Part 2. Gelud

1 1 0
                                    


Fyi, yg dimulmed itu Geri

"Gimana sekolahmu hari ini sayang?" Fina bertanya pada putri tunggalnya, Feanne. Feanne yang baru saja berganti baju langsung menjawab.

"Lumayanlah, tapi gak tahu kedepannya. Tadi aku ketemu cowok ngeselin dan dia…" Feanne bercerita lengkap, Fina mengakui. Bahwa anaknya tidak pernah bisa berbohong padanya. Selesai bercerita, Fina menasehati anaknya agar jangan terlalu akrab. Feanne menurutinya, akhirnya mereka berdua makan bersama. Fina melamun. Entah memikirkan apa, yang pasti ia sedang melamun. Feanne yang menyadari hal itu langsung mendengus sebal.

"Jangan mikirin cowok itu lagi Ma. Dia aj gak mikirin kita, buat apa Mama mikirin dia ampe segitunya?" Fina yang mendengar hal itu, hanya tersenyum anak semata wayangnya sangat membenci ayahnya sendiri. Yang bahkan tidak pernah sekalipun hadir di hidupnya sejak ia dilahirkan. Fina lah yang menanggung itu semua.

"Iya, Mama gak mikirin itu sayang. Mama mikirin, teman temanmu. Tumben mereka gak kesini, biasanya kesini buat-" tiba tiba pintu rumah diketuk. Feanne langsung beranjak dan membukakan pintu. Ternyata itu adalah teman temannya, Feanne mendengus. Fina hanya terkekeh.

"Tamunya pada ganteng ganteng, bukannya disuruh masuk!" Geri menoyor kepala Feanne, dan Feanne membalasnya. Arjuna dan Fero hanya tertawa keras. Fina menegur mereka berdua.

"Pas banget, barusan Tante nanya sama Fe, kalian kemana..eh, udah dateng orangnya." Geri dan Fero tercengir. Arjuna hanya tersenyum kikuk, malu. Feanne mendengus.

"Huh, stop. Sekarang kita makan. Gue laper okei? Ayo Ma, makan. Kalo mereka mah gak usah ditawarin, juga pasti udanh makan duluan." Geri dan Arjuna mendengus. Bener juga sih.

Di Mansion Anderson.

Seorang pria bertampang dingin, yang sudah berumur memandang keluar jendela. Bagaimana kabar dia? Bagaimana juga dengan kabar anaknya? Mereka menghilang bagaikan debu yang tertiup angin. Ia menyesal, karena sudah mencampakkan wanita yang dicintainya demi ayahnya.

"Ada apa Tuan Felix? Kenapa anda memandang keluar jendela?" Orang yang dipanggil Tuan Felix itu hanya menghela napasnya.

"Tidak apa, Ronald. Aku hanya merindukan dirinya, dan mungkin aku sudah punya anak sekarang...kenapa Ayah tidak mau menerima Fina?" Orang yang dipangil Ronald itu hanya menarik napasnya dalam dalam, perlahan.

"Saya bukannya ingin menggurui Tuan Felix. Tetapi, apa Tuan sudah berusaha untuk mencari Nyonya Fina? Saya yakin, Nyonya Fina-"

"FELIX! Ternyata kau disini, sudah Ayah bilang agar kamu melupakan wanita itu-" Felix menatap tajam orangtuanya itu.

"Kenapa ayah jahat sekali?" Felix langsung pergi, diikuti anak buahnya Ronald. Reyhan, ayahnya hanya menghela napas. Kenapa anaknya masih tidak mengerti juga? Ia bukannya tidak mau merestuinya. Tetapi, benar juga. Apa ia harus bertemu dengan wanita itu? Tapi, Felix anaknya saja tidak menemukannya. Apalagi dirinya? Reyhan berjalan mondar mandir. Ia berfikir keras, lalu teringat sesuatu. Sekolah cucu lelakinya sedang mengadakan penerimaan murid baru. Apakah anak dari wanita itu bersekolah disana? Apakah, Leo cucunya tahu?

"LEO!" Cowok yang dipanggil Leo itu langsung keluar dari kamar luasnya. Mansion ini sepi, jadi sekecil apapun suaramu pasti akan terdengar.

"Ada apa Kek?" Reyhan menghela napas.

"Apa kamu bersekolah di Citra Bangsa?" Leo mengangguk sambil memainkan game di hape Samsung Ultra miliknya. Reyhan yang kesal langsung mengambil hape itu dan membuangnya. Leo mendengus,

"Astaga..hape ku baru dibeli Kek! Kakek sudah membanting hapeku yang ketiga kalinya dalam sebulan ini.." Reyhan langsung memberikan kartu blackcard nya. Leo langsung menerimanya.

Story of FeanneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang