First week of June, 20xx.
***Yohan baru kembali dari mengambil laundry spreinya yang dibasahi Yongha beberapa hari lalu.
Ketika hampir dekat dengan kamarnya, ia mendapati seseorang tengah berbicara di depan pintu. Dahi Yohan mengernyit, mengapa Yongha tak mempersilakan orang itu untuk masuk dan mengobrol di dalam?
Setelah Yohan perhatikan, ternyata orang tersebut adalah orang yang sama dengan orang yang berbicara dengan Yongha di kantin waktu itu. Yang mana berarti, lelaki itu adalah lelaki yang Yongha tembak, dan ditolak.
Yohan mengulum bibirnya menahan tawa. Tiba-tiba membayangkan kapan dan bagaimana saat Yongha ditolak. Pasti lucu sekali.
Tapi ingatannya tiba-tiba memutar kejadian waktu di kantin, yang mana ia tersedak karena menertawakan Yongha. Memalukan.
Yohan memutuskan untuk menunggu di belokan tangga. Dengan jarak demikian, ia masih bisa menguping meskipun tidak begitu jelas.
Sungguh, suara Yongha maupun lelaki itu terdengar sangat hangat satu sama lain. Yohan tak pernah mendengar suara Yongha yang selembut itu.
"Hahaha, udah-udah.. gue cuma mau minta tolong bagian itu aja kok."
"Oke. Gue gak yakin bisa bantu banyak, sih.."
"Gak apa-apa, Kak Yonghaa. Yang penting bisa bantuin gue bagian yang tadi gue kasih tahu. Soalnya gue bener-bener mentok."
"Sip. Makasih ya, Jun, udah percayain gue."
"Gue yang makasih, Kak. Makasih udah mau selalu nolong dan kerjasama sama gue," kata lelaki itu seraya melambaikan tangan. "Gue ke kamar ya!"
"Iyaa."
Begitu lelaki itu berlalu, Yohan langsung memunculkan dirinya dari koridor tangga dan langsung berlari menghampiri Yongha dengan wajah pura-pura panik.
Yohan dapat lihat wajah Yongha yang ikutan panik. "Kenapa, Yohan?"
Yohan adalah aktor paling buruk sepanjang masa. Karena sedetik kemudian, ia justru tertawa terbahak-bahak karena melihat wajah Yongha yang terlihat panik bukan main.
Yongha mendesis karena baru sadar dia dikerjai. Ia pun mendorong kepala Yohan dengan malas.
"Kurang ajar lo."
"Hahahaha! Lucu banget, muka lo dari yang habis senyum-senyum tipis langsung panik pas gue lari."
"Gue kira lo ketemu setan," jawab Yongha sambil merotasikan bola matanya. "Ternyata lo setannya."
"Enak aja."
"Lo habis dari mana?"
"Ngambil sprei yang kemarin, lah," jawab Yohan seraya menunjukan plastik laundry ke hadapan Yongha, kemudian ia mendengus sebal. "Gara-gara lo, sprei guling lo jadi dicuci, kan. Wanginya jadi hilang."
Yongha terdiam sejenak, lalu menatap Yohan tepat pada matanya. "Emang kenapa sih, sama guling gue?"
"Wanginya, Yongha. Wanginya enak. Gue suka," jawab Yohan sambil merengut.
Yongha sempat hampir tersenyum karena merasakan debaran menyenangkan dalam dadanya. Tapi ia berhasil mempertahankan wajah datarnya sambil memperhatikan ekspresi Yohan yang tiba-tiba jadi ceria.
"Gimana kalau gue pinjem parfum lo?"
Yongha mengernyitkan dahinya heran. Apalagi ketika Yohan bangkit dan kini tengah menggerataki meja belajar.
"Parfum lo mana, Yong?"
"Ada di tas sekolah," jawab Yongha, sambil mengambil tas sekolahnya. Ia membuka resleting sampingnya, dan mengulurkan parfumnya kepada Yohan.
KAMU SEDANG MEMBACA
throughout the time ☆ yongha, yohan ; yongyoh
FanfictionBermula dari keputusan dadakan menjadi teman sekamar, dan perlahan berubah seiring berjalannya waktu. ㅡ WEi Yongyoh Yoo Yongha x Kim Yohan ㅡ start written on july 14th, 2020 beta-ed on august 6th, 2020 published on august 12th, 2020 finished on