Titik Temu

26 3 30
                                    

Pencet bintang dulu ... Sudah? Makasih banyak😍

****

Kehidupan kita itu sama dengan planet bernama bumi, tahu kenapa sama? Ya, karena sama-sama terus berputar. Bedanya, bumi terus berputar untuk mengelilingi matahari, sedang kehidupan kita berputar untuk rasa bahagia, kecewa dan berduka.

Jadi, jangan terlalu merasa terpuruk bila hidup kita belum bahagia, ingat saja! Bahwa hidup kita sama seperti bumi yang dihidupi banyak nyawa. Ya, terus berputar tanpa pernah berhenti. Kecuali kalau kamu mati.

****

Bunyi ban motor yang bergesekan secara paksa dengan tanah, membuat kepala Delvin terbentur helm yang dikenakan Kiara. Ya, Kiara memang menyebalkan menurut Delvin, kenapa juga dia harus mengerem motornya secara mendadak? Untung saja, mereka masih di lingkungan sekolah yang sepi, coba kalau sudah di jalan raya bisa-bisa diamuk masa ni bocah, karena bisa menyebabkan kecelakaan lalu lintas, pikir Delvin.

"Lo bisa bawa motor ngga sih?!" ujar Delvin ketus.

"Kok lo nyolot sih Vin? Gue ngerem ndadak juga salah lo."

"Kok gue? Kan yang bawa lo, ngapa jadi nyalahin gue?"

Kiara terdiam, menelan salivanya sebelum mengatakan, "Ini juga gara-gara ucapan lo yang ngga pernah disaring."

Delvin mengernyitkan dahi. "Ucapan apa sih?!" katanya ketus.

"Ya tadi, masa lo lupa sih?"

"Apaan dah, ngga usah ngarang deh lo!"

Kiara memasang wajah datarnya sembari berucap pelan, "Jadi ini definisi pura-pura lupa yang sesungguhnya?"

"Lo ngomong apasih? Gue ngga denger!"

"Cangcimen, cangcimen, cangcimen," teriak Kiara sembari melajukan motornya.

Dengan gemas Delvin menggeplak bagian belakang helm Kiara, membuat sang empu mengaduh, tapi tetap melajukan motornya. "Ra, lo kalo mau malu-maluin diri lo, jangan ajak-ajak gue dong. Ngeselin banget lo jadi cewek," ucap Delvin dengan nada ketusnya.

Kiara menghela napas lega, sepertinya Delvin kembali normal karena kepalanya terbentur helmnya tadi. "Gue bersyukur banget tau Vin, denger lo ngomong ketus lagi."

"Ngga usah gaje deh lo! Kepala gue makin nyut-nyutan tau ngga!"

"Ngga tau, tapi tadi lo aneh banget sebelum kepalanya kebentur, gue jadi takut sakit yang lo alami parah makanya lo aneh. Tapi liat lo ngomong ketus lagi, itu artinya sakit lo ngga begitu parah. Paling lo kecapean, gue bener kan, Vin?"

Delvin terdiam di belakang punggung Kiara, entahlah perasaan apa yang mendesak masuk ke hatinya, rasanya Delvin ingin mengatakan yang sebenarnya pada Kiara. Namun, sepertinya sekarang bukanlah waktu yang tepat.

"Vin, lo masih bisa denger gue kan? Lo ngga pingsan kan?" ucap Kiara panik.

Delvin memutar bola matanya malas ternyata Kiara lebih cerewet dibanding mamanya. "Vin, seriusan lo pingsan? Duh gimana dong ini," kata Kiara sembari mengurangi kecepatan motor yang dikendarainya.

"Bawel lo, kepala gue makin pusing denger ocehan lo yang ngga mutu."

"Alhamdulillah lo masih bisa ngeluarin suara, gue beneran panik tau. Gue kan ngga mau lo pingsan terus jatuh dari motor gue. Nanti gue yang disalahin."

Delvin berdecak mendengar penuturan absurd Kiara, matanya menyipit kala teringat sesuatu. "Hari ini jadwalnya lo kasih outline ke gue kan?"

RALOVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang