Enam Belas

135 14 0
                                    


Hai, apa kabar?
Happy reading💙

***

"Gaes aku pulang ya. Jaga diri baik-baik disini. Insyaallah aku bakalan balik lagi ke Bandung," ucapku.

Hari ini aku, Ayah dan Abang bersiap untuk pulang ke Palembang. Ria dan Gia ikut untuk mengantarku sampai bandara. Pagi tadi aku pulang dari rumah Ria, sekitar pukul sembilan. Setelah itu aku packing barangku bersiap untuk pulang ke kota kelahiranku, di Palembang.

Aku, Ayah dan Abang pulang menggunakan pesawat terbang. Mobilku ditinggal di Bandung, sebenarnya mobil itu bukan punyaku, tapi punya perusahaan Ayah, aku hanya meminjamnya saja. Aku meminjamnya ketika sudah hampir satu tahun kuliah di Bandung, itupun atas perintah dari Ayah.

"Lis jangan lupain kita ya," rengek Ria. Aku dan kedua sahabatku duduk diruang tunggu. Sedangkan Ayah dan Abang pergi entah kemana.

"Iya, Ri. Pasti,"

"Sering-sering ke Bandung bisa ga, Lis?" tanya Gia.

"Aku usahain, deh. Kalian tau sendiri sifat Abang gimana. Kalian dong yang ke kotaku, di Palembang. Nanti aku ajak jalan-jalan, makan empek-empek, makan tekwan, makan laksan, dan masih banyak lagi. Mau ga?" tawarku.

"Gimana mau ke Palembang Lis, di Bandung masih banyak tanggung jawab. Adik aku masih sekolah, untung aja cuma satu coba kalo dua? Tiga? Ga kebayang gimana pusingnya aku nanti," jawab Gia.

"Kalian datengnya pas liburan aja. Ga mungkin dong, kerja ga ada liburnya,"

"Liat nanti ya, Lis" ucap Ria.

"Oh iya Gi, ngomong-ngomong kamu jadinya kerja dimana? Di perusahaan aku? Atau di perusahaan Gia?" tanyaku.

"Perusahaan Gia aja, Lis. Soalnya udah kirim lamaran juga via email. Ga apa-apa kan Lis?"

"Ga pa-pa. Santai aja,"

"Serius Gi udah kirim lamarannya?" ucap Ria bahagia.

"Iya, dong,"

"Enak banget bisa satu kantor sama sahabat sendiri. Nanti kita bareng terus ya, Gi. Makan siang bareng, istirahat bareng, kerja bareng, semuanya bareng deh," kata Ria semangat.

"Yakin semuanya bareng?"

"Yakinlah,"

"Nanti kamu lupa lagi sama aku. Kata orang-orang nih ya, kalo udah sukses suka lupa diri. Apalagi kalo udah punya temen yang lebih kaya, lebih sukses. Intinya lebih setaralah, pasti bakal lupa sama yang lama,"

"Ga kok, Gi. Aku ga bakal kayak gitu, kamu tenang aja,"

"Iya, Gi. Aku yakin kok Ria ga bakal kayak gitu ke kamu," ucapku. "Kemungkinan besar juga dia bakalan kerja cuma sebentar, karna dia kan udah mau nikah,"

"Iya bener," Ria mengangguk tak sadar. "Hah? Apa Lis? Nikah? Ga secepet itu juga kali Lis,"

"Kalo beneran cepet gimana?" tanya Gia.

"Ga gimana-gimana, gitu-gitu aja," jawab Ria. "Kalo beneran aku nikah, kalian harus dateng dan harus bawa pasangan kalian. Titik!"

"Tapi..."

"Ga ada tapi-tapian!" tegas Ria cepat.

"Ga bisa gitu dong, Ri," protes Gia.

"Iya bener ga bisa gitu," giliranku protes. "Gimana kalo jodohnya belum dikasih sama Allah? Mau tanggung jawab kamu? Iya?"

"Yaudah iya, kalo aku nikah kalian harus dateng. Titik! Ga bawa pasangan juga ga pa-pa yang penting kalian harus dapet buket bunga yang aku lempar nanti. Deal?"

Ikhwan Dalam MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang