CHAPTER II

224 17 0
                                    

Durasi kita bertemu sangatlah singkat. Terima kasih telah hadir dan tersenyum walaupun bukan untukku.

- Ivan -


"Van!" panggil Emilio segera mengejar adik kembarnya.

Emilio tahu Ivan sangat rapuh, dua hari yang lalu Icha benar-benar pergi tidak akan kembali. Icha menyusul papa atau ayah mereka, Adam. Keadaan sekarang sangat sulit untuk diterima, ini sangat menyakitkan.

"Van!" tegasnya sambil mencekal lengan kanan Ivan. Langsung saja Ivan menepisnya dan berbalik badan.

"Aku mau bertemu Icha!"

"Jangan gila!" kekeh Emilio mendapatkan tatapan tajam dari Ivan. Ivan tidak senang melihat reaksi Emilio sekarang.

"Kamu bahkan sudah dua hari mengurung diri, dan sekalinya keluar kamar kamu mau menemui Icha? Lalu kamu akan menangis sampai pingsan disana?"

Tak ada reaksi apapun dari Ivan yang mendengarnya. Ia hanya memperhatikan apa yang Emilio jelaskan.

"Kamu tidak boleh acuh dengan kehidupanmu. Sedih boleh, tapi jangan larut terlalu lama didalamnya!"

Ivan menggelengkan kepalanya mengacuhkan apa yang Emilio katakan. Ia menyambar sebuah kunci mobil milik Emilio yang tergeletak diatas meja.

"Aku pinjam mobilmu!" ujar Ivan tanpa melihat kearah kakak kembarnya. Ia sudah bosan melihat wajah Emilio yang menampakan ekspresi tidak mengerti keadaannya.

***

Gadis berlesung pipi ini terus berlari walaupun kakinya semakin terlihat membengkak, namun tidak terlalu parah baginya. Ia ingin segera bebas dari kejaran preman yang mengganggunya. Matanya telah banyak mengeluarkan air semenjak ketukan pintu panti terdengar.

'Bagaimana ini?' keluhnya dalam hati.

Semakin lama ia berlari, semakin banyak tenaganya terkuras. Ia berhenti sejenak untuk mengatur nafas sambil memegang lututnya dipinggir jalan. Matanya tidak berhenti melihat sekeliling dengan rasa takut luar biasa. Degup jantungnya semakin kencang berdetak. Ia beralih menyeka peluh dikeningnya sambil bibir bawahnya ia gigit. Gadis ini sangat khawatir, kemana ia akan bersembunyi sekarang?

Dengan susah payah ia menelan salivanya.

Seketika ia membulatkan matanya saat melihat mobil dari arah kanan melaju akan melewatinya. Segera kakinya melangkah berhenti ditengah jalan. Ia ingin berteriak namun sayang teriakannya tidak terdengar.

Cittt .... Beruntung si pengendara mobil segera menginjak rem. Gadis ini terdiam mematung saat dirinya tidak merasakan benda menghantam tubuhnya. Berlalu ia beranjak untuk mengetuk kaca mobil dihadapannya.

"Apa? Mau ganti rugi? Harusnya-"

Ceklek. Tanpa disuruh, gadis ini langsung membuka pintu mobil yang kebetulan tidak dikunci. Ia segera masuk dan mendudukkan dirinya disamping pengendara mobil.

"Heh!" gertakkan terdengar dikedua telinganya, namun gadis ini tidak menggubris. Ia meringkuk menghadap pengendara mobil ini.

Rapuh 2 : Jմʂէ Iѵąղ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang