Disclaimer: Ansatsu Kyoushitsu punya Yusei Matsui-sensei, sedangkan cerita ini punya saya :v
Happy Reading~
***
Author POV
5 tahun yang lalu...
Seorang wanita berjalan menyusuri lorong dengan cahaya temaram, melangkah dengan kaki-kaki kurusnya tanpa menimbulkan suara, dia diam saja, sampai sebuah panggilan membuat bulu kuduknya berdiri tegang.
"Lydia-san, darimana saja?"
Dengan cepat wanita itu berbalik, mendapati seorang pria yang tengah menatapnya kosong, namun iris violetnya berkilat dalam cahaya bulan dari sela-sela tirai.
"Kupikir kau tidak akan pulang hari ini." Lanjutnya lagi, kali ini mendekat dengan senyum tipis tanpa arti. "Asano-kun sudah tidur, tapi bisakah kau melihatnya sebentar?"
Tersentak, wanita bersurai pirang itu mundur dari tangan yang seperti hendak menggapainya. Bau alkohol menyeruak keluar, membuat pria itu terdiam sesaat. "Oh, kau minum. Itu artinya lebih baik ke kamar mandi sebelum bertemu Asano-kun, ya?"
"Diam. Aku tidak suka diperintah!" Celetuk wanita itu-Lydia-kepada suaminya. Pandangan membunuh diluncurkan pada pria beriris violet itu, sedang Gakuhou hanya diam, kemudian tersenyum lagi. "Baiklah, semoga malammu indah."
Wanita itu tidak menjawab sampai Gakuhou menghilang dari pandangannya. Seketika tubuhnya terasa lemas, dan dia menggunakan dinding sebagai penyangganya, nafas Lydia memburu, keringat menetes deras di wajah cantiknya.
"Aku tidak salah...pria brengsek itu yang sudah memaksaku menikahinya..." Air mata menetes, namun segera diusap kasar dengan punggung tangannya. Dia tidak ingin terlihat lemah, karena jika begitu, entah apa lagi yang akan pria itu renggut darinya.
***
"Ah, Okaa-san. Selamat pagi!" Ucap seorang anak berusia 11 tahun itu padanya, Lydia menoleh, kemudian tersenyum seraya menjawab. "Selamat pagi, Gakushuu-kun!"
Keduanya berjalan bersama menuju ruang makan, tersenyum dan menggandeng tangan masing-masing.
.
.
."Hari ini akan ada perlombaan matematika di sekolah, aku ikut serta sebagai perwakilan kelas." Celetuk Gakushuu dengan semburat pink merayap di pipinya, dia tau bahwa orang tuanya sudah mengetahuinya dari perkumpulan wali murid, tapi diam-diam anak itu ingin mendapat respon secara langsung.
"Oh, ya!? Hebat sekali Gakushuu-kun, kunantikan hasilmu!" Balas ibunya dengan senyum kecil, kemudian mereka kembali memakan sarapannya.
Dalam ketenangan pagi itu, seorang pria berpakaian rapi memasuki ruang makan. Wajah datarnya seketika membuat atmosfer disana berubah-ke arah yang buruk tentunya, karena pria itu adalah sang kepala keluarga, Asano Gakuhou.
"Selamat pagi, kuharap aku belum terlalu terlambat." Ucapnya dengan senyum tipis, segera menempatkan dirinya pada salah satu tempat kosong.
"Tidak, sama sekali. Tapi saya harus pergi ke kantor sekarang, jadi permisi." Jawabnya tepat setelah pria itu duduk, Lydia tersenyum lalu menunduk singkat, segera memasukkan barang-barangnya ke dalam tas merah.
Wanita bersurai pirang itu berbalik, namun segera terhenti karena tangan kecil yang menggenggam ujung lengan pakaiannya. "Okaa-san, sudah ingin pergi? Boleh kuantarkan?" Cicitnya pelan, tau jika tindakannya ini tidak sopan.
"..Gakushuu..."
Pipi hangat disentuhnya, sejenak merasakan kehangatan masing-masing. Ah...saat-saat inilah yang paling Gakushuu sukai, bermanja bukanlah sesuatu yang dilakukan keluarga Asano, karena itu setiap detiknya sangatlah berharga.
.
.
."Tidak perlu, temani saja ayahmu."
.
.
.Ucapannya begitu lembut, hampir seperti bisikan, lirih-hampir seperti menangis.
'Kenapa?'
Dari dulu anak itu tidak mengerti, kenapa kedua orang tuanya sungguh berbeda? Bersikap dingin-seperti orang asing yang saling memperlakukan bak bertamu.
'Ini bukan keluarga...'
Bukan. Lalu apa?
Bagaimana cara kerja keluarga yang sebenarnya?
Gakushuu menunduk, membiarkan ibunya berbalik dan pergi, meninggalkan mereka berdua dalam keheningan.
Tuan Asano menatap anaknya datar, entah apa yang sedang dia pikirkan. Tidak terlihat apapun, karena sudah lama pria itu mengenakan topengnya, untuk apa itu, tidak ada yang tau.
Tidak, sampai suatu malam.
***
"Sudah kubilang aku tidak mau!! Suamiku ada didalam dan jika tidak ingin diusir, segera pergi dari sini!!" Teriak Lydia marah, sedang pria didepannya tetap bersikeras untuk bertahan di depan gerbang belakang.
"Tidak. Aku akan tetap disini sampai kau mau ikut lari bersamaku!" Tegasnya lagi, kedua tangan itu dingganggam kuat oleh sang pria. "Jika kau tidak mencintainya, kau bisa ikut denganku, Lydia. Kita akan pergi jauh, sehingga Asano Gakuhou tidak dapat melacak keberadaanmu! Tidak ada waktu lagi!!"
Wanita itu bergetar, cairan bening keluar dari pelupuk matanya, iris biru langitnya berkilat menawan, sekilas dia nampak bahagia dengan kekasihnya itu.
"Ichirou-kun, aku-"
"Bulan purnama terlihat sangat indah, sampai-sampai aku hampir tidak bisa melihat kalian disini."
'Deg!'
Sosok itu datang, Surai senja yang seharusnya indah kini tertutup gelapnya malam, kedua irisnya menatap kosong ke atas, dia tersenyum ketika bulan yang sebelumnya tertutup awan mulai terlihat.
"Dari jauh, bulan tampak indah. Namun jika dilihat dari dekat..." Gakuhou mengangkat telapak tangannya, menyibak untaian surai jingga agar lebih teratur ke belakang. Dia menatap tajam pasangan didepannya. "...Ternyata banyak lubang di hatinya, sudah tidak cantik lagi."
...
"Hiks..." Wanita itu terisak, kemudian pria lain maju selangkah didepannya, bersikap melindungi. "..Aku membencimu..." Cicitnya diantara derai air mata.
"Apapun yang mau kau lakukan, aku akan tetap membawanya pergi. Maaf saja tuan, tapi aku tidak suka melihatnya selalu menangis karena sikapmu!" Ungkap pria itu-Ichirou, kilat kemarahan mewarnai iris coklatnya. Dia sudah berjanji untuk membebaskan wanita malang itu, apapun yang terjadi.