Chapter 02 : Masalah Dibalik Masalah (4)

10 4 0
                                    

(Sudut Pandang Hany)

Aku meninggalkan kelas verry dan pergi ke kelasku, disana aku langsung menangis. Teman-temanku yang melihatku menangispun langsung menghampiriku dan bertanya 'ada apa denganku?' tapi aku tidak ingin menjawabnya karena rasanya masih terasa amat sakit.

Selama dikelas, aku hanya bisa menaruh kepalaku diatas meja. Aku masih tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan verry padaku dan pada hans, aku sangat marah dan kecewa pada verry. Karena aku pikir aku sudah bilang dengan dia baik-baik kalau dia tidak perlu mengganggu hidupku lagi, tapi dia malah mencari masalah dengan hans.

Jam pulang sekolahpun tiba, teman-temanku yang tadi melihatku masih bertanya apa yang terjadi denganku tadi. Mereka sangat khawatir, terutama hanna. Dia biasanya selalu menggodaku dan meledekku, tapi kali ini dia nampak sangat khawatir denganku.

"Hany, kamu kenapa tadi? Apa ada masalah?" ucap hanna khawatir.

Teman-temanku yang lain mengelilingiku, aku yang tak tahan aku langsung menangis lagi dan menjelaskan semuanya.

"Verry.... dia brengsek.... dia tadi memukuli hans ditangga sekolah dan aku melihatnya, kemudian dia pergi begitu saja. Aku tidak terima dengan perlakuan verry, lalu aku menghampirinya dikelasnya. Namun dia malah menamparku didepan teman-temannya." Jelasku singkat kepada teman-temanku.

Disitu teman-temanku sangat kaget mendengar penjelasanku dan mereka menenangkanku.

Hari berganti, ini hari sabtu dimana nanti aku akan janjian untuk bertemu dengan hans dan teman-temanku, untuk melihatkan bahwa aku dan hans sedang berpacaran meskipun hanya pura-pura.

Disaat jam istirahat pun, aku hanya berdiam dikelas dan tidak ingin kemana-mana. Aku sendirian dikelas. Namun tidak lama, ada sosok laki-laki yang datang ke kelasku tanpa bilang apa-apa dan menghampiriku.

"Kamu tidak apa-apa?" kata lelaki itu dengan suara pelan.

"Kamu sedang apa disini?"

"Lebih baik kamu menjawab pertanyaanku saja, tidak perlu menanyakan aku kembali."

"Aku baik-baik saja, memangnya kenapa?"

"Huft... lagi-lagi malah bertanya, aku dengar lelaki brengsek itu telah berlaku kasar padamu. Jadi aku kesini untuk menanyakan dirimu."

Tunggu!! Ini hans kan? Bukan hantu penunggu sekolah yang sedang menyamar menjadi hans?

"Kenapa kamu mengkhawatirkan aku? Lebih baik kamu memperhatikan saja dirimu, bagaimana luka dibibirmu? Apa masih sakit?"

"Khawatirkan dirimu terlebih dahulu, jangan pentingkan diriku."

Hans?! Sepertinya kamu terkena demam atau sejenisnya, seharusnya kamu juga memikirkan dirimu terlebih dahulu. Kenapa justru mengkhawatirkanku.

"Lupakan saja, aku tidak apa-apa. Lagi pula verry tidak mengganggku lagi."

"Nanti malam aku jemput kamu jam 7, aku peringatkan kamu diawal agar aku tidak perlu menunggumu lagi ketika sampai menjemputmu."

"...." aku hanya menganggukkan kepalaku sebagai jawaban iya.

"Kalau begitu aku kembali ke kelas, sampai nanti." Dia mengelus kepalaku dan pergi meninggalkan kelasku.

Hey hey hey hey hey, itu beneran hans?!! Apa aku bermimpi?! Tuhan tolong sadarkan aku jika aku berminpi.

Aku menampar-nampar pipi-ku sendiri untuk membuktikan bahwa aku bermimpi atau tidak, ternyata tidak. Tadi itu sungguhan hans, tapi entah mengapa dia sedikit berbeda.

There Is No Reason At AllTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang