nowplaying; amazarashi - Love song
Nol rupiah. Layar biru menghantam realitaku hingga ke angan-angan.
Andai aku, andai orang tuaku, andai atasanku, gumaman tak jelas yang turut meramaikan antrean.
Pilihan di layar kembali muncul.
Apakah Anda ingin membatalkan transaksi?
"Tidak. Saya ingin melakukan tindakan kriminal."
Bohong. Mana berani.
Memakan kerupuk lebih banyak satu buah pun tak sanggup.
Maka keluarlah aku dari antrean berbau keringat itu. Dan menyumpahi segala benda yang ada di rumahku.
Andai bajuku yang itu, andai bukuku yang ini, andai makananku di kulkas, serapah demi serapah yang bising di telingaku.
Ah, iya, beginilah aku hidup.
Apa kau juga demikian? Jangan sampai, ya.
Kalau kau punya banyak uangーaku tahu kata banyak itu relatif, tapi coba bayangkan sajaーapa yang akan kaubeli?
Misalkan kau berbelanja di supermarket kehidupan, rak mana yang akan kaudatangi lebih dulu?
Aku jadi berpikir apakah uang bisa membeli uang.
Tapi mungkin, cinta bisa membeli cinta.
Kesehatan bisa membeli kesehatan.
Kebahagiaan bisa membeli kebahagiaan.
Jangan menyilangkan hal itu sesuka dirimu. Di dunia ini, segala yang bersinggungan tak patut dilihat secara sekilas.
Jika kita tak pernah diberi opsi untuk membeli dan menjual, apakah kita akan mencuri?
Mencuri uang dengan uang. Mencuri cinta dengan cinta. Mencuri kebahagiaan dengan kebahagiaan.
Kalau begitu, mata uang hanya tinggal dekorasi saja.
Ah, tapi mencuri tentu tindakan kriminal, bukan?
Maka apa yang sebaiknya kita lakukan,
membeli cinta, atau mencuri cinta?
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days Journal
PoetryKumpulan tulisan 200 kata yang telah saya posting di Instagram, untuk mengikuti tantangan menulis tiga puluh hari Amateur Writer Indonesia.