25.03.13

823 95 6
                                    

Batuknya berdarah

Perasaan sakit fisiknya.

Dan hatinya.

Kenapa dia menolak Yoongi saat itu?

Jimin hanya bisa merasakan penyesalan, tetapi Jimin juga merasa senang, yang penting Yoongi bisa mendapatkan orang yang lebih baik dibandingkannya.

Ego seorang remaja yang baru menginjakan umur dewasa, mengalami kekerasan fisik di rumah karena peraturan ketat serta kedisiplinan yang kuat dari ayahnya. Kemudian hidup bersama ibu yang tidak peka dengan keluarganya sendiri, terlalu berambisi akan pekerjaan dan kehidupan mewahnya.

Meninggalkan Jimin sendirian.

Nilai-nilai Jimin sudah seperti grafik penurunan, semakin lama garisnya menurun dan menurun. Hal ini tentu membuat murka ayahnya yang dulu mantan anak pintar dan disegani dalam ilmu ekonomi. Jimin terlihat seperti anak malang yang mengikuti bayang-bayang ayahnya, seakan-akan dunia cantik yang harusnya Jimin lihat memudar menjadi mengerikan.

Bukankah Jimin bilang kalau Yoongi merupakan pemberian hadiah dari Tuhan?

B-Bukankah Jimin berkata seperti itu?

Bugh!

Pundaknya menabrak seseorang ketika dia ingin keluar dari sekolah, mata Jimin bertemu dengan pria berkulit kecoklatan dengan senyuman kotak yang tampan. Jimin yang sadar dengan kedatangan lelaki itu langsung membuang muka dan berjalan cepat meninggalkan orang tersebut.

"J-Jimin sebentar dengarkan aku dulu!"

Napas Jimin yang tersenggal-senggal, dadanya nyeri, ia kesulitan bernapas. Jimin menoleh kebelakang, orang itu tetap mengejarnya entah alasannya apa. Semenjak mereka berpas-pasan orang itu pasti akan selalu mengejarnya. Jimin tentu kesal dengan remaja tersebut yang dari kelas lebih rendah dibandingkannya.

Untung bus datang tepat waktu di halte, segera Jimin masuk ke dalam bus tersebut sebelum bus nya pergi. Ia duduk di kursi, mengatur napasnya yang tersenggal-senggal, menekan dadanya yang nyeri ketika dia bernapas.

Sebenarnya apa yang terjadi dengan Jimin?

...

Sialnya dia menaiki bus yang salah.

Jimin menghela napas kasar. Jimin melihat ke langit-langit, salju masih turun padahal sudah memasuki musim semi. Apakah cuacanya sedingin itu? Jimin yang dibaluti jaket tebal putih mendesah pelan, duduk di halte bus sendirian sambil menunggu bus agar dia sampai pulang ke rumah.

Mata sayu Jimin memperhatikan jalanan lebar yang dipenuhi beberapa kendaraan yang berlalu lalang. Manusia bergerak bebas, mereka bergerak untuk hidup, entah memenuhi kebutuhan pokok atau lain sebagainya.

Tapi dikawasan itu, Jimin sendiri yang duduk diam.

Dengan pandangan kosong.

Ketika dia pulang terlambat, Berapa banyak lagi karya buatan ayahnya yang terlukis di kulit Jimin? Jimin melihat ke telapak tangannya, indah sekali ciptaan Tuhan yang mempahat luka-luka di tangannya.

Yoongi hyung

"H-Hiks.."

Dear Diary

Tuhan, makasih dulu sudah mempertemukan hadiahmu untukku.

Tapi aku tidak pantas mendapatkan hadiahmu, dia seperti pangeran tampan yang layak untuk putri cantik diluar sana.

Tidak dengan nenek lampir penyakitan sepertiku.

Rasanya sakit.

Sangat sakit, terlalu menyakitkan untukku--

"Uhuk!"

Mata Jimin membelak, tangan Jimin berhenti menulis dan otomatis menutup mulutnya. Namun sial tetesan darah itu menetes kearah halaman buku. Manik mata yang kunang-kunang, hingga penglihatannya memburam, pulpen bergambar anjing imut menjulurkan lidah itu terlepas dan jatuh di lantai dingin

Tapi tidak bagi pemiliknya yang jatuh tepat di dada seseorang.


Dear Diary 「Yoonmin」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang