnya semua berjalan baik-baik saja, aku bahkan senang dengan kehadiran Ibu yang menemaniku tidur. Tapi aku tidak tahu ternyata saat aku tertidur lelap Ibu meminum racun. Aku tidak tahu apa yang Ibu lalui sampai memilih meminum racun daripada mengatakan bebannya pada seseorang. Saat aku terbangun, Ibu sudah terbujur kaku sambil menggenggam tanganku. Aku merasa sangat bersalah karena aku tidak bisa mencegah Ibu meminum racun. Andai saja aku tahu, aku akan memeluk Ibu lebih erat. Andai aku tahu saat aku terbangun Ibu tidak ada di sisiku, aku tidak akan tidur sama sekali."

Aku benar-benar terkejut dengan cerita yang ia sampaikan. Saat ia kecil, aku pasti lebih kecil lagi. Aku tidak tahu dengan cerita ini sebelumnya, aku tidak tahu bahwa ia pernah mengalami hal seburuk ini di usia sedini itu. Aku sampai bingung memilih kata yang tepat untuk menghiburnya. Tapi sepertinya daripada mencari hiburan, aku merasa ia menceritakan ini supaya aku tahu tentangnya. Jadi aku hanya diam dan menunggu kelanjutan ceritanya. Tapi aku masih bertanya-tanya apa tujuan sebenarnya menceritakan ini padaku. Namun aku tetap menggenggam tangannya lebih erat selagi menunggu ia melanjutkan ceritanya. Aku ingin ia merasa bahwa ia tidak sendirian. Aneh, ya. Kenapa aku repot-repot melakukan ini.

"Setelah pemakaman Ibu, aku selalu mimpi buruk. Aku bermimpi Ibu meminta tolong padaku dan aku tidak bisa menolongnya. Aku juga bermimpi Ibu akan meminum racun tapi aku tidak bisa mencegahnya. Aku mulai berhalusinasi Ibu berbaring di sebelahku dengan sosok yang mengerikan. Sosok Ibu begitu mengenaskan, tidak seperti dirinya yang biasa terlihat cantik dan menawan. Aku sangat takut sehingga aku tidak bisa tidur sendirian lagi. Aku bergantian tidur dengan Ravn dan CyA. Mungkin kedengarannya aku lemah, aku memang lemah sekali. Kalau aku bisa menghadapi ketakutan itu, aku pasti bisa tidur sendiri. Bukannya mencari teman untuk tidur."

ANSWER (ONEUS & ONEWE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang