Marah

4 0 0
                                    

Kau meraih sebuah patung manusia berkepala buaya yang ukurannya setengah tubuhmu dan mencoba mengangkatnya. Berat. Patung itu terbuat dari batu yang berat. Tidak berhasil mengangkatnya kau pun teringat dengan sebilah pedang di ruangan belakang. Bergegas kau mengambilnya.

Begitu mendapatkan pedang itu secepatnya kau menebas moncong patung kambing itu.

Dang!

Pedang itu membuat torehan kecil di moncong patung kambing itu.

Dangg!

Kau mencoba lagi.

Setelah tebasan ketiga sepertinya kau mendengar suara langkah kaki di belakangmu dari arah ruangan sebelumnya tempat kau mengambil pedang yang kau gunakan. Kau pun menoleh ke belakang. Kosong. Tak ada siapa-siapa. Mungkin kau berhalusinasi.

Begitu kau menoleh kembali hendak meneruskan kegiatanmu tadi, sebuah sosok telah berdiri di hadapanmu.

Begitu kau menoleh kembali hendak meneruskan kegiatanmu tadi, sebuah sosok telah berdiri di hadapanmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hai, apa kabar?" sapamu.

Makhluk itu tak menyahut, hanya menatap nanar ke arahmu.

"Apa ini pedangmu?" tanyamu. "Nih, aku kembalikan." Kau mengulurkan pedang itu kepada makhluk di hadapanmu.

Dia tetap tak tertarik. Sepertinya dia lebih tertarik dengan daging dan darahmu, karena begitu dia membuka rahangnya dia tak segan-segan untuk memasukkan tubuhmu ke dalam mulutnya dan menelanmu bulat-bulat.

TAMAT

RUANG TAKDIR: DARK REALMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang