Berakhirlah aku disini, berjajaran dengan Mark Lee, idola kalian. Kami berjalan kaki menuju minimarket terdekat, mengabuli permintaan Mark yang tiba-tiba mengajak—memaksa—ku untuk menemaninya makan ramyeon.
"Bagaimana kuliah tadi?" tanyanya tiba-tiba.
"Oh? Yaa.. biasa" aku tak tahu harus menjawab apa.
Otakku masih dipenuhi pertanyaan tentang kenapa dia tak menjawab pesanku selama dua hari, dan kenapa tiba-tiba berada di depan pintu apartment ku minta ditemani makan ramyeon. Gila kan?
"Sudah kenal teman baru?" tanyanya lagi.
"Tidak banyak, hanya satu orang" jawabku seadanya.
"Apa dia laki-laki?" nada bertanyanya meninggi kali ini.
"Bukan, dia perempuan, namanya Herin" ku yakin Mark pasti mengenalnya kan?
"Herin? Seo Herin?" matanya membesar saat menanyakan itu.
"Iya, kau kenal kan?" ucapku memastikan.
Dia tersenyum menerawang, "Wah, sudah lama sekali aku tak bertemu dengannya, bagaimana kabarnya sekarang?"
"Baik, dia orang yang ceria, aku beruntung bisa jadi temannya" tuturku.
Pria itu mengangguk paham. Lalu terkekeh pelan, hei apa yang lucu?
"Kau tahu Dasha? Entah kenapa banyak sekali penggemar yang menjodoh-jodohkan ku dengan Herin, padahal sudah jelas kita ini hanya teman dekat" jelasnya tertawa kecil.
Aku terkejut, "Oh ya? menjodohkan bagaimana?" tanyaku.
"Yaa, seperti mengupload moment-momentku dengan Herin, atau mengedit foto kami, lalu diberi hastag 'Markrin' entah kenapa aku juga tak tahu" jawabnya.
"Mereka ingin kalian bersama, mungkin" tuturku memelan. Entah kenapa kalimat itu keluar dari mulutku, dan terasa sangat janggal.
"Ah, itu tidak mungkin Dasha, karena aku sudah tahu ingin bersama siapa sekarang"
Aku tersentak, "Siapa?" tanyaku spontan.
"Yang tanya"
"Hah?"
"Hehe" Pria itu tertawa kecil lalu berlari meninggalkan ku mematung di tempat.
Yang tanya? Aku? Aku kan yang tanya barusan?! Apasih maksudnya.
"Hei Mark, tunggu!" Aku pun berlari menyusulnya.
.
."Kau tidak suka tteokbokki?" tanya Mark begitu melihatku menyingkirkan kue beras itu dari ramyeon ku.
Aku menggeleng, "Entahlah, itu terlihat aneh, aku tidak pernah memakan itu sebelumnya"
Mark tersenyum, ia mengambil tteok yang aku singkirkan tadi dengan sumpitnya, lalu menyodorkannya ke mulutku.
"Ini, coba dulu satu"
Apa ini? Dia ingin menyuapiku?! PRIA INI BENAR-BENAR BERBAHAYA UNTUK SEORANG GADIS POLOS SEPERTIKU.
"Tidak" tolakku pelan.
"Cepat buka mulutmu, aaaaa..."
Aku menutup rapat-rapat mulutku, menggeleng tegas. "Ummhh, tidak mauu"
Tapi pria keras kepala ini terus saja menyodorkan tteok itu ke mulutku, hingga akhirnya saus merahnya menempel di pinggiran bibirku.
"Oh maaf" ujarnya.
Ia akhirnya meletakkan sumpitnya di mangkuk, lalu tangannya beralih ke bibirku, mengusap saus yang menempel di sana hingga pindah ke ibu jarinya, lalu mengemut jempolnya sendiri membersihkannya dari saus.
Iya, Mark memakan saus yang barusan menempel di bibirku.
Speechless, aku mematung di tempat.
Tak tahu lagi harus bereaksi seperti apa. PRIA INI BENAR-BENAR GILA.
"Setelah kena bibirmu, saus merah ini menjadi lebih manis" ucapnya santai seraya lanjut memakan ramyeon nya.
Sementara aku?
Ya kalian benar, aku pingsan.
bercanda.
ENTAH APA MAKSUDNYA?! JANTUNGKU SUDAH TIDAK TAHAN LAGI YA TUHAN!
Hmm, baiklah.
Pelan-pelan aku kembali memakan ramyeonku, berusaha tak melihat ke arahnya, apalagi menatap matanya. Kasihan jantungku, bisa-bisa pulang dari sini meledak karena hal-hal gila yang dilakukannya.
"Cobalah tteokbokinya dulu, kau akan suka begitu tau rasanya" tutur Mark dengan mulut penuhnya.
Aku masih tetap tak mau menatap mata legam itu. Baiklah, aku akan mencoba tteokboki yang terlihat seperti cacing putih gendut itu. Setidaknya sekali, daripada ia memaksa menyuapiku lagi? Kasihan jantungku.
Aku mengarahkan sumpitku kepada seonggok benda putih kenyal berlumuran saus merah yang tadi aku singkirkan itu, mencapitnya perlahan, lalu memasukkannya kedalam mulutku.
Aku mengunyahnya ragu,
Hei ini tidak seburuk dugaanku. Benda aneh mirip cacing ini sangat kenyal, empuk, dan enak.
Mataku membulat besar, ini benar-benar enak rupanya.
Akhirnya aku melihat ke arah pria itu, memberi notis bahwa aku menikmati tteokbokinya.
Ia tertawa renyah. "Kan sudah kubilang, tidak mungkin ada orang yang tidak menyukai tteokbokki, ini benar-benar enak"
Mark memindahkan beberapa tteok ke dalam mangkuk ramyeon ku.
"Ini, makan yang banyak"
Aku mengangguk senang, mataku berbinar sekarang hanya karena benda kenyal bernama tteok ini, ahh ini akan menjadi makanan favoritku di Korea.
Aku melahap makanan ku dengan nikmat, sampai ku sadari ternyata sedari tadi pria ini memperhatikanku.
Oh astaga, apakah cara makanku seperti sapi? Oh apakah babi?
Ya tuhan aku sama sekali tak bisa mengontrol sikap makanku.
Mark terkekeh pelan,
"Kau makin menggemaskan ketika sedang makan, besok-besok makan bersamaku terus ya, Dasha?"
sumpah ini gue nulis apa:")
bantu vote komen yaa yg sudah baca, terima kasih.