#Rank 1 in Pilot (19 Juli 2021)
#Rank 4 in Romance (2 Agustus 2021)
#Rank 6 in Spiritual (2 Agustus 2021)
#Rank 6 in Sad (10 Agustus 2021)
#Rank 6 in Angst (10 Agustus 2021)
Bagaimana rasanya jika orangtuamu diam-diam menikahkan kamu saat umurmu mas...
Aku harap kita akan selalu seperti ini, tanpa di pisahkan jarak, tanpa di pisahkan oleh waktu, karena setiap detiknya, aku ingin bersamamu.
Namun, di balik itu semua, hatiku selalu gelisah dengan banyaknya pertanyaan, salah satunya; How long?
————————
Ola pulang dengan wajah lesu, menghela napas, ia masuk ke dalam apartemen, sunyi tidak ada siapa–siapa. Ia mengamati sekitar, sudah sangat rapi, mungkin pria itu sudah beres–beres sebelum pergi. Tiba–tiba Ola merasakan lapar yang begitu kentara di perutnya, ia berjalan menuju dapur. Ah seharusnya tadi ia makan di luar, nah sekarang kalau sudah begini, siapa yang masak?
"Seharusnya kamu bisa masak, La. Biar gak ribet kalau lagi marahan sama si curut." Sambil mengomel Ola membuka kulkas. Dan ternyata di sana sudah ada kue. Mata Ola langsung berbinar cerah. Sebelum mengambil, Ola mengerut keningnya, perasaan tadi pagi tidak ada kue di kulkas, lah sekarang kenapa tiba–tiba ada? Tidak mau pusing, Ola lebih memilih memakan saja.
Dengan santai Ola berjalan ke arah ruang tengah, ia duduk di sofa. Menyalakan TV. Dalam diam ia memakan kue tadi sembari menonton siaran TV. Bosan, itulah yang Ola rasakan sekarang. Tanpas sadar potongan demi potongan kue sudah habis ia makan. Namun sialnya rasa lapar tidak kunjung menghilang, malah rasa lapar semakin menguasai.
Oke, baiklah, sepertinya ia harus keluar untuk membeli beberapa cemilan di bawah. Dengan malas Ola berjalan ke arah kamar, sebelum turun ke bawah, ia harus mandi terlebih dahulu, menganti pakaiannya yang terasa begitu tidak nyaman.
Selesai mandi dan mengering rambut, ia langsung berjalan ke arah lemari, mencari pakaian yang kira–kira bisa di sebut layak. Ola membuka pintu lemari, ia mengamati satu persatu pakaian dirinya. Ola tersenyum senang saat melihat pakaian yang ia cari mengantung di sana. "Nah ini dia."
Ola menatap pantulan dirinya di cermin, sudah jauh lebih baik ketimbang sebelumnya. Tidak ada lagi celana jeans.
Perkataan Siti, benar–benar menamparnya dengan begitu keras. Ya, Siti benar. Jika ada masalah, setidaknya jangan menghilangkan jati diri. Seberat apa pun itu, jangan pernah lupa, jika Allah selalu bersama dengan orang–orang yang sabar, rahmat Allah begitu luas, jadi sekarang, untuk apa meragu lagi? Allah selalu bersama kita, tak pernah sekali pun meninggalkan kita.
Mungkin bertemu dengan Rafa adalah mimpi buruk bagi Ola, namun, tidak menutup kemungkinan, suatu hari nanti akan menjadi mimpi yang begitu menyenangkan.. Mungkin, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan, takdir Allah tidak ada yang tahu.
"Kamu gadis hebat, La, bukan gadis cengeng, buktinya saja, udah tahu Rafa selingkuh tapi kamu bisa tahan banting," ujar Ola di depan cermin, sesekali terkekeh. Ah hidupnya kenapa begitu menyedihkan?
Sebelum melangkah keluar Ola terlebih dahulu pergi menuju nakas, ia mulai membuka laci pertama, mencari credit card yang pernah di kasih Rafa.
Ola mengerut keningnya saat melihat secarik kertas di atas nakas dengan bingung ia membuka dan membacanya.
Semoga marahmu segera reda, makanlah kue yang ada di kulkas, aku membuatnya untukmu.
Jika sudah pulang, aku harap kau segera mengantikan pakaianmu. Kau jelek jika memakai celana.
—Rafa
Sontak mata Ola melotot saat membaca surat dari Rafa, apalagi pas Rafa mengatainya jelek. Berani sekali lelaki itu, dengan kesal ia menacari pulpen dan menulis sesuatu di sana.
Untuk, suami tukang selingkuh! Gak usah sok peduli, aku gak butuh!!!
Tidak hanya itu saja, dengan tersenyum miring, Ola menempelkan surat itu pada dinding, biar nanti Rafa bisa membaca dengan jelas.
Ola keluar dari kamar setelah bersiap–siap. Ia menatap meja di depan TV yang masih menyala, masih ada piring bekas kue yang ia makan tadi, ah ternyata, kue itu Rafa yang membuatnya, enak. Tanpa pikir panjang segera ia memindahkan piring itu ke dapur, tidak lupa mencucinya. Sejenak Ola terdiam, kenapa Rafa melakukan itu semua untuknya?
Baru saja Ola hendak melangkah, bunyi notifikasi dari ponsel langsung mengurung niatnya.
Fara Putri Anggara : Kak Ola cepat buka pintunya, kami udah di luar.
——————————————
Hujan gerimis jatuh membasahi kota Berlin, orang–orang berjalan kaki dengan membawa payung, ada yang sendiri, ada yang berdua dengan pasangannya. Malam ini, suasa begitu dingin, hawanya mampu manusuk hingga ke tulang, namun tidak membuat menggigil.
Kyelin melempar pandangnya ke luar jendela, menikmati pemandangan yang menurutnya begitu menyenangkan. Sesekali ia tersenyum tipis, saat melihat pemandangan sepasang kekasih yang begitu romantis di luar sana. Mendadak ia ingin melakukan itu dengan Rafa, bejalan di bawah hujan dengan Rafa. Ah pasti menyenangkan.
Sontak Kyelin terkejut saat seseorang menempelkan segelas coffe hangat di pipinya, hanya saat, lalu orang itu langsung duduk tetap di depannya. Kyelin kegirangan saat melihat siapa gerangan orang di depannya.
"Tadi aku udah minta minuman yang kamu mau, tapi katanya gak ada, mungkin kafe ini belum menyediakan minuman yang kamu maksud," ujar Rafa lalu menyodorkan minuman yang lain. "Minum yang ini aja dulu ya, nanti sehabis dari sini kita cari di tempat lain." Lanjut Rafa lagi.
"Iya, Raf," balas Kyelin, lalu gadis itu segera menyeruput minuman yang di bawa Rafa. Hanya seteguk.
"Malam ini aku senang sekali, akhirnya kamu bisa di sini dengan waktu yang lama," ujar Kyelin tersenyum, memperlihat giginya yang rapi.
"Tapi setelah aku pulang nanti, kemungkinan kita gak akan bisa ketemu selama berbulan–bulan," balas Rafa.
"Gapapa, aku bisa ke Indonesia, lagian aku ingin kesana."
"Pekerjaan kamu?"
"Bentar lagi aku punya jatah cuti."
Rafa hanya mengangguk, kali ia tidak melarang kemauan Kyelin, sekali lagi ia tekankan, demi Kyelin, Rafa akan melakukan apa pun. Untuk kali ini, ia tidak mau memikirkan resiko apa pun.
"Ich möchte nur für immer beo dir sein,(Aku hanya ingin bersamamu, selamanya)" ujar Kyelin meraih tangan Rafa—mengenggamnya.
"Ich werde deinen wunsch erfüllen. (Aku akan mewujudkan keingannmu) "
Setelah dari kafe, Rafa dan Kyelin pergi berjalan kaki, mengelingi kota Berlin di malam hari, lampu kelap–kelip di sepanjang kota begitu terlihat mengagumkan, sekarang tidak ada lagi hujan gerimis, gerimisnya sudah reda selama sejam yang lalu. Namun, hawa dingin tetap masih ada.
Kyelin berjalan di depan Rafa dengan riang, sesekali ia menoleh ke belangkang, menatap Rafa yang berjalan mengikutinya. Tanpa Kyelin sadari, Rafa merekam semua tingkah Kyelin lewat ponselnya. Namun, beberapa menit kemudian suara Kyelin yang terdengar kesal berhasil membuat Rafa tertawa. Tawa yang tidak bisa Rafa rasakan jika ia sedang bersama Ola.
"Rafa ih! Jangan di rekam, aku pasti kelihatan jelek." Kyelin merenggut, ia langsung menghampiri Rafa, mencoba meraih ponsel lelaki itu.
Langsung saja Rafa menghindar, tidak membiarkan Kyelin mengambil ponselnya, karena pasti nanti akan di hapus, tentu sebelum itu terjadi Rafa akan menghindar."Cantik kok."
Langsung saja Kyelin mendekatkan diri pada Rafa, menyandarkan dagunya di bahu Rafa. Tersenyum sembari melihat kamera, namun sebelum itu, secepat kilat Kyelin mencium pipi Rafa, tepat saat kamera sudah membidik foto mereka. Berhasil membuat Rafa terkejut.
"Mana, sini lihat." Kyelin langsung menganbil alih ponsel Rafa, ia tersenyum senang saat melihat hasil fotonya. "Bagus fotonya, aku cantik dan kamu ganteng."
"Habis ini, kita mau kemana lagi?" tanya Kyelin lagi, ia menatap Rafa.
"Ke suatu tempat, aku yakin kamu akan menyukainya."
"Kemana?"
Rafa tidak menjawab, pria itu langsung meraih tangan Kyelin—mengenggamnya, namun sebelum itu, Rafa terlebih dahulu mengirim pesan kepada adiknya, tentu tanpa sepengetahuan Kyelin.
Adek :
Jangan pulang lagi, nginap di apartemen aja, temanin Ola. Untuk tiga hari kedepan abang gak pulang ke Indonesia.
Jangan lupa pesan makanan, Ola gak bisa masak. Kalian harus makan.
———————————————
Aceh, 27 Juni 2020
Komentarmu di bab ini?
Tembus 150 comen aku update lagi wkwk
See you next chapter.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.