PROLOG

1.2K 459 974
                                    

Goolllllll....

Teriakan dan tepuk tangan sukses memenuhi gendang telinga. Pasalnya, saat ini lomba fullsal antar sekolah tengah diadakan. Puluhan siswa dari berbagai sekolah berkumpul memenuhi lapangan sekolah. Salah satu agenda tahunan sekolah ini memang begitu menarik perhatian, terutama bagi kaum hawa. Karena, di sinilah mereka mendapatkan rejeki gratis, contohnya roti sobek anti lapar.

Papan skor pun berganti ketika bola berhasil menembus gawang, kini kedudukan sama bagi dua tim. Tentu saja, riuh penonton semakin terdengar jelas, semangat terus dilontarkan pendukung untuk para pemain yang masih memperebutkan bola bundar itu. Sungguh suatu hal yang membakitkan energi.

Namun, nampaknya ini menjadi pengecualian bagi seorang gadis yang asyik memainkan ponselnya. Ditengah banyaknya pasang mata, sangat kentara jika hanya gadis itu yang tak memusatkan atensinya.

Bagaimana tidak, kaum rebahan murni pecinta drakor seperti dirinya dipaksa untuk beraktivitas, sungguh menjengkelkan. Jika bukan karena sogokan novel dari sahabatnya ia tak mau ikut menonton acara olahraga ini dan tenggelam diantara penggemar yang siap melontarkan jeritan histerisnya.

"GBL, GBL, GBL, ganteng banget loh."

"Takbir! meleleh gue."

"Gantengnya yang ngotak dong, please."

"Surga dunia ini mah."

"anjirr, sixpack. idaman gue banget."

"Parah gans banget."

"Mencair hati dedek bang."

Tak kuat dengan keadaan yang begitu memekikkan telinga, ia beranjak dari duduknya meninggalkan area perlombaan.

"Mereka yang teriak, gue yang haus," gerutunya.

Langkah kakinya memasuki kantin, dengan cepat ia menuju warung Bi Wati dan membeli minuman dingin. Karena cuaca yang panas, ia lebih memilih duduk disana sembari menikmati minumannya. langit biru yang begitu cerah menjadi sasaran pertama untuk objek pandangnya.

"Ambilin gue satu dong," ucap seorang laki-laki yang menghalangi pandangannya.

Tampan, itulah yang tergambar saat menatap laki-laki yang berbicara padanya.

"Neng, jangan ngelamun, ada orang lagi ngomong ini."

"Eh, kenapa?"

"Ambilin gue saos dong, jarak lo lebih deket soalnya," kata laki-laki itu sambil menunjuk saos tomat yang ada dibelakangnya.

ia pun mengambil saos yang dimaksud, saat hendak memberikan saos, laki-laki itu berucap kembali. "bentar, gue aja deh yang pindah duduk."

Ia menatap bingung laki-laki yang kini sudah duduk di depannya, dengan enteng laki-laki itu mengambil saos yang ada digenggamannya. "Thanks."

gadis itu hanya mengangguk singkat sembari tersenyum simpul.

"Gue bukan murid sini, tapi minggu depan udah resmi satu angkatan sama lo."

"murid pindahan?" tanya gadis itu.

laki-laki itu mengangguk. "lo temen pertama gue."

"aa gitu."

"yaudah, sampai ketemu nanti," pamit laki-laki itu hendak beranjak dari tempatnya.

"udah? cepet amat makannya?" gumam gadis itu.

laki-laki itu terkekeh pelan. "gue kan gercep, sama kayak buat dapetin lo."

setelah mengatakan itu, laki-laki itu meninggalkan kantin begitu saja.

"Hoy, dicariin daritadi ternyata diem disini liatin cogan," kata sahabat gadis itu yang entah datang darimana.

"liatin siapa si?"

"Eh kenapa lo senyum-senyum, keracunan minuman ya lo?" Katanya lagi ketika menyadari tingkah aneh dari gadis disampingnya.

"Dir, kayanya gue jatuh cinta deh," ucap gadis itu sambil menggoncangkan bahu Dira--sahabatnya itu.

"Hah, kapan? Dimana? Sama siapa?" Dira berteriak histeris.

Gadis itu hanya tersenyum tak berniat untuk menjawab pertanyaan itu.

"Semudah itukah jatuh cinta, hanya dengan menatap matanya dan perasaan itu muncul seketika," ucap gadis itu dengan tatapan masih tertuju pada laki-laki itu.

Tanpa disadari, laki-laki itu berbalik menatapnya sekilas kemudian menyunggingkan senyumnya. "good."

••••000••••

Kini Melo sedang berada dibalkon kamarnya sambil menatap langit malam yang indah berhias bintang tak lupa dengan sentuhan angin yang terasa menyejukkan. Mengingat dimana dia untuk pertama kalinya jatuh cinta membuat sudut bibirnya melengkung keatas, tak pernah terpikirkan sebelumnya bagi Melo untuk mencintai seorang laki-laki. Jangankan mencintai, mencoba untuk melirik laki-laki saja dia tidak mau.

"Sekarang dalam mimpi gue cuma tentang lo," kata Melo dengan tatapan menerawang kelangit.

"Dan gue bakalan jadiin mimpi itu sebagai keinginan untuk perjuangan cinta," katanya lagi seraya menyatukan kedua jari tangannya membentuk love di udara.

"Semoga besok gue dikasih kesempatan untuk bisa mendapatkan hati lo."

TBC...

***

Hai readers ini cerita pertama lyy jadi maklumlah kalo agak nggk nyambung dan masih acak-acakan.

Harap tinggalkan jejak kalian ya readers dengan vote and coment. Karna satu vote dan coment dari kalian sangatlah berharga untuk lyy.

Follow juga ya instagram Lyy @mly.na_

~happy reading..

Salam sayang
Lyy 💙

𝐘𝐨𝐮 𝐍𝐞𝐯𝐞𝐫 𝐊𝐧𝐨𝐰 (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang