(Putar lagu di mulmed)
Aku harap kita akan selalu seperti ini, tanpa di pisahkan jarak, tanpa di pisahkan oleh waktu, karena setiap detiknya, aku ingin bersamamu.
Namun, di balik itu semua, hatiku selalu gelisah dengan banyaknya pertanyaan, salah satunya; How long?
————————Ola pulang dengan wajah lesu, menghela napas, ia masuk ke dalam apartemen, sunyi tidak ada siapa–siapa. Ia mengamati sekitar, sudah sangat rapi, mungkin pria itu sudah beres–beres sebelum pergi. Tiba–tiba Ola merasakan lapar yang begitu kentara di perutnya, ia berjalan menuju dapur. Ah seharusnya tadi ia makan di luar, nah sekarang kalau sudah begini, siapa yang masak?
"Seharusnya kamu bisa masak, La. Biar gak ribet kalau lagi marahan sama si curut." Sambil mengomel Ola membuka kulkas. Dan ternyata di sana sudah ada kue. Mata Ola langsung berbinar cerah. Sebelum mengambil, Ola mengerut keningnya, perasaan tadi pagi tidak ada kue di kulkas, lah sekarang kenapa tiba–tiba ada? Tidak mau pusing, Ola lebih memilih memakan saja.
Dengan santai Ola berjalan ke arah ruang tengah, ia duduk di sofa. Menyalakan TV. Dalam diam ia memakan kue tadi sembari menonton siaran TV. Bosan, itulah yang Ola rasakan sekarang. Tanpas sadar potongan demi potongan kue sudah habis ia makan. Namun sialnya rasa lapar tidak kunjung menghilang, malah rasa lapar semakin menguasai.
Oke, baiklah, sepertinya ia harus keluar untuk membeli beberapa cemilan di bawah. Dengan malas Ola berjalan ke arah kamar, sebelum turun ke bawah, ia harus mandi terlebih dahulu, menganti pakaiannya yang terasa begitu tidak nyaman.
Selesai mandi dan mengering rambut, ia langsung berjalan ke arah lemari, mencari pakaian yang kira–kira bisa di sebut layak. Ola membuka pintu lemari, ia mengamati satu persatu pakaian dirinya. Ola tersenyum senang saat melihat pakaian yang ia cari mengantung di sana. "Nah ini dia."
Ola menatap pantulan dirinya di cermin, sudah jauh lebih baik ketimbang sebelumnya. Tidak ada lagi celana jeans.
Perkataan Siti, benar–benar menamparnya dengan begitu keras. Ya, Siti benar. Jika ada masalah, setidaknya jangan menghilangkan jati diri. Seberat apa pun itu, jangan pernah lupa, jika Allah selalu bersama dengan orang–orang yang sabar, rahmat Allah begitu luas, jadi sekarang, untuk apa meragu lagi? Allah selalu bersama kita, tak pernah sekali pun meninggalkan kita.
Mungkin bertemu dengan Rafa adalah mimpi buruk bagi Ola, namun, tidak menutup kemungkinan, suatu hari nanti akan menjadi mimpi yang begitu menyenangkan.. Mungkin, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan, takdir Allah tidak ada yang tahu.
"Kamu gadis hebat, La, bukan gadis cengeng, buktinya saja, udah tahu Rafa selingkuh tapi kamu bisa tahan banting," ujar Ola di depan cermin, sesekali terkekeh. Ah hidupnya kenapa begitu menyedihkan?
Sebelum melangkah keluar Ola terlebih dahulu pergi menuju nakas, ia mulai membuka laci pertama, mencari credit card yang pernah di kasih Rafa.
Ola mengerut keningnya saat melihat secarik kertas di atas nakas dengan bingung ia membuka dan membacanya.
Semoga marahmu segera reda, makanlah kue yang ada di kulkas, aku membuatnya untukmu.
Jika sudah pulang, aku harap kau segera mengantikan pakaianmu. Kau jelek jika memakai celana.
—Rafa
Sontak mata Ola melotot saat membaca surat dari Rafa, apalagi pas Rafa mengatainya jelek. Berani sekali lelaki itu, dengan kesal ia menacari pulpen dan menulis sesuatu di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With Rafa [END]
Romance#Rank 1 in Pilot (19 Juli 2021) #Rank 4 in Romance (2 Agustus 2021) #Rank 6 in Spiritual (2 Agustus 2021) #Rank 6 in Sad (10 Agustus 2021) #Rank 6 in Angst (10 Agustus 2021) Bagaimana rasanya jika orangtuamu diam-diam menikahkan kamu saat umurmu mas...