Sudah beberapa jam berlalu sejak kepulanganmu dan Lee Haechan. Membuat sang Pangeran Mahkota menyendiri di kamar tidurnya. Memandangi radiasi jingga yang menerobos gorden di sisi kamarnya. Ya, senja telah tiba. Siap mengantarkan hari menuju kegelapan malam.
Dalam kesunyian, Lee Jeno membuang napasnya dengan berat.
Jeno tidak dapat mengenyahkan dirimu dari otaknya. Selalu terbayang wajah sedihmu yang ia lihat beberapa waktu lalu. Dimana kamu menangis tanpa suara. Bersedih karena harus menerima amarah dari saudara tiri Jeno. Na Jaemin.
"Apa Hani akan baik-baik saja...?" lirih Lee Jeno.
Jujur, lelaki Lee itu risau padamu. Takut kalau-kalau kamu menjadi sasaran kebencian dari Na Jaemin. Khawatir sang Pangeran Kedua itu akan benar-benar menyakitimu. Dan Jeno yang masih lemah jelas belum mampu untuk melindungimu.
Lee Jeno bangkit dari posisi berbaringnya. Sedikit meringis kesakitan, tapi tak ia pedulikan.
"Aku ... harus bicara pada Ibu."
Jeno berniat meminta tolong pada Lee Jessica. Memohon agar sang Ibunda melindungimu dari Na jaemin selama Jeno masih belum mampu melakukannya. Kalau perlu, menugaskan seorang pengawal untuk menemanimu setiap harinya. Memastikan bahwa kamu akan baik-baik saja.
Sekaligus mempertanyakan nasib sang Pangeran Kedua dari Kerajaan Barat: Hwang Hyunjin. Pelaku penculikanmu tempo hari yang masih mendekam dalam gelapnya penjara bawah tanah.
"Dia harus dihukum seberat-beratnya."
Maka Lee Jeno dengan susah payah berjalan menuju pintu kamarnya. Membuatnya tiba di lorong istana. Lalu melangkahkan kaki dengan susah payah. Merembet pada dinding untuk menuju ruangan Baginda Ratu. Lee Jessica.
***
Mentari mulai kembali ke peraduannya tatkala Park Chanyeol menjejakkan kaki di istana Kerajaan Beannaithe. Ia telah berhasil menyelesaikan tugasnya. Membawa kabar bahwa kudeta berhasil diredam dengan damai. Tanpa jatuhnya korban.
Tubuh Park Chanyeol terasa lelah. Efek menempuh perjalanan selama seharian penuh dengan menunggangi kuda hitam kesayangannya. Pun ia sudah sangat merindukan dua anaknya: kamu dan Park Jisung. Membuatnya ingin segera tiba di rumah.
Sayangnya, peran Chanyeol sebagai panglima kerajaan membuatnya harus menunda keinginannya.
"Jongin, pulanglah. Haechan pasti menunggumu di rumah. Biar aku yang melapor pada Raja," kata Chanyeol pada Jongin yang sejak tadi berjalan bersamanya. Melintasi pelataran istana.
Jongin mengangguk. Toh ia sudah sangat lelah. Benar-benar butuh istirahat dan ingin bertemu anak sematawayangnya. Lee Haechan.
"Aku pulang ya, Ketua. Kau juga cepatlah pulang. Jisung dan Hani pasti sudah merindukanmu," kata Jongin.
"Iya."
Keduanya pun berpisah jalan. Jongin menuju kediamannya dan Park Chanyeol menuju bangunan utama istana. Memasuki lorong istana bagian dalam. Hendak menemui Raja Lee Donghae.
Park Chanyeol menyipitkan mata ketika melihat sesosok lelaki sedang berjalan sembari memegangi tembok. Lelaki itu hanya mengenakan celana panjang hitam. Memperlihatkan tubuhnya yang dililit perban. Pun ia terlihat kesusahan. Sesekali meringis kecil di sela langkah terseoknya.
Sang Panglima Kerajaan menghampirinya. Sedikit terkejut tatkala mengetahui bahwa lelaki itu adalah Lee Jeno. Muridnya sekaligus sang Pangeran Mahkota di negeri ini.
"Pangeran Jeno?" panggil Chanyeol.
"Ah, Panglima Park," kata Jeno pelan.
Jeno sedikit menundukkan kepala, memberi salam singkat. Agaknya sedikit segan karena pria di depannya adalah gurunya. Juga merupakan ayah dari gadis yang ia suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect The Second Prince | Lee Jeno X You X Na Jaemin [COMPLETED]
FantasyKamu menangis semalaman penuh karena tokoh kesayanganmu di novel berakhir menyedihkan. Na Jaemin namanya. Seorang Pangeran Kedua yang dieksekusi mati dengan hukum gantung di depan kerajaannya sendiri. Kamu terus bertanya, mengapa takdir begitu kejam...