Tringgg...
Pintu kaca itu terbuka, disusul dengan masuknya sosok jangkung yang menggendong gadis kecil berkuncir dua---yang terlihat terisak---pada lengan kirinya.
Ino yang berjaga di meja kasir sudah terlihat sibuk pagi ini. Kepalanya menunduk dengan kedua tangannya sibuk meneliti sebuah catatan kecil di mejanya. Saat ia merasa seseorang memasuki tokonya, ia menyapa tanpa melihatnya.
"Selamat datang di Yamanaka florist, ada yang bisa kami bant---" ketika gadis itu mengangkat wajah, ia tidak jadi melanjutkan ucapannya setelah menyadari siapa orang yang berdiri di hadapannya. "Ah, Pak dokter datang lagi."
"Hinata sudah datang?" tanya pria itu, langsung pada tujuannya. Tangan kanannya sibuk mengelus punggung Kia yang sesenggukan karena menangis.
"Itu dia." Jari telunjuk lentik itu menunjuk salah satu sudut tempat itu, pada sosok Hinata yang sedang merangkai bunga imitasi di pojok ruangan.
Setelah pandangan mata biru safir itu menemukan sosok yang ia cari, ia mengangguk sopan pada Ino---yang kembali sibuk pada kegiatannya mendata pesanan hari ini. "Baiklah. Terima kasih."
"Anytime, Pak dokter."
Setelah itu, dr. Uzumaki berjalan dengan langkah panjangnya mendekati Hinata. Tangisan Kia telah sedikit mereda setelah safirnya menangkap sosok gadis manis yang semalam bermain dengannya.
"Kakak~ hiks..."
Merasa mendengar suara yang akhir-akhir ini familier di telinganya, gadis cantik itu segera mencari di mana suara itu berasal. Dan... mata indah itu membelalak ketika pandangannya menangkap sosok kecil Kia yang menangis terisak pada gendongan Sang Ayah. Sontak saja ia bangkit dari tempat duduknya, lantas berlari mendekat.
"Kia? kau kenapa, Sayang?"
"Dia menangis terus sejak bangun tidur, dia mencarimu." Jelas ayah Kia.
"Iyakah?" Hinata bertanya seakan tidak percaya, kemudian memindahkan gadis kecil itu pada gendongannya.
"Kia mau cama Kakak. Hiks..." lengan kecil Kia segera merangkul posesif leher Hinata.
"Ssttt... Kia bersama Kakak sekarang." Gadis itu menggoyang-goyangkan gendongannya, berusaha menenangkan tangisan Kia.
Dan ia berhasil.
Tangisan gadis kecil itu langsung mereda.
"Saya benar-benar bingung. Mencari baby sitter ternyata tidak semudah yang saya kira. Sedangkan saya tetap harus bekerja hari ini." Ungkap dokter itu dengan frustrasi. Sedangkan Hinata justru tersenyum ketika mendengarnya. Ia paham apa maksud pria itu.
"Memang tujuan Pak dokter datang kemari ingin menitipkan Kia pada saya, 'kan?" tebaknya.
Pria itu mengedikkan bahunya, "Mau bagaimana lagi? Kia tidak mau saya titipkan ke daycare." Ungkap dokter itu. Ia sedikit menjeda ucapannya hanya untuk membelai pelan rambut putrinya yang kini berada dalam gendongan Hinata. "Saya sudah menyiapkan segala keperluan Kia untuk hari ini." Lanjutnya, menunjuk mobilnya yang terparkir di halaman toko bunga itu dengan dagu. "Saya akan mengambilkannya setelah ini."
"Percayakan saja Kia pada saya, Dok. Lagi pula memang saya sendiri yang menawarkan bantuan kemarin malam, 'kan?"
Pria pirang itu mengangguk membenarkan. Sebelum kemudian ia kembali fokus pada sang putri yang sedang bergelayut manja pada gendongan Hinata.
"Kia... Papa berangkat bekerja dulu. Jangan menyusahkan Kakak, okay?"
Kepala gadis kecil itu mengangguk dengan tangan kanannya menghapus jejak air matanya, lantas melambaikan tangan mungilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Sugar Daddy (Dear, Pak Dokter)✔
RomanceTersedia PDF Ada juga versi fiksi umum dari kisah ini yang terbit di GoodNovel, Hinovel dan Joyread dengan judul yang sama dan dengan chapter yang lebih panjang :) -------- "Meskipun kita tidak seumuran, tetapi maukah kau seumur hidup bersamaku?" dr...