12

19.5K 1.4K 63
                                    

Tere hanya terdiam menatap ke arah Sesil yang tersenyum ke arahnya, sedangkan Ayrin yang mendengar nama Sesil pun dengan cepat mengangkat kepalanya.

"Shit!" Gerutu Ayrin saat mendapat senyuman dari Sesil.

"Shit!" Gerutu Ayrin saat mendapat senyuman dari Sesil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau ada Typo mohon di koreksi:)

"Sesil kamu boleh duduk di depan Ayrin." Pinta sang guru dengan senyum yang belum luntur dari wajahnya.

"Makasih, Bu." Balas Sesil setelah menundukkan sedikit kepalanya,

Dengan langkah santainya, Sesil berjalan mendekati Ayrin dan juga Tere yang sudah mengusap peluh di dahinya.

"Mampus, perang dunia ketiga makin dekat." Gumam Tere sambil menatap langkah Sesil yang semakin mendekat ke arah mereka.

"Hai Ayrin." Sapa Sesil dengan wajah imutnya, tak lupa memberikan senyum manisnya pada Ayrin yang menatapnya dengan tatapan penuh permusuhan.

Melihat tatapan tajam dari Ayrin membuat Sesil menghela pelan nafasnya, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Tere yang kini menatap keluar jendela.

"Hai, sepupu." Sapa Sesil yang langsung membuat Tere menatap kaget ke arahnya,

"Hai, Sesil." Balas Tere dengan mata bulat dan pipinya yang memerah.

Setelah mendapat balasan dari Tere, Sesil memilih untuk duduk di tempat yang tadi di tunjuk oleh sang Guru.

Meskipun mereka pernah bermusuhan, dan saling membenci. Ayrin, Sesil, dan Tere pun tetap pernah menjalin status persahabatan yang mampu membuat orang-orang di sekitarnya iri karena kedekatan mereka.

Bayangkan saja, dulu saat mereka masih menjalin hubungan persahabatan, mereka menggunakan barang-barang yang sama setiap harinya, termasuk tas, sepatu, anting, dan gelang. Tapi sayangnya semuanya sirna hanya karena satu orang, yakni Azka.

Sudah dua jam berlalu, Ayrin masih tetap menatap diam ke arah pulpen yang berada di tangannya, begitu pun Tere yang tampak menumpukkan kepalanya pada meja dengan wajah yang menghadap keluar jendela.

"Baiklah, anak-anak. Mungkin sampai sini dulu pembelajaran kita hari ini. Sampai jumpa minggu depan." Ucap sang guru sebelum tersenyum lalu keluar dari ruang kelas.

"Ayrin!" Teriak seorang lelaki yang baru saja masuk ke dalam kelas mereka. Mendengar teriakan itu spontan membuat Ayrin menggeser sedikit tubuhnya.

"Azka." Gumam Sesil saat melihat lelaki tampan yang pernah mengisi hatinya selama dua tahun.

Seperti biasa, penampilan Azka selalu mengundang tatapan kagum dari kaum hawa. Rambut yang di cat ungu, kaos kebesaran berwarna hitam tak lupa pula kalung berwarna putih yang ia gunakan, menambah kesan gagah di dalam dirinya.

Possessive (Girl)Friend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang