Chapter 14 - Perempuan yang baik

83 33 44
                                    

Karin baru saja selesai mandi, sekarang ia tengah mencari baju yang cocok untuk ia kenakan hari ini, sebenarnya Karin malas untuk pergi jalan pagi, tapi apalah daya teman-temannya datang dan membangunkannya.

Selesai berpakaian Karin pun langsung merebahkan dirinya kembali di kasur sembari melihat langit-langit kamar, senyuman pun terukir jelas di bibirnya.

"Are you okay?"

Karin terkejut mendengarnya. "Eh Bunda.. iya aku oke Bun, kenapa ga ngetuk pintu dulu? Karin jadi kaget tau,"

"Biasanya juga Bunda ga ngetuk pintu kamu gapapa kan?"

"Ya tapi.. ya udah deh, kenapa Bun?"

"Itu ada temen kamu dibawah,"

"Agnes sama yang lain? Suruh ke atas aja lah,"

"Eh bukan.. dia cowok, ya kali Bunda suruh ke kamar kamu Karin,"

"Cowok? Siapa Bun?"

"Rel rel siapa ya.. Ferrel kali ya,"

"Ferrel? Farrel kali Bun.."

"Nah iya Farrel, cepet kebawah gih, kasian dia udah nungguin,"

"Iya-iya Bun," Setelah itu Karin pun segera berjalan menuruni anak tangga untuk menghampiri Farrel disusul oleh bundanya.

"Farrel,"

Farrel mendongakkan kepalanya ketika Karin ada dihadapannya. "Sekarang kita pergi,"

"Kemana?"

Belum sempat Farrel menjawab pertanyaan Karin, Bunda Karin pun menghampiri mereka sembari membawakan tempat makan.

"Tunggu dulu, ini Bunda buatin nasi goreng buat kalian,"

"Buat apa Bun?"

"Kalian mau jalan pagi kan? Nah ini bawa aja, ketimbang beli dijalan,"

"Iya Bun, makasih. Ya udah Karin jalan dulu ya," Karin cepat-cepat menarik tangan Farrel.

"Permisi tante." Pamit Farrel kepada Rini bundanya Karin.

"Hati-hati dijalan ya,"

***

Di tengah perjalanan tak ada yang berbicara, hanya ada suara musik yang terdengar di mobil. Karin hanyut dalam pikirannya sendiri, sedangkan Farrel ia tengah fokus mengemudi.

Tiba-tiba Karin melihat dari kejauhan ada seorang nenek yang sedang terduduk ditepi jalan, nenek itu terlihat seperti kesakitan sembari memegang kaki kanannya.

Karin meminta Farrel untuk menghentikan mobilnya.
"Farrel.. stop dulu,"

Farrel menghentikan mobilnya. "Kenapa?"

Karin menunjuk ke arah nenek itu. "Tuh neneknya kasian, kayanya abis keserempet deh,"

Farrel mengangguk tanda mengerti. Lalu mereka berdua keluar dari mobil dan menghampiri nenek itu.

"Nenek kenapa?" Tanya Karin.

"Abis keserempet cu,"

"Ya udah nek sini Karin bantuin, kita ke rumah sakit ya,"

"Ga usah cu, ini cuma luka kecil,"

"Farrel di mobil ada kotak P3K ga?"

"Ada,"

"Ya udah nek, kita bersihin dulu ya di mobil,"

"Makasih cu,"

"Iya nek sama-sama, ya udah sini Karin bantu jalan,"

"Mau nya di bantu sama cucu yang ini," ucap nenek itu sembari menunjuk ke arah Farrel.

"Astaga nenek ihh.. kakinya lagi sakit aja masih sempet-sempetnya genit,"

"Ga kok, becanda," ucap nenek itu sembari tersenyum. Farrel yang melihatnya pun hanya bisa menahan tawanya.

"Farrel jangan diem aja dongg.. bantuin juga," omel Karin, dan Farrel mengangguk mengerti.

"Nenek duduk dulu ya, Farrel lagi ambil kotak P3K nya,"

"Iya cu, makasih sekali lagi ya,"

"Iya nek,"

"Ini kotak P3K nya," Farrel langsung mengasihkan nya kepada Karin.

"Sini nek Karin obatin dulu ya,"

Nenek itu tidak menjawabnya, melainkan ia tersenyum melihat Karin, ia tak habis pikir bisa bertemu dengan anak perempuan sebaik Karin ini.

Sama halnya dengan Farrel, ia tersenyum ketika melihat Karin yang sedang mengobati kaki nenek itu dengan telaten.

"Udah nek,"

"Jangan panggil nenek, panggil aja Oma,"

"Iya Oma,"

"Farrel ambilin nasi goreng tadi," Farrel mengangguk, lalu segera mengambilkan nasi goreng yang dimaksud oleh Karin.

"Oma makan nasi nya ya," ucap Karin sembari memberikan nasi goreng itu.

"Ga usah cu,"

"Gapapa kok Oma, Oma makan aja. Ntar abis makan kita anterin Oma pulang," ucap Karin sembari tersenyum.

"Ya udah, makasih ya cu."

"Iya Oma,"

"Kalian berdua ga makan?"

"Ntar aja Oma,"

"Bareng sama Oma aja, nih kita makan bertiga,"

"Eh ga usah Oma, Karin sama Farrel masih ada kok. Itu buat Oma aja,"

"Ya udah kita makan sama-sama, ayo ambil makanan kalian,"

"Iya Oma. Rel ambilin lagi," ucap Karin, dan lagi-lagi Farrel hanya mengangguk.

"Karin kamu duduk di depan aja biar ga susah,"

"Iya Oma," lalu Karin beranjak turun untuk kembali duduk di depan bersama Farrel.

"Gapapa kita makan ini berdua?" Tanya Farrel.

Karin tersenyum. "Ya gapapa lah, seharusnya gua yang nanya gitu sama lu,"

"Oke," ucap Farrel sembari menyodorkan sesendok nasi.

"Ga usah, gua makan sendiri aja," tolak Karin.

"Cepet buka mulutnya,"

Dengan sedikit terpaksa Karin harus membuka mulutnya. "Sekarang gantian," Karin merebut sendok dari tangan Farrel.

"Lu juga harus kaya bayi yang makan selalu disuapin,"

"Bayi besar gitu?"

Karin tertawa mendengar ucapan Farrel. "Iya besar banget, kaya raksasa,"

"Yang lagi pacaran ni," sindir Oma Citra.

"Eh ga kok Oma,"

"Hehehe.. udah lanjutin aja makan nya cu,"

Selang beberapa menit kemudian, mereka telah selesai makan. Karin dan Farrel berniat mengantarkan Oma Citra untuk pulang kerumahnya.

"Oma abis ini lewat mana lagi?"

"Ntar di depan ada perempatan, terus belok kanan, rumah Oma ada di paling pojok," jelas Oma Citra dan Farrel mengangguk mengerti.
.
.
.

TBC...

Double update lagi ni yeyy!!
Seperti biasa vote sama komen nya jangan lupa ya-!

╰(⸝⸝⸝´꒳'⸝⸝⸝)╯

LOVE GAME [hiat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang