Elvaro keluar dari dalam lift dan langsung disuguhkan pemandangan yang membuatnya merasa jengkel.
Aileen cewek lugu dan polos menurutnya, kini tengah bercengkerama dengan cowok yang sedari tadi dilihatnya di dalam gym.
Ia kira, Aileen tipe cewek pemalu jika bertemu dengan orang baru. Tapi saat ini, yang berada dalam pandangannya adalah Aileen bersama dengan cowok lain.
Sewaktu Aileen bersamanya, ia selalu menunduk. Lihat sekarang, kepalanya bahkan tegak seperti seharusnya. Dan lagi, ia tidak segan-segan tersenyum disela-sela obrolannya.
What the hell!
Elvaro langsung menghampiri Aileen. Tangannya mengepal kuat dipegangan tas laptopnya.
Sesampainya ia di depan Aileen, Elvaro melempar pelan tas laptopnya di atas paha Aileen. Aileen sampai tersentak kaget dan reflek memegang tas laptop milik Elvaro.
"El! Gue kaget tau!" kesal Aileen.
Elvaro hanya tersenyum miring, lalu memandang cowok yang duduk di samping Aileen.
"Gue duluan ya" pamit cowok itu, seakan tahu akan arti tatapan Elvaro.
Aileen mangangguk disertai senyumnya membuat Elvaro berdecak kesal lalu pergi meninggalkan Aileen.
Aileen yang menyadari kepergian Elvaro lantas mengernyit bingung dan berlari pelan untuk mengejar Elvaro yang agak jauh darinya.
"El! Tungguin kek. Buru-buru banget"
Aileen masih berlari dengan menenteng tas laptop milik Elvaro.
Langkah Elvaro semakin lebar membuat Aileen mempercepat laju larinya.
"Elvaro! Lo budek ya?!"
Elvaro yang mendengarnya lantas menyipitkan matanya kesal dan langsung berbalik badan. Aileen yang tengah berlari kearahnya sampai harus mengerem kakinya sendiri karena jarak antara ia dan Elvaro tinggal beberapa langkah lagi.
Untung saja ia bisa berhenti sebelum menabrak tubuh Elvaro didepannya.
"Lo kenapa sih?" tanya Aileen saat mereka berdiri berhadapan.
Elvaro hanya diam menatap lekat-lekat Aileen membuat Aileen kikuk di tempatnya.
"El!"
"Gue gak sedekat itu sama lo. Jadi gak usah panggil gue dengan sebutan El!" ujar Elvaro datar.
Aileen sampai mengembungkan pipinya dengan mata yang menyipit kesal.
"Iya Elvaro" tak dipungkiri Elvaro tersenyum sangat tipis melihat reaksi Aileen yang entah kenapa menurutnya sangat imut.
***
"El, eh Elvaro. Nanti turunin gue di toko roti depan sana aja" ujar Aileen memecahkan keheningan di dalam mobil.
Elvaro hanya melirik sekilas, lalu kembali fokus dengan jalanan.
"Gue bukan supir lo! Lo kan naiknya di sekolah. Jadi gue turunin lo nya di sekolah"
Aileen reflek membulatkan matanya syok. Ingin rasanya ia memukul kepala Elvaro saat ini juga.
"Padahal lebih deket di toko roti itu"
"Jauh. Harus puter balik dulu"
"Astaga, orang cuma puter sedikit juga. Yaudah turunin gue di depan situ aja"
"Ogah! Gue gak suka di kasih perintah kaya gini"
Elvaro malah semakin menginjak pedal gasnya kuat-kuat, membuat Aileen hanya bisa diam di tempatnya dengan tangan yang berpegangan erat di sabuk pengamannya.
Mata Aileen terpejam karena menahan rasa takutnya. Elvaro benar-benar gila saat ini. Sudah keberapa kalinya ia mendapatkan klakson kesalnya para pengguna jalan.
Jantung Aileen rasanya seperti ingin copot, berdebar tak karuan.
Aileen terdorong ke depan karena Elvaro yang menginjak rem nya tiba-tiba.
"Lo gila! Gue masih mau hidup Elvaro!" ujar Aileen kesal.
"Hari ini lo banyak ngomong! Banyak tingkah! Dan banyak ngeselinnya jadi cewek! Apa ini sifat asli lo sebenarnya?" tanya Elvaro yang tangannya sudah mengapit rahang Aileen seperti biasanya.
Aileen gelagapan karena wajah Elvaro semakin lama semakin dekat dengannya. Mata Elvaro tidak pernah lepas menatapnya dengan begitu intens.
"Apa ini sifat asli lo?" ulang Elvaro.
Kali ini nadanya pelan dan rendah. Aileen hanya bisa diam mematung karena hembusan napas Elvaro sangat terasa di permukaan wajahnya. Kalau ia bergerak sedikit saja, rasanya bibir Elvaro akan mengenai wajahnya.
"Cukup sama gue sifat asli lo, lo tunjukin. Jangan sama cowok lain"
Aileen masih diam dan mencoba mencerna ucapan cowok di depannya ini.
"Turun!" Elvaro menghempaskan wajah Aileen sedikit kencang, sampai Aileen mengelus pelan kedua rahangnya.
Aileen melihat ke luar jendela, ternyata sudah di depan sekolah. Pantas saja Elvaro menyuruhnya untuk turun. Ia pikir, Elvaro akan menurunkannya di pinggir jalan entah dimana itu.
Aileen membuka sabuk pengamannya buru-buru, lalu keluar dari mobil Elvaro dengan membawa tas laptop yang sedari tadi ada di pangkuannya.
Elvaro memejamkan matanya menetralisir rasa amarah yang menggebu-gebu dalam dirinya.
"Goblok! Kenapa gue kaya gini?!" Elvaro memukul stir mobil beberapa kali, untuk menyalurkan rasa marahnya.
Setelah ia puas melampiaskan amarahnya pada stir mobilnya itu, ia menyandarkan punggungnya di kepala bangku kemudi.
"Masa sih gue marah cuma karna liat dia senyum sama cowok lain? Ah bangsat!"
Elvaro frustasi saat ini. Bagaimana bisa ia seperti ini. Apalagi karena Aileen cewek yang selama ini membuatnya selalu kesal karena budek.
Tipe Elvaro juga bukan seperti Aileen yang bodoh itu. Tapi dari segi fisik memang Aileen sosok yang di idam-idamkan olehnya.
Tapi kenapa bisa Elvaro merasakannya pada Aileen? Hal itulah yang membuatnya merasa sangat frustasi saat ini.
***
"Elvaro kenapa sih, aneh banget. Bikin merinding aja" ujar Aileen pada dirinya sendiri.
Saat ini Aileen tengah bersiap untuk pergi ke toko roti tempatnya bekerja. Cukup di tempat makan saja ia liburnya.
"Apa sifat gue yang kaya gini bikin dia gak nyaman ya? Ck! Apa peduli gue?" Aileen langsung mengambil tas kecilnya, lalu pergi keluar kosan untuk mencari angkot yang bisa mengantarnya sampai toko roti.
***
Aileen kini tengah melayani beberapa pembeli di toko roti itu. Hari ini ia lembur dan untungnya bukan hari dimana ia ada jadwal mengajar les.
Aileen memiliki waktu lima belas menit untuk sekedar makan dan minum. Karena dadakan lemburnya, jadi Aileen membeli roti di dalam toko ini untuk sekedar pengisi perutnya.
Aileen kini tengah memilih roti apa yang akan ia beli. Tentunya harus melihat harganya juga, tiba-tiba datang pembeli yang membuatnya menoleh.
"Permisi, ada yang namanya mbak Aileen?" tanya cowok itu.
Aileen yang merasa namanya terpanggil pun menyipitkan matanya untuk memastikan siapa yang menanyakannya. Pasalnya, ia tidak kenal dengan cowok ini.
"Ada perlu apa ya?" tanya Aileen membuat teman kerjanya. Anis. Bingung karena Aileen yang menjawabnya.
Anis sampai melongo ditempatnya. Bukannya Aileen ini tuli ya? Kalaupun bicara dengannya harus Aileen lihat pergerakan bibirnya. Tapi ini?
"Oh ini mbak Aileen ya? Saya mau nganterin pesanan buat mbak Aileen" Aileen mengerutkan keningnya bingung.
Cowok itu memberikan papper bag ke tangan Aileen. Aileen menerimanya dan langsung melihat isinya.
"Saya gak pesan apa-apa mas. Mungkin salah orang"
"Benar kok mbak. Kalo gitu saya permisi"
Cowok itupun keluar dari toko roti, membuat Aileen dan Anis sama-sama menatap bingung.
Aileen melihat lagi isi papper bag itu, ternyata terselip kertas di dalamnya.
Sorry buat hari ini. Semangat lemburnya. Jangan lupa pengajuan undur diri.
Dari bos El
Aileen tersenyum geleng-geleng kepala membaca tulisan Elvaro disana. Ia pikir paket salah kirim, ternyata paket ini memang untuknya.
Di ujung jalan, bersebrangan dengan toko roti. Elvaro duduk didalam mobilnya. Senyum lebar terpatri di wajahnya saat melihat Aileen tersenyum membaca surat kecil darinya.
Tidak sia-sia ia membelikan bekal makanan dan minuman untuk Aileen sebagai permintaan maafnya. Maaf karena telah berperilaku kasar tanpa alasan yang logis.
Hanya karena senyum bahagia Aileen yang mendapatkan paket yang tidak seberapa darinya, membuat hati Elvaro menghangat.
Fix gue kena karma! Karma naksir Aileen
-
-
-
TBC