Tok ... tok ... tok ... suara langkah kaki jenjang wanita yang memakai hell 10 cm , wanita yang berkulit putih mulus dengan lekuk tubuh sempurna mendekati tempat Ajeng bekerja, pemandangan indah wajah bulat telur, dengan hidung bak perosotan, bulu mata lentik, alis yang berjajar rapi dan jangan lupakan bibir semerah delima, meski hanya memakai riasan yang sangat natural, belum lagi fashion yang dipakai wanita itu, aksesoris yang melekat dari ujung kaki sampai ujung kepala menampakkan di mana kelas wanita itu berada, kalau Ajeng saja merasa tersihir pada wanita itu apa lagi kaum Adam.
Ajeng memasang senyum manis kala makhluk sempurna dalam penilaiannya itu menghampiri dirinya, ia sangat paham wanita ini bukanlah tamu dari rekan bisnis Dhika, karena sebagai sekretaris pribadinya tentunya ia tahu tamu tamu sang bos yang ada kaitannya dengan pekerjaan.
"Selamat siang Bu, ada yang bisa saya bantu." Sepersekian detik wanita cantik itu memindai Ajeng meski demikian senyum tak kalah manis di tampilkan menyambut senyum yang di berikan Ajeng.
"Saya saudara jauhnya Pak Dhika, apakah beliau ada?'' Suara lembut nan mendayu terdengar di telinga Ajeng, fiks lelaki mana yang bisa menolak paket komplit standar premium seperti ini? Gumam Ajeng dalam hati.
"Maaf Bu, bapak baru saja keluar mungkin sore nanti baru kembali."
Wanita itu mengernyit, tetapi senyum manis kembali tercetak di wajah cantiknya.
"Ehm ... ok lah, mungkin saya bisa kembali kapan kapan kalau begitu."
Ajeng hanya membalas dengan anggukan sopannya."silakan kembali lain waktu, atau bisa menghubungi bapak dulu untuk memastikan keberadaan beliau."
"Ini sudah masuk jam makan siang bukan? bolehkah saya ajak Mbaknya menemani makan siang saya."
Sungguh Ajeng merasakan heran luar biasa dengan ajakan wanita di depannya, perasaan seumur hidup dia tidak mengenal wanita ini, kenapa dia berakrab akrab dengan mengundangnya makan siang.
"Jangan heran begitu Mbak, saya hanya ingin mengenal Mbak, anggaplah ini salam perkenalan dari saya!"meski belum bisa mencerna ajakan tak masuk akal dari wanita itu tak urung di anggukan juga kepalanya.
"Terima kasih atas kesediaan memenuhi undangan saya, di depan ada warung bebek kremes yang terkenal itu, Anda tidak keberatan kalau kita makan di sana supaya efisien waktu?"
Ajeng hanya mengangguk menyetujui usulan dari wanita itu, mereka memilih tempat di lantai dua, suasana di lantai dua lebih tenang di banding lantai satu yang biasanya di penuhi karyawan karyawan kantor sekitar tempat Ajeng bekerja.
Setelah memilih menu wanita cantik itu memperkenalkan dirinya pada Ajeng, " Saya Wulan, dr. Wulan, kamu Ajengkan?"
Lagi lagi Ajeng dikejutkan dari kenyataan wanita di depannya ini mengenalnya padahal baru pertama kali ini mereka berjumpa.
"Anda heran kenapa saya mengenal Anda?" wanita itu tersenyum sangat misterius
"Sedikit, lebih tepatnya saya merasa tersanjung wanita seperti saya bisa di kenal anda padahal seingat saya baru pertama kali ini kita bertemu."
Wulan terkejut tidak menyangka intimidasinya terhadap lawan bicaranya baru saja ter patahkan. Dia tak menyangka jika wanita berwajah serupa dengan rivalnya 12 tahun lalu tak semudah ini ter intimidasi. Dia melupakan posisi Ajeng 6 tahun ini, sebagai sekretaris pribadi seorang CEO sudah sangat terbiasa dengan nada intimidasi dari lawan bisnis meski itu ditujukan pada atasannya, dan sebagai manusia yang cerdas tentu saja Ajeng sangat mempelajari itu.
Wulan tertawa anggun namun penuh tipu daya, " jadi dengan kata lain Anda mengatakan saya tidak bisa meremehkan Anda."
Sebenarnya Ajeng sendiri belum tahu ke mana arah pembicaraan wanita ini, kenapa dia mengundangnya makan hanya untuk mengajak-nya konfrontasi.
"Maaf Nona, kalau saya tidak lupa kita baru pertama kali ini bertemu, masalah apa yang membuat Anda risau sehingga Anda mengundang saya untuk makan siang Bersama?"
Suasana tak nyaman itu terhenti Ketika pesanan mereka datang.
"Jadi Anda belum tahu siapa saya?"sekali lagi Ajeng di buat bingung oleh wanita di depannya ini, dia tak habis pikir kenapa wanita di depannya ini antusias sekali bahwa dia akan tahu sosoknya dari Dhika, mereka baru beberapa minggu terikat sebagai pasangan kekasih, dan 3 hari ini setelah insiden macbook yang meretakkan hati Ajeng sekuat daya dia berusaha menghindari pria itu kecuali, masalah kantor, sejauh ini usahanya untuk menjauh berjalan mulus, mulai dengan acara berkumpul dengan gangnya yang tentu saja harus tanpa pria itu, atau alasan alasan lain yang dipaksa Ajeng untuk menghindari laki laki itu. Bahkan kepergian pria itu kemarin ke Bandung untuk meninjau pelaksanaan proyek pun bisa dihindarinya dengan berbagai alasan yang untungnya belum membuat pria itu curiga.
"Menurut Anda saya harus tahu semua hal tentang atasan saya?"
suara lembut yang tadi terasa mendayu di telinga Ajeng Ketika baru pertama kali mereka berjumpa berganti, tak ada lagi kelembutan sama sekali, "Wau ... Anda tidak usah menyembunyikan identitas Anda sebagai kekasih bos anda Nona, Saya sudah tahu semuanya dari Rini."
Ajeng lapar, tapi makanan di depan Ajeng kini terasa hambar karena ulah wanita itu, ia menghela napas Lelah, belum selesai ia menata hati dari temuannya tentang bingkai foto itu, kini datang wanita yang entah siapa lagi ini.
Dia meletakkan kembali nasi yang baru satu suap masuk ke dalam mulutnya, "Kalau benar saya kekasih Pak Dhika, apakah saya melanggar aturan? Pak Dhika masih sendiri, saya pun juga, adakah yang salah di sini?"
Wanita itu tertawa mengejek mendengar jawaban dari Ajeng. "Jangan terlalu bangga karena Dhika memilih Nona, tahukah Anda, Dhika memilih Anda hanya karena wajah Anda sangat mirip dengan kekasih yang mengkhianatinya dulu, dia sangat bodoh hanya karena kekasihnya menikah dengan pria lain. Dia lari ke negeri orang selama 12 tahun ini. Jadi apa yang kamu banggakan karena kamu hanya dijadikan Obsesi Dhika karena kegagalannya dulu."
Tubuh Ajeng menegang, lukanya terasa kembali diguyur perasan jeruk nipis mendengar perkataan wanita di depannya. Sesaat dia tercekat, tetapi kesadarannya kembali, dia tak ingin terlihat lemah di hadapan wanita ini.
"kalau benar iya Pak Dhika memilih saya karena wajah saya mirip dengan masa lalunya, apakah ini mengganggu Anda?"
Wulan menggeram, benar benar tidak menyangka mendapat perlawanan ini, dia kira setelah gadis di depannya ini tahu kenyataan ini dia akan menangis lalu meminta putus dari Dhika sehingga ia bisa kembali pada laki laki itu. Tapi ternyata tidak, gadis di depannya ini sangat sulit diintimidasi, berbeda dengan Wening dahulu yang langsung mundur saat dia menemuinya.
"Ya jelas itu mengganggu saya, karena saya menunggu Dhika selama ini, kami sudah akan dijodohkan begitu Dhika kembali ke Tanah air dan semua berantakan karena kehadiran Anda."Wulan memang sempat menikah tetapi entah karena masalah apa, pernikahannya dengan suaminya tak bertahan lama, dan keluarga Wulan memang sering kali meminta kepada mamanya Dhika agar kedua anak mereka dijodohkan, hanya mamanya Dhika saja yang menolak usulan itu karena tak ingin memaksakan pilihannya pada anaknya.
"Oh, jika itu masalahnya, saya minta maaf dr. Wulan yang terhormat. Saya tidak pernah mengajukan diri untuk menjadi kekasih Pak Dhika, Jika anda masih kurang puas, silakan anda meminta penjelasan dari Pak Dhika langsung karena saya tidak tahu menahu tentang ini, dan karena jam istirahat saya sudah habis maka saya permisi kembali ke kantor, selamat siang!" Ajeng berdiri tanpa menoleh lagi dia keluar dari tempat itu, bukan karena takut dengan wanita itu tapi dia malas berdebat dengan wanita itu hanya karena seorang laki laki.Perutnya masih terasa sangat lapar hanya sesuap nasi yang berhasil ia makan tadi.
Sedang Wulan hanya mengeram marah usahanya untuk membuat Ajeng meninggalkan Dhika ternyata tidak berjalan dengan mulus. Tapi dia tidak akan putus asa untuk mendapatkan laki laki itu, dia dulu boleh kalah sekarang tidak lagi.
Suara notifikasi pesan terdengar dari ponsel di pouch Ajeng tepat Ketika gadis itu memasuki kantornya dan telah berada kembali di mejanya, dibukanya pesan dari sang bos.
Dika
Jangan telat makan!
Ajeng
Iya.
Hanya satu kata yang Ajeng ketikan pada ponselnya, sebenarnya ia sungguh malas dengan semua bentuk perhatian dari pria itu. Iia kembali terngiang kalimat Wulan " Jangan terlalu bangga karena Dhika memilihmu Nona, tahukah Anda, Dhika memilihmu hanya karena wajah Anda sangat mirip dengan kekasih yang menghianatinya dulu."Air matanya kembali meleleh, tak seharusnya memang ia tersakiti dengan masa lalu Dhika, hak Dhika untuk tetap menyimpan kenangan tentang kakaknya, tetapi kenapa hatinya belum bisa dia bujuk untuk menerimanya, dia sudah telanjur jatuh terlalu dalam pada laki laki itu dan kini Ketika mendapati kenyataan yang sebenarnya rasanya terlalu patah. Belum lagi kehadiran Wulan yang juga menginginkan laki laki itu. Oh ... andai dia tahu akan begini akhirnya dia tak akan memberi kesempatan laki laki itu untuk memasuki hatinya sedalam ini.
Solo, 27 Juli 2020
Terimakasih untuk yang sudah mau baca, terimakasih juga untuk setiap vote dan komentnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Benang Cinta CEO
RomanceDitinggalkan sang pujaan hati untuk menikahi pria lain, membuat goresan luka yang menganga dalam kehidupan Dhika yang kemudian membuatnya pergi selama 12 tahun. Paman yang menjalankan perusahaan keluarga mendapat kecelakaan dan menjadi lumpuh. Sang...