Bab 2 Deg deg ser

189 14 0
                                    


Akbar Pov

Pagi ini, jadwalku penuh diklinik dikarenakan mamaku sang penguasa klinik ini harus menghadiri seminar di salah satu kampus diluar kota. Nasib oh nasib, pekerjaannya dilemparkan ke diriku.

Padahal untuk hari ini jadwalku hanya saat shift malam. Namun mau bagaimana lagi kanjeng mami sudah bertitah maka harus dipatuhi dan dijalankan.

Beruntung saat pagi hari hingga menjelang sore pasien yang datang sangatlah sepi. Yah karena jam kantor dan jam sekolah juga sih. Aku hanya sibuk berdiam diruangan ini. Beruntung dibalik kursi kerjaku ada ruangan untuk bersantai.

Setelah makan siang aku putuskan untuk kembali ke apartemen untuk istirahat. Padahal dari tadi juga gak ngapa ngapain hehehe. Aku sudah titip pesan dengan stafku disana jika ada pasien baru mau periksa untuk menghubungiku.

Sore hari setelah mandi dan fresh, aku kembali menengok klinik. Karena ada pasien mama ku yang memang sudah janjian untuk mencabut gigi.

Benar saja saat jam sore pasien sudah menunggu. Beberapa pasien baru yang rata rata memeriksakan kondisi giginya atau hanya untuk membersihkan karang gigi.

Pasien selanjutnya, ku liat di berkas pasien. Aku lihat namanya Alani Sukma, hmm cewek nih. Langsung ku gelengkan kepala untuk balik ke jiwa profesionalku.

Lani Pov

Beruntung hari ini aku sudah tak merasakan sakit gigi lagi. Pulang kantor langsung ku sempatkan kembali ke klinik kemarin.

"Mau ikut gak lan kita mau nongki nongki nih" ucap Robi salah satu rekan kerjanku.

"Engga dulu Rob, gue udah ada janji"ucapku sambil memasukkan ponsel dan power bank ke dalam slingbagku.

"Uhuy adek kita janjian sama orang nih, bau bau kencan pertama nih"ucap Robi dengan lantang membuat rekan kerja sedevisi riuh mengusikku

"Beneran lo mau kencan?" tanya Siska pada ku

"Boro boro kencan, mau cabut gigi gua!!" ucapku tegas

Semua orang sedevisi kecewa dengan penuturanku. Mereka memang senang bergosip bahkan didepan orang yang digosipkan. Sungguh unik rekan rekan ku ini.

"Gue duluan ya mas mbak semuanya, dedek mau kencan terakhir sama gigi ini" ucapku sambil mengusap pipi kiriku dan berjalan pamit keluar.

10 menit perjalanan, aku memarkirkan sepeda motorku dan langsung ke bagian pendaftaran.

"Selamat Sore"ucap resepsionis dengan ramah

"Sore Mbak, saya sudah bikin janji tadi malam buat cabut gigi. Atas nama Alani Sukma" ucapku langsung saking semangatnya

"Baik, kebetulan Dokter Hasna sedang tidak bisa bertugas namun beliau sudah menitipkan ke Dokter Akbar mbak, Bagaimana?" ujar resepsionis itu

"Owh ga apa apa mbak"

Setelah menunggu beberapa menit akhirnya aku masuk ke ruangan pemeriksaan. Jantungku berdetuk kencang, grogi akibat pertama kali cabut gigi. Beberapa kali aku menghembuskan nafas untuk menenangkan diri selama berjalan ke ruang pemeriksaan.

"Permisi dok ini pasien selanjutnya"

"ya silahkan masuk" ucap laki laki dari dalam ruangan

Aku langsung duduk di depan meja kerjanya dan di sebelah sudah siap peralatan serta kursi pasien yang terlihat canggih entah apa namanya.

"Dengan Ibu Alana Sukma, keluhan sering sakit gigi dan mau cabut gigi bagian bawah. Apa sebelumnya pernah ditambal?" tanya dokter didepanku yang membaca data data ku terlapis dengan map

"Belum pernah dok"ucapku sambil menatap dokter didepanku yang masih menunduk membaca dataku.

"Saat ini apakah masih merasakan sakit?"tanya dokter itu mendongkakkan wajahnya ke arahku.

Wow tampan juga dokter ini, seperkian detik ku terdiam karena terpaku dengan sosok ini. Tapi kayannya pernah liat dimana ya

"hmmm?" tanya dokter menyadarkan lamunan sejenakku

"Engga dok"jawabku gugup

"Baik, ibu bisa pindah kesana. Tas bisa ditaruh rak sebelah" ucap dokter itu sambil mengarahkan tangannya ke benda benda sekitar yang ia maksud.

Akupun sudah duduk di kursi pemeriksaan. Lampu sudah dinyalakan lalu dokter itu mneyiapkan beberapa peralatannya dengan gesit dan bersih.

"Sebelumnya mohon berkumur dan setelah itu berbaring" ucap sang dokter dengan menyodorkan gelas berisi air.

Mulutku sudah terbuka, beberapa alat sudah siap dan aku sudah diberi bius agar tak kesakitan saat gigi itu dicabut.

Banyak kali wajah sang dokter itu begitu dekat denganku, sesekali aku memperhatikannya. Namun saat kedua mata kita bertemu aku memalingkan bola mataku ke arah lain. Grogi bos takut pingsan malu aku

Ketika proses pencabutan gigi mulai sang dokter dengan fokus ke arah gigiku, dengan tak sengaja aku bisa memperhatian wajahnya dengan begitu dekat.


Dan...


Aku ingat orang ini yang kemaren menabrak ku. Aku melototkan mata tanda kaget, sang dokter sadar dengan reaksiku

"Ada yang sakit?" tanyanya dengan sopan

Aku langsung menggelengkan kepala. Berusaha agar tetap tenang, mau marahpun dalam keadaan seperti ini tak bisa apa apa.

Seusai tercabut sang gigi yang selalu membuatku sakit, aku harus mengemut kapas agar darahnya bisa berhenti. Beruntung alat sekarang sudah terlampau canggih, air liurku tak ada yang luber ke baju ahahaha. Kan malu kalau baju basah cuman karena air liur.

Aku masih menyimpan rasa kesalku akibat kemarin. Namun beliau mencabut gigiku dengan lancar membuat rasa kesalku sedikit menurun.

"Owh iya ibu, ini saya baca ibu akan melakukan pemasangan behel ya"tanyanya dengan sopan

"iya dok tapi untuk bagian atas saja"balasku sebisanya mengucap

"Baik, saya liat dari struktur gigi ibu yang kemarin juga sudah melakukan konsultasi dengan Dokter Hasna butuh beberapa pencabutan gigi agar gigi bagian depan bisa bergeser ke belakang......." ucap dokter itu dengan menjelaskan sepenuh hati melalui beberapa gambar posisi gigi.

"Baik, minggu depan saya akan kesini lagi dok. Ini sudah selesaikan"tanyaku polos

" Iya sudah" balasnya dengan senyum manis

"Terimakasih dok" ucapku pamit undur diri keluar dari ruangan it

Namun saat aku hendak membuka pintu dokter tersebut memanggilku membuatku menoleh kearahnya

"Saya mohon maaf kemarin sudah nabrak ibu didepan"

Aku tercengang ternyata dokter itu ingat kejadian kemarin.

"eh iya ga apa apa dok" jawabku gugup

Lalu dokter itu mendekat ke arahku dan mengulurkan tangan untuk salaman e kearahku

"Perkenalkan saya Akbar, mohon maafuntuk kejadian kemarin bu Alani" ucapnya dengan manis

"hmm, eh iya dokter Akbar. Panggil saya Lani saja saya belum ibu ibu" ucapku enteng berharap lekas melepaskan jabat tangan ini.

"Dok, apa saya sudah boleh pulang?" tanyaku ke Dokter Akbar yang masih senyum ke arahku.

"owh boleh kok"

"Kalau begitu lepaskan tangan saya"ucapku lirih


Dokter Akbar langsung melepaskan tanganku. Saat itu juga aku langsung keluar dari ruangan.

Deg deg ser nih jantungku, mana mulut masih ngembut kapas belum sempat ku keluarkan.

Sakit gigi bakal ilang, tapi ni jantung dari tadi gak berhenti henti deg deg sernya. Efek samping dari cabut gigi gak sampe jantungan kan?

MY DENTIST MY DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang