Aku menikmati makan siang yang aku beli di kantin. Bekal yang dimasakkan oleh kakak ku, telah ku berikan pada teman ku yang saat ini sedang sial. Bukannya aku berbaik hati, tapi aku memang sengaja memberikannya pada teman ku.
Aku terlalu malas untuk makan bekal itu. Karena aku bosan dengan semua makanan yang ia masak. Selalu tomat, tomat, dan tomat. Aku tidak berani mengatakan hal itu pada dirinya, karena dia seseorang yang baik.
Begitu pun Ketika pulang sekolah, aku dan teman-teman ku selalu pergi untuk makan bersama sebelum pulang ke rumah. Menikmati makanan tanpa tomat.
Sesampai di rumah, aku di sambut oleh kakak ku yang menggunakan celemek dan spatula di tangan kanannya. "Kamu lapar kan? Kakak masak-"
"Aku udah makan di luar, teman ku ulang tahun, dia mentraktir kami semua" jawab ku sebelum Woobin menyelesaikan pembicaraannya dan berjalan menuju kamar meninggalkan kakak ku.
Sebelum aku menutup pintu kamar, Woobin menahan pintu ku dengan tangannya. "Akhir-akhir ini kamu makan diluar. Kenapa sih? Masakkan kakak ngga enak?" tanya nya dengan nada yang bisa ke tebak bahwa ia benar-benar marah.
Aku menghela nafas dan mengeluarkan kata-kata yang cukup membuatnya diam. "Aku udah bosen sama tomat! Setiap kakak masak, selalu ada tomat di makanannya. Harusnya kakak paham dong!" aku mendorongnya keluar kamar dan menutup pintu dengan kencang hingga menimbulkan suara keras.
***
Keesokan paginya, aku tidak melihat bahkan mencium bau bumbu-bumbu masakkan dari dapur. Sepatu yang biasa Woobin gunakan untuk bekerja juga sudah tidak ada. Mungkin ia berangkat lebih dulu dan tidak memasak karena kemarin sore aku mengeluarkan kata-kata yang membuatnya sakit hati.
Di dapur benar-benar tidak ada makanan yang bisa di jadikan sarapan, haruskah aku menyesali perbuatan ku kemarin? Tidak ada salahnya untuk mengungkapkan apa yang aku rasakan sebenarnya.
Pagi ini aku pergi sekolah dengan melewati sarapan.
Hal tersebut sangat mengganggu jam pelajaran. Perut ku terus berbunyi selama jam pelajaran. Aku benci hari ini.
***
Makan siang di sekolah aku hanya bisa memakan 2 bungkus puding. Entah kenapa kantin tidak buka, aku benar-benar ingin marah saat itu. Kalau bukan karena teman-teman ku yang memperingati ku untuk bersabar.
Sepulang sekolah aku berencana untuk makan di tempat makan yang baru dibuka di dekat sekolah. Tapi semua teman ku menolak karena bermacam alasan. Aku tidak bisa memaksakan mereka semua, dan terpaksa aku harus makan sendiri.
Tapi sebelum itu, aku melihat laki-laki berdiri di dekat pagar. Siapa lagi kalau bukan kakak ku, Woobin. Aku dapat mengenalinya dengan cepat hanya karena hoodie yang digunakannya hari ini.
Aku berjalan berpura-pura tidak melihat nya dan berusaha menutup diri ku agar Woobin tidak bisa melihat ku. Tapi hal tersebut nihil. Woobin memanggil nama ku dan bahkan mengejar mendekati ku. Aku merasa agak bersalah setelah melihat ia berdiri di depan pagar.
Ku hentikan Langkah ku dan menoleh pada Woobin dengan wajah datar.
"Ayo makan diluar" ajaknya tanpa menatap ku
Makan diluar? Apa maksudnya? Apa ia merasa bersalah dengan ku atau bagaimana?
"Katanya disini ada tempat makan yang baru dibuka, ayo makan disana, kita coba makanan disana" ajaknya lagi setelah itu berjalan mendahului ku
Entah kenapa aku mengikuti nya dari belakang sambil memikirkan maksud dari ajakkannya ini.
Sesampai di tempat makan tersebut, Woobin memilih meja di lantai dua untuk melihat keluar. Aku mengikutinya dan duduk di sebrangnya.
"Kamu kan suka pasta, pesan pasta gimana?" Woobin menawarkan pesanan itu pada ku. Aku hanya mengangguk menyetujui tawarannya
Setelah memesan, Woobin melipat kedua tangannya dan menatap ku lekat-lekat dan tidak lama ia menghela nafasnya. "Kakak minta maaf" ucapnya "Kakak masak hanya karena keinginan kakak, bukan karena keinginan kamu" lanjutnya.
"Maksudnya?"
"Kakak masak hanya karena apa yang kakak inginkan, bukan yang kamu inginkan. Ke depannya kakak akan masak apa yang kamu mau makan. Dan tanpa tomat, kakak janji" ucap Woobin dengan jari yang menunjukkan angka dua.
"Ya... aku sih ngga masalah kakak mau masak apa, tapi... tomat nya bisa dihentikan? Aku ngga terlalu suka tomat. Dan kalau perlu, ngga perlu pakai tomat sama sekali untuk makanan ku"
Woobin tersenyum dan mengangguk, "Okeee makanan tanpa tomat akan kakak masakkan untuk mu mulai besok"
Tidak lama setelah kami menyelesaikan obrolan, makanan yang telah di pesan pun datang.
"Aku juga mau minta maaf, soal kemarin" ucap ku sebelum menyentuh makanan tersebut
"Udah kakak maafin duluan kok. Lagi pula kamu juga masih remaja, wajar kalau emosi begitu. Tapi lain kali, kalau ada yang ngga kamu suka, bilangnya baik-baik ya? Kalau ada orang yang emosi nya tinggi, bisa-bisa kamu berantem sama orang itu"
Woobin mulai menceramahi diri ku.
Aku senang jika kakak laki-laki ini menceramahi ku seperti ini, bahkan setiap aku sedang ada masalah, Woobin juga terkadang memarahi ku lebih dahulu. Aku menyukai tipe orang yang seperti Woobin.
***
Woobin adalah chef tercinta💕 Ada yang ngebiasin Woobin juga? 💕💕💕💕
Jangan lupa vote nya bunda~
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETE] Cravity Fanfiction : If Cravity Be Your...
FanfictionJika Cravity menjadi ... 1. Kakak 2. Adek 3. Pacar 🏅🏅🏅🏅 🏅Ranking in 2020🏅 #23 in Kfanfiction #225 in Woobin #236 in Seongmin #247 in Allen #258 in Serim #273 in Taeyoung #404 in Hyeoungjun #425 in Jungmo #501 in Wonjin #876 in Cravi...