2nd Time

893 164 33
                                    

"SAMPAI sini udah paham?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"SAMPAI sini udah paham?"

Anak-anak kelas ngejawab, "Paham, Bu."

Ada yang mantap banget jawabnya, ada yang ragu-ragu, ada yang ngasal karena ikut-ikutan aja biar dikira ngerti—ada yang ngawang-ngawang sendiri sama lamunannya.

Kayak Chanyeol.

"Coba ya, Ibu tanya," kata guru kimia tersebut. Pandangannya ke sana dan kemari buat cari anak yang kira-kira cocok buat dites. Chanyeol, tentu aja jadi sasaran empuk. "Chanyeol, jawab, yuk."

Hampir aja cowok itu gak sadar nama dia disebut, kalau gak dipukul dari belakang sama Sehun.

"Hah–kenapa, Bu?" tanyanya dengan muka beloon.

"Jangan ngelamun terus, bego!" bisik Wendy yang duduk di meja sebelahnya.

Cewek itu gak tahu aja, padahal, dia yang dilamunin Chanyeol.

"Ibu kasih yang gampang aja, ya." Pertanyaan Bu Guru ditorehkan di atas papan tulis dengan angka dan huruf unsur rumit yang bikin Chanyeol mendadak berkeringat. "Dah, sini, maju ke depan."

"Sekarang, Bu?" Chanyeol mengerutkan dahi–khawatir. "Besok aja, dong, Bu. Janji, deh, kalau besok, saya mau jawab."

Beberapa murid ketawa karena omongan ngaco dari Chanyeol. Termasuk gurunya.

"Besok gak ada pelajaran Ibu, Chan," jawab Bu Guru, menolak mentah-mentah bercandaan Chanyeol. "Cepet, sini."

Kaki jenjangnya terpaksa jalan maju ke depan papan tulis. Tangannya terima spidol marker dari Bu Guru dengan gak yakin. Dia cuma garuk-garuk tengkuk selama 15 detik pertama.

"Enaknya, tulis apa, ya, Bu?"

Gara-gara ceplosan polos Chanyeol, lagi-lagi, ada suara ketawa dari belakang. Chanyeol tahu, suara ketawa Wendy, Sehun, dan Seulgi paling gede keluarnya.

"Siapa suruh, kamu gak merhatiin pas Ibu jelasin," tutur ibu-ibu 30 tahunan itu. "Ya udah, tulis aja yang kamu mau tulis. Ibu mau lihat."

"Beneran, Bu, terserah saya mau tulis apa?" Chanyeol menatap Bu Guru yang sedang bersedekap beberapa langkah di belakangnya untuk memastikan. "Serius, ya."

"Iya," jawab Bu Guru pasrah. Firasatnya sudah tidak enak ketika Chanyeol mulai menggores tinta spidol di papan tulis putih itu.

Beberapa detik kemudian, kaki Chanyeol bergeser supaya guru dan teman-temannya sekalian bisa melihat huruf-huruf yang sudah ditulisnya.

Semua orang dibuat kaget. Sontak, sebagian besar dari mereka langsung ngakak gak keruan, beberapa orang langsung menoleh ke Wendy yang sekarang lagi tutup muka karena malu.

Wendy, mau jadi pacar gue gak?

"Tuh, Wen, jawab apa?" goda Sehun dengan lantang. "Sejarah pertama, nih, nembak cewek di depan guru."

Chanyeol cuma cengar-cengir di depan kelas dengan pede—gak tahu malu.

"Gak mau!" pekik Wendy, memejamkan mata sambil melepas tangan dari wajahnya yang merah total hingga ke telinga.

Suara kecewa langsung keluar dari mulut beberapa murid. Ada yang gak berhenti ngakak, kayak Seulgi.

"Kamu balik ke tempat. Makanya, perhatiin!" titah Bu Guru yang sedikit-sedikit ketawa sambil merebut spidol dari tangan Chanyeol. "Udah, ya, kita lanjutin pelajarannya."

Dengan gontai, Chanyeol kembali duduk di tempatnya. Ia melirik Wendy yang masih digodain sama Seulgi di belakangnya.

"Beneran gak mau, Wen?" tanya Chanyeol dengan wajah penuh harap.

Wendy melotot, melempar pulpennya ke arah Chanyeol. "Diem, gak, lo?"

"Mampus lo, goblok," maki Sehun, masih dengan kekehan pelan di belakangnya.

Chanyeol menghela napas.

Kayaknya, situasinya terlalu bercanda, ya? Ya udah, besok lagi, deh.

Kayaknya, situasinya terlalu bercanda, ya? Ya udah, besok lagi, deh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

<ʷnͬoͥtͭeͤʳˢ>

Ini... Chanyeol yang bertingkah, tapi kok... gue yang malu, ya...

13 KaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang