#5 GIRL'S TIME

20 2 14
                                    

"Yang namanya rahasia akan tetap menjadi rahasia. Selama hanya kau dan Tuhan yang tau. Namun jika sampai ada orang ketiga yang tau, bersiap saja, itu akan menjadi rahasia umum pada waktunya."

                           🌿🌺🌿

                                    .

                                    .

Teett... tet... tet...

"Anak-anak tolong ingat PR-nya dikerjakan dirumah!" Ucap Bu Wati mengakhiri pelajaran.

"Iya bu." Jawab kami serempak.

"Berdiri, beri salam." Ucap ketua kelas mengakhiri pertemuan kali ini.

Akhirnya jam pulang tiba. Hal yang sebenarnya sangat menyedihkan karena harus berpisah dengan teman-temanku. Ya, sekolah sangat menyenangkan karena ada teman yang bisa aku ajak bermain. Tentu saja aku lebih suka di sekolah ketimbang harus bergulat dengan rasa bosanku di rumah. Bukan begitu?

"Feb, nanti kita buat PR bareng yuk!" Ajak Diah seraya memasukkan buku-bukunya ke dalam tasnya.

"Hayok!" Tentu saja aku mau. Lebih seru jika dikerjakan bersama-sama ketimbang sendirian. Dan yang paling penting aku tidak akan membuatnya dirumahku!

"Jam berapa?" Tanyaku pada Diah.

"Jam empat?"

"Itu kesorean, mah. Nanti kita nggak dapet main!" Protesku padanya.

"Iya juga ya. Jam satu aja deh kalo gitu."

"Mepet amat! Baru juga pulang jam 12, udah harus keluar lagi jam satu? Capek tau."

"Yaudah terserah kamu!" Ucapnya final.

"Eh? Hehe, jam dua dah. Oke?" Aku menggendong ranselku.

"Iya deh. Aku tunggu di rumahku jam dua." Diah menggendong ranselnya.

"Eh, Yah, kita ajak yang lain yuk! Nggak seru berdua aja." Kami berjalan keluar kelas.

"Siapa lagi?" Tanya Diah.

"DJWN?" Sebuah singkatan yang aku dan Diah buat untuk menyebut empat sejoli itu.

"Hmm... Yaudah deh. Ayok samperin mereka." Kami berhenti dan mengedarkan pandangan menyapu seisi lapangan sekolah.

"Eh itu Nita! Nita tunggu!" Teriaku padanya.

"Eh kenapa?" Nita nampak bingung karena aku berteriak memanggil namanya.

"Jadi gini, aku sama Diah mau buat PR bareng. Kalian mau ikut nggak?" Tanyaku pada empat sekawan itu.

"Wahh mau lah!" Jawab Della dengan cepat.

"Aku boleh aja, sih." Jawab Nita.

"Aku ngikut kalian aja." Jawab Widya.

"Boleh." Jawab Julia final.

"Oke deh, kalo gitu nanti jam dua di rumah Diah." Ucapku pada mereka berempat.

"Sip." Jawab mereka kompak.

"Yaudah ayok pulang." Ajak Della.

"Yaudah, dada Diah." Pamitku pada Diah. Ya, setelah aku pindah ke kontrakan, rumahku dan Diah tidak lagi searah. Bahkan menjadi lebih jauh dari sebelumnya.

Namun tidak menjadi masalah, selama kami masih satu desa, aku masih bisa bermain ke rumahnya setiap saat. Tentu saja tanpa sepengetahuan ibuku. Ini rahasia!

Kamu akan menyukai ini

          

                                🌿🌺🌿

"Bu, nanti siang aku ada kerja kelompok di rumah Diah." Seperti itulah yang selalu aku katakan kepada ibuku jika akan pergi keluar bersama temanku.

"Jam berapa pulang? Jangan kesorean!" Ibuku orang yang tegas. Wajar jika aku takut mengatakan aku ingin bermain di rumah temanku. Tugas adalah alasan yang ampuh agar aku bisa bermain di rumah temanku.

"Iya, jam empat pulang dah." Jawabku sedikit ragu.

"Kok lama kali? Pasti isi mainan dah, ya?" Sudah tau, bertanya pula. Ibuku memang sangat menjengkelkan.

"Nggak, kok. Kan, tugasnya banyak, jadi agak lama buatnya." Jelasku dengan sedikit bumbu kebohongan.

"Ya sudah. Makan dulu sebelum pergi!" Ibu terlihat sedang bersiap-siap pergi bekerja.

"Iya." Ibu sepertinya ada pekerjaan hari ini. Untunglah. Aku bisa pulang lebih sore.

Asal kalian tahu saja, ibuku bekerja di sebuah restoran pinggir danau. Restoran itu adalah milik almarhum kakeknya Diah, dan yang menjadi managernya sekarang adalah ibunya Diah. Jam kerja ibuku berbeda-beda tiap harinya. Kadang pagi, kadang sore hingga malam.

Kali ini mungkin ibuku mendapat jam kerja sore, jadi dia akan pulang malam. Setidaknya selama ibuku bekerja, sore harinya bisa aku habiskan dengan bermain di rumah Diah. Masa bodoh dengan nenek yang harus merawat adikku sekaligus menjaga warungnya. Toh adikku sudah TK.

"Febby nanti ada kerja kelompok, ya?" Tanya nenek padaku.

"Iya, pulangnya sore." Aku bersiap-siap untuk mandi.

"Ohh gitu. Ya sudah, benerin belajarnya." Nenek menasehati.

"Hmm..." Ayolah aku tidak suka mendengar hal seperti itu.

Aku memutuskan segera memasuki kamar mandi. Bisa lama jika nenek sudah berbicara seperti itu. Aku tidak mau terlambat.

                              🌿🌺🌿

"Febby, ada temennya nyariin!" Suara nenek memanggil.

"Iya, sebentar!" Aku masih harus merapikan rambutku. Kenapa teman-teman datangnya cepat sekali?

Oke sudah beres. Kali ini aku mengunakan dress pink kesayanganku. Jangan lupa dengan jepit rambut kupu-kupu yang berwarna senada. Plus tas ransel pink favoritku.

Benar. Pink adalah warna kesukaanku. Aku sangat menyukai warna pink. Semua barangku didominasi oleh warna pink. Anggaplah aku memang terobsesi dengan warna yang satu itu.

"Aku berangkat." Pamitku pada nenek.

"Iya, jangan keluyuran." Nenek tengah memasak sesuatu di warung.

"Iya." Aku menghampiri teman-temanku.

"Hayuk jalan." Kami berjalan kaki menuju rumah Diah.

                                🌿🌺🌿

"Diah, Diah..." Kami memanggil Diah serempak.

"Iya sebentar!" Diah keluar dari kamarnya, di lantai dua. Rumah Diah memang bertingkat, juga luas. Tidak heran jika kami suka bermain di halamannya yang sangat luas ini.

"Ayo masuk." Ajak Diah begitu tiba di hadapan kami.

"Oke." Kami masuk ke ruang tamu. Sebenarnya aku sudah sering kemari.

Something About MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang