9. Yang Baru

202 33 10
                                    

Because maybe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Because maybe

You're gonna be the one that saves me?

And after all

You're my wonderwall

Lantunan lirik dan musik masih mengalun. Track nomor 2, Wonderwall gubahan Oasis meredam sejenak keriuhan di runaway backstage. Mix tape tua dan Walkman keluaran tahun 2000-an itu, lagi-lagi kembali menemani Fara duduk tenang sembari si penata rambut menyelesaikan prakarya pada helaian rambut panjangnya. Ini akan jadi jam-jam terakhir pada pekan pagelaran adibusana Tokyo di musim dingin tahun itu. Fara akhirnya cukup bisa bernapas lega setelah melahap semua jatah peragaan busana yang terjejal padat selama dua belas hari, dengan sempurna.

Fara menurunkan sejenak kelopak mata, memejam sembari menikmati gerakan jemari-jemari penuh ketangkasan yang masih berkutat di atas kepala, menata jurai-jurai rambutnya. Lamunan Fara sejenak kembali pada momen di beberapa hari lalu. Wajah itu—yang selalu terhias oleh air muka tenang nan lembut—sedari dulu memang tak pernah berubah.

Rasanya semua masih terkesan sangat surreal bagi Fara. Sebelas tahun, jelas bukanlah waktu yang sebentar. Fara bahkan pernah mengira bahwa sosok itu akan benar-benar hilang dari dunianya. Namun nyatanya, rencana Sang Pencipta selalu bisa berada di luar nalar manusia.

Sejujurnya, semenjak satu pagi di kereta bawah tanah, wajah lelaki itu memang tak pernah berhenti menggelitik rasa penasaran Fara. Dia—"si Malaikat Pagi"—yang saat itu dengan sukarela telah memberi tempat duduknya, ternyata memanglah seseorang yang pernah mengisi ingatan-ingatan Fara di hari lampau.

Sebelum pertemuan penentu di kedai udon Shibuya, Fara memang harus mengakui jika nama itu sebenarnya memang tak pernah benar-benar hilang dari relung batin. Lelaki itu dan semua kebaikan yang telah ia lakukan, sesungguhnya tak pernah berhenti menghias angan. Bagi Fara, Christoff Hadinata, diam-diam masihlah menjadi salah satu yang teristimewa.

Sebelas tahun yang lalu, pertemanan Fara dengan pemuda itu akhirnya harus terputus di tahun kedua SMA. Fara harus meninggalkan ibu kota, mengikuti ayahnya—yang seorang single parent—pindah ke Kota Gudeg karena urusan pekerjaan. Ia masih ingat bagaimana Christoff di hari itu hanya sempat mengucapkan kata-kata perpisahan lewat sepucuk surat, satu perangkat audio walkman, serta mixtape buatannya sendiri. Tak ada nomor kontak, tak ada lagi jejak tertinggal yang bisa digunakan Fara untuk tetap berkomunikasi dengan lelaki itu.

"Sudah semenjak lulus SMA saya memutuskan untuk meninggalkan rumah. Saya tinggal dan kuliah di Tokyo karena beasiswa penuh dari program pemerintah Jepang. Dulu saya ambil fakultas fine art, departemen desain. Lulus kuliah hingga sekarang, saya memutuskan kerja sebagai ilustrator, Ra."

Sebuah fakta yang malam itu tercetus dari bibir Christoff nyatanya cukup mengagetkan Fara. Gadis itu sebenarnya juga telah lama tinggal di Negeri Sakura semenjak masa kuliah dulu, tetapi dalam kasus yang berbeda dari Christoff. Setahun setelah dirinya pindah ke Yogyakarta, ayahnya yang direkrut oleh perusahaan finance ternama asal Negeri Sakura, akhirnya mengharuskan Fara berpindah domisili lagi. Namun, kepindahannya yang kedua itu bukanlah kepindahan ke pulau atau kota lain di Indonesia, melainkan ke luar negeri. Jepang adalah negara tujuan selanjutnya, tepatnya di Tohoku.

Soufflé (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang