Keduapuluhdua

23 6 4
                                    

Caline duduk dikursi meja belajarnya. Dia menggeram penuh karena perlakuan Anan padanya. Dulu dia memang meninggalkan Anan ke London karena perkerjaan ayahnya yang dipindahkan kesana.

"Tunggu pembalasan dari gue cewek murahan!" Gumam Caline dengan senyum miring nya.

Caline turun ke meja makan menemui keluarganya untuk makan malam. Mereka semua sudah menunggunya. "Kenapa muka kamu muram?" Tanya mama Caline.

Caline tak menjawab. Dia mengacuhkan mama nya. Kemudian duduk dikursi yang sudah disediakan. Papa dan mama nya saling menatap satu sama lain, heran dengan tingkah laku anaknya. Padahal dia yang selalu riang diantara dua saudaranya. Namun kini putrinya mendadak menjadi cuek.

"Kalo ada masalah cerita, jangan ditahan sendiri." Ucap papa nya datar.

Caline semakin pusing karena orang tuanya mengoceh sedari tadi. Dia membuang sendok dan garpu nya sembarangan, lalu meninggalkan mereka yang menganga karena sikapnya.

***

"AAA!!, gue gak mimpi kan?, gue tadi habis jalan sama cowok dingin?" Tanya Vita pada dirinya sendiri.

"Eh, kok gue tiba-tiba jadi kek orgil  gini ya?, kenapa gue ngerasa nyaman kalo ada disamping dia?, gue pernah ngerasain ini sebelumnya, sama kayak kak Arif pas ada disamping gue." Vita menatap dirinya didepan cermin.

"Tapi gue gak pantes ngedapetin dia, Caline lebih pantes buat dia. Gue gak boleh egois karena perasaan gue." Vita kembali mengeluarkan kristal bening dari mata nya. Betinanya berkata, kenapa disaat gue cinta sama seseorang, dia lebih dulu sudah dicintai orang lain?, seakan-akan gue yang jadi orang ketiga diantara mereka. Vita semakin menunduk dan terisak.

TOK TOK TOK.

Vita mendengar suara ketukan dari pintu kamar nya. Dia segera mengusap air mata nya, lalu membukakan pintu tersebut.

Rio berdiri dengan melipat tangan didepan dadanya. "Habis nangis?" Tanya nya. Rio tau adiknya menangis, dia mendengar isakan Vita walaupun pelan. Dan, mata nya sedikit memerah. Hal tersebut menguatkan pemikiran Rio bahwa adiknya menangis. Vita menggelengkan kepalanya dan berusaha tersenyum menutupi lukanya, dia berbohong kepada kakaknya.

"Nggak usah bohong, gue tau sikap lo dari dulu. Kenapa?, cerita aja sama gue, gue jamin, gue bakal jaga rahasia lo."

And....bentar lagi kita tunangan kalo Anan udah lulus. Perkataan itu terus berputar didalam kepala Vita seperti kaset rusak. Dia kembali mengeluarkan air mata nya. Rio memeluknya, berusaha menenangkan adik kesayangan nya. Dia membawanya masuk, lalu mengunci pintu kamar Vita.

Mereka duduk disofa yang ada dikamar Vita. "Kenapa?" Tanya nya sekali lagi.

"T-tapi jan-jj-i, hiks.... Jang-an kasi-h t-tau siapa-siapa." Ucapnya terbata bata.

"Iya, gue janji."

"Gu-gue, s-sebe-nernya___" Belum menyelesaikan perkataannya, Rio memeluknya dan mengelus pelan rambut adiknya.

"Tenangin diri lo dulu, jangan maksain buat cerita ke-gue, kalo udah siap cerita aja, gue bakal dengerin, tapi jangan sambil nangis."

Vita mengerucutkan bibirnya, lalu melepas pelukan Rio. "Ta-ddi, lo ny-nyuruh g-gue buat ceri-tta, sekar-rang malah j-jangan gi-gima-nna sih?!" Jawabnya yang masih sesenggukan.

"Lo kalo ngomong sambil nangis, gue bakal nggak ngerti apa yang lo omongin, makannya gue minta jangan nangis kalo mau cerita."

Vita memejamkan mata nya, kemudian mengatur nafasnya karena sesenggukan. "Y-ya udah, bes-sok aj-ja cerita-ny-nya." Rio mengangguk, lalu membiarkan adiknya sendiri, agar dia bisa menenangkan pikirannya.

Vita memilih tidur untuk menenangkan pikirannya. Dia menarik selimut, lalu memejamkan mata nya.

***

"Pagi, vit!!" Hana menyapa Vita yang sedang membaca novel.

Vita mengalihkan pandangannya kepada sahabatnya. "Pagi juga." Jawabnya tersenyum.

"Anterin gue ke kantin yuk!, gue belum sarapan nih." Vita mengangguk, lalu mereka berjalan beriringan menuju kantin.

Mereka disuguhi bisik-bisik siswa-siswi SMA Nusa Bangsa saat tiba di kantin.

"Katanya ada anak baru lagi ya?" Tanya salah satu temannya.

"Iya, dia juga cantik, wah, gimana dong kalo pacar gue diembat?"

"Ada-ada aja lo."

"Eh, katanya dulu dia penguasa sekolah loh!, wah, bahaya nanti sekolah kita." Mereka semua membicarakan tentang murid baru. Sekolahnya sama seperti sekolah-sekolah lain, suka nge-gibah.

Vita dan Hana duduk dibangku yang kosong, menunggu pesanan mereka datang.

"Emang siapa sih, anak baru nya?" Tanya Hana heboh.

"Nggak tau, ntar juga tau sendiri." Jawab Vita dengan menatap sekelilingnya.

Anak-anak di kantin semakin heboh, saat dua remaja memasuki kantin.  Vita terkejut menatap mereka berdua. Sebelum mengalihkan pandangannya, Caline menatap tajam Vita dengan seringaian kecil seperti akan memakan mangsanya.

Dia tidak sendirian, ada Anan disampingnya. Ya, cowok beku yang memeluknya, kemarin. Sekarang kepercayaan Vita kepada Anan mengambang begitu saja. Vita berlari melewati kedua remaja tersebut. Dia tidak peduli dengan Hana yang sudah berteriak memanggilnya berkali-kali.











Yeyy update!, bsk up lgi klo g sibuk, wkwk. Tungguin kisah selanjutnya yaa!!❤, maaf klo ceritaku g sebagus cerita² penulis lainnya🙏, karena pemikiran orang itu beda²😌. Tapi author masih semangat demi kalian!, jadi jangan kecewain author yaa🙃, satu vote itu sangat berarti bagi para author😊, makasihh readerskuu😍

Menaklukkan Si Beku |revisi| [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang